sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Indonesia menjadi pengguna aplikasi e-commerce terbesar ketiga dunia

Masa pandemi Covid-19 ini telah mengubah perilaku masyarakat dan memaksa konsumen mencari cara berbelanja yang baru.

Asyifa Putri
Asyifa Putri Rabu, 13 Okt 2021 20:50 WIB
Indonesia menjadi pengguna aplikasi e-commerce terbesar ketiga dunia

Berdasarkan Laporan State of eCommerce App Marketing 2021, AppsFlyer melaporkan konsumen di Indonesia yang membelanjakan uang lewat aplikasi mobile, terutama pada masa liburan mengalami peningkatan. 

Di mana selama periode Januari 2020-Juli 2021, penginstallan aplikasi dalam kategori belanja tercatat mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 70%. Hal tersebut, menjadikan Indonesia sebagai pasar aplikasi e-commerce Android terbesar ketiga di dunia dengan kontribusi 8% dari total instal e-commerce global.

Sebagai informasi, untuk pasar e-commerce di platform Android, Indonesia hanya tertinggal dari peringkat pertama yaitu Brazil (19% total instal e-commerce) dan peringkat kedua diduduki India (17%). Sedangkan, AS, Brazil dan Rusia masuk dalam tiga besar untuk pasar e-commerce dalam platform iOS. 

Laporan State of E-Commerce App Marketing 2021 menghimpun data dari 1,7 miliar instalasi aplikasi e-commerce di Asia Pasifik, dari 920 aplikasi dan 9 miliar konversi upaya remarketing pada Januari hingga Juli 2021.

Seperti yang diketahui sebelumnya, masa pandemi Covid-19 ini telah mengubah perilaku masyarakat dan memaksa konsumen mencari cara berbelanja yang baru, sehingga marketer e-commerce juga harus ikut beradaptasi, khususnya di masa periode liburan. 

Berdasarkan laporan tersebut, kampanye iklan pada masa liburan mendapat respons positif dari konsumen Indonesia, di mana angka install non-organik (NOI-Non-organic Install) terbesar terjadi pada Mei 2020 (Ramadan) serta Desember 2020 (natal dan tahun baru).

"Marketer aplikasi e-commerce harus membidik peluang dari posisi Indonesia sebagai ekonomi aplikasi yang berkembang untuk berinvestasi secara besar pada kampanye iklan, terutama dengan meningkatnya permintaan aplikasi e-commerce dan rataan biaya marketing per instal yang relatif rendah," ujar Senior Customer Success Manager, APAC, AppsFlyer, Luthfi Anshari dalam siaran pers, Rabu (13/10).

Salah satu faktor pendorong pembelian dalam aplikasi (in-app purchase) e-commerce, yaitu periode liburan di Indonesia. Walaupun terdapat peningkatan pembelanjaan sebesar 116% secara keseluruhan di Indonesia pada Januari-Juli 2021, lonjakan pembelanjaan tercatat terjadi pada masa Ramadan (Mei dan April 2021) dan juga pada periode Natal (Desember 2020), dengan lonjakan penghasilan hingga 32%.

Sponsored

Selain periode liburan, marketer e-commerce juga harus mempertahankan kampanye iklan mobile mereka guna menarik pengguna-pengguna e-commerce baru. Kemudian, sejak Januari 2020 hingga Maret 2021, Indonesia mengalami peningkatan NOI lebih dari dua kali lipat dari 4,4% menjadi 9,4%, ini merupakan peningkatan yang terbesar dibanding negara lain di Asia Tenggara. Maka dari peningkatan terkait upaya pemasaran ini terbayarkan.

Selanjutnya, mengenai biaya akuisisi pengguna juga mengalami penurunan pada 2021. D imana awalnya sebesar 0,90 dolar AS pada 2020, kini hanya 0,60. Hal tersebut dikarenakan rasio konversi yang lebih tinggi dan pembelanjaan pemasar lebih sedikit per instalasi.

"Dengan mengakuisisi pengguna baru dan melakukan remarketing kepada pengguna yang sudah ada guna menargetkan pembelian ulang, brand dapat membangun basis pelanggan yang kuat dan loyal sekaligus memosisikan mereka lebih baik dibanding kompetitor yang lain," jelas Luthfi.

Luthfi menjelaskan dalam data AppsFlyer, bahwa pada periode liburan, konsumer di Indonesia telah menghabiskan uang lebih banyak dan seiring dengan periode akhir 2021 yang semakin dekat, kampanye iklan menjadi krusial bagi para marketer agar mereka dapat mengikuti tren promosi hari belanja nasional (seperti 10.10, 11.11, dan 12.12).

Proses remarketing aplikasi di iOS mengalami peningkatan yang tajam di Indonesia yang didominasi Android, bahkan setelah Apple memperkenalkan ketentuan privasi baru yang menonaktifkan pengidentifikasi untuk pengiklan (IDFA - Identifier For Advertisers), juga menjadi sorotan dalam laporan AppsFlyer.

Lebih lanjut, untuk konversi remarketing iOS di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 98% pada periode April ke Juli 2021, sedangkan untuk konversi remarketing Android mengalami penurunan sebesar 4,4%. Hal itu bertolak belakang dengan angka global yang menunjukan penurunan sebesar 22,4% pada konversi remarketing iOS, dan pada Android di periode yang sama menunjukkan peningkatan sebesar 8,2%.

Dengan demikian, angka tersebut menjadi peluang bagi para marketer e-commerce di Indonesia untuk memanfaatkan konversi remarketing untuk iOS, sebagai strategi utama untuk menarik pembelian berulang dari para pengguna.

Sebagai penutup, marketer di Indonesia juga sudah dapat mendeteksi fraud lebih baik. Meski laporan AppsFlyer menemukan bahwa sejak kuartal keempat 2020 hingga kuartal pertama 2021, aplikasi e-commerce telah terpapar dengan US$58 juta (setara dengan Rp824 miliar).

Sebagai perbandingan antara Januari 2020 dengan Januari 2021, Indonesia telah melihat suatu penurunan tingkat fraud sebesar hampir 80% dari tahun-ke-tahun. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh peningkatan solusi anti-fraud, peningkatan kewaspadaan, dan meningkatnya kesadaran akan bahaya dari fraud aplikasi mobile di wilayah ini.

Berita Lainnya
×
tekid