sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kementerian BUMN ungkap rencana transformasi bisnis selamatkan Garuda

buruknya kondisi keuangan Garuda Indonesia disebabkan adanya tata kelola perusahaan yang buruk dan Covid-19.

Davis Efraim Timotius
Davis Efraim Timotius Selasa, 09 Nov 2021 18:53 WIB
Kementerian BUMN ungkap rencana transformasi bisnis selamatkan Garuda

Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, mengatakan pihaknya akan terus mengupayakan penyelamatan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) melalui transformasi bisnis.

Kartika mengungkapkan buruknya kondisi keuangan Garuda Indonesia disebabkan adanya tata kelola perusahaan yang buruk yang membuat tidak kompetitif dan dampak dari pandemi Covid-19.

"Pertama tentunya kita mengetahui sudah ada kasus korupsi yang diputuskan oleh KPK di mana nilai mark-up pesawat dan sebagainya memang menjadi isu utama di masa lalu dan ini juga menyebabkan kontrak-kontak dengan lessor Garuda ini cukup tinggi dibanding dengan airline lain," ujar Kartika dalam rapat kerja komisi VI DPR RI dengan Kementerian BUMN, Selasa (9/11).

Kartika mengatakan bahwa dibandingkan dengan revenue, aircraft rental cost Garuda Indonesia termasuk yang terbesar mencapai 24,7% atau 4 kali lipat dibanding rata-rata global.

Lebih lanjut, Kartika mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 juga menjadi penyebab buruknya kondisi keuangan perusahaan.

“Harus diakui setelah 2020 dan 2021 harus diakui bahwa pandemi Covid-19 menjadi pemicu, karena di saat Garuda memang berjuang dengan cost structure yang tinggi untuk bisa bersaing, kemudian revenue base turun secara signifikan,” ucapnya.

Kartika mengatakan setiap kali ada pengetatan dari pada mobilitas masyarakat ataupun penerapan PCR dan sebagainya, akan berdampak langsung karena jumlah penumpang yang naik menjadi menurun signifikan.

“Jadi ini yang membuat sulit untuk memprediksi cash flow Garuda karena sangat bergantung dari pemulihan kondisi Covid-19. Ini menjadi suatu situasi yang sulit, karena disatu sisi Garuda memang punya cost structure yang tinggi, hutangnya tinggi dan revenue base turun signifikan karena pandemi Covid-19,” tuturnya.

Sponsored

Lebih lanjut, Kartika mengakui kondisi Garuda Indonesia secara teknis bangkrut.

"Sebenarnya, kalau dalam kondisi seperti ini, kalau istilah perbankan itu sudah technically bankrupt, secara technically, tapi legally-nya belum. Ini yang sekarang kita sedang berusaha bagaimana kita bisa keluar dari situasi yang secara technically bankrupt," tegasnya.

Kartika mengatakan bahwa pihaknya tidak berputus asa mencari jalan keluar untuk masalah ini melalui transformasi bisnis, yang Pertama dengan mengoptimalkan route network perseroan dengan hanya mengoperasikan rute-rute penerbangan yang profitable.

Kedua menurunkan jumlah pesawat Garuda dan Citilink dari 202 pesawat di 2019 menjadi 134 di 2022 dan 186 di 2026 agar selaras dengan route network yang telah dioptimalkan, dan menurunkan tipe pesawat dari 13 jenis menjadi hanya 7 jenis untuk mensimplifikasi operasional pesawat.

Ketiga melakukan negosiasi ulang kontrak sewa pesawat-pesawat yang akan digunakan oleh perseroan ke depannya dengan tujuan menyesuaikan biaya sewa pesawat dengan market rate saat ini.

Keempat meningkatkan kontribusi pendapatan kargo melalui peningkatan utilisasi belly capacity dan digitalisasi operasional.

kelima meningkatkan pendapatan kontribusi pendapatan ancillary melalui product unbundling, ekspansi produk yang ditawarkan, dan penerapan dynamic pricing strategy.

Berita Lainnya
×
tekid