sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kaya aneka hortikultura, tetapi RI kalah dengan ekspor Thailand

Setidaknya ada 60 jenis buah, 80 jenis sayur, dan 117 jenis bunga yang berpotensi tinggi dibudidayakan.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Kamis, 20 Okt 2022 17:56 WIB
Kaya aneka hortikultura, tetapi RI kalah dengan ekspor Thailand

Guru Besar Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Elfi Anis Saati, mengatakan, Indonesia memiliki banyak jenis tanaman hortikultura dengan potensi budi daya dan nilai ekspor yang tinggi. Setidaknya ada 60 jenis buah, 80 jenis sayur, dan 117 jenis bunga yang berpotensi tinggi dibudidayakan.

Menurutnya, budi daya hortikultura sangat perlu dilakukan karena kaya manfaat. Misalnya, memiliki kandungan gizi dan zat baik bagi kesehatan tubuh hingga menjadi alternatif sumber pangan.

"Hortikultura ini, kan, bukan cuma sayuran, ada juga bebungaan. Ini bisa jadi sumber pangan baru, baik untuk bahan makanan atau minuman. Jadi, bunga-bunga ini bukan hanya untuk keindahan atau hiasan saja," kata Elfi dalam webinar "Strategi Meningkatkan Produksi dan Menjaga Kualitas Tanaman Hortikultura", Kamis (20/10).

Dalam membudidayakan hortikultura, Elfi bilang, diperlukan inovasi teknologi yang lebih baik lagi. Hal ini berkaitan dengan ciri tanaman hortikultura yang mengandung banyak air sehingga cepat mengalami pembusukan dan ada masa tanam yang musiman sehingga perlu penerapan teknologi yang sesuai agar bisa ditanam sepanjang tahun.

Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto, menambahkan, Indonesia harusnya lebih bisa mengoptimalisasi budi daya hortikultura. Pasalnya, letak geografis di tegah garis khatulistiwa membuat jenis tanaman lebih beraneka ragam dan paparan sinar mataharinya mencukupi.

"Kita kalah dengan Belanda, mereka jadi eksportir tanaman florikultur terbesar di dunia. Tapi karena kondisi global saat ini ada perang Rusia-Ukraina, mereka jadi kena masalah. Mereka kekurangan energi untuk green house-nya," ungkap Anton, sapaannya.

Sedangkan di Indonesia, sambungnya, sinar matahari masih terus ada meskipun terjadi perang dan ketidakstabilan ekonomi global. Hal ini harus dimanfaatkan segera.

Anton menyebutkan, Indonesia juga kalah dengan Thailand dalam ekspor hortikultura. Ini terjadi karena Indonesia memiliki banyak kelemahan dalam budi daya dan pemasaran.

Sponsored

"Kita ini masih menanam dengan bibit varietas yang kurang unggul sehingga hasilnya tanamannya tidak optimal, lembaga riset yang belum bisa meneyediakan bibit sesuai keinginan pasar, juga pemasaran kita yang masih kalah jauh dibandingkan dengan Thailand," paparnya.

Dia lantas membeberkan sejumlah langkah yang akan dilakukan Ditjen Hortikultura untuk meningkatkan produksi dan menjaga kualitas hortikultura. Pertama, adalah memproduksi tanaman sesuai kebutuhan pasar dengan menyesuaikan aspek kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.

"Kita kadang hanya bisa memenuhi satu atau dua aspek saja, misal hanya kualitas dan kuantitas tapi tidak kontinuitas atau tidak berlanjut. Ini yang membuat pasar tidak terbentuk," lanjutnya.

Aspek kuantitas ini berkaitan dengan sebaran produk yang tidak terorganisasi dan tersebar di banyak wilayah. Dengan demikian, ketika dibutuhkan dalam jumlah besar, Indonesia memerlukan waktu dan biaya lebih banyak untuk mengumpulkan hortikultura yang diperlukan.

Adapun Kualitas berkaitan dengan benih yang belum sesuai keinginan pasar. Sementara itu, kontinuitas adalah keberlanjutan produsen dalam menyediakan produk yang sesuai kuantitas dan kualitasnya.

Langkah kedua, peningkatan daya saing. Anton menilai, daya saing hortikultura Indonesia lemah karena harga dan pencemaran yang terjadi pada produk, seperti produk memiliki kandungan pestisida tinggi sehingga ditolak berbagai negara tujuan ekspor.

"Ketiga, ini adalah peningkatan produktivitas dengan menyiapkan benih-benih unggulan dan bermutu," terangnya.

Berikutnya, pengembangan teknologi budi daya modern. Terakhir, mempermudah aksesibilitas lahan produksi budi daya hortikultura, yang saat ini masih banyak dikembangkan di daerah gunung dan lembah. 

Berita Lainnya
×
tekid