Produk-produk asal Amerika Serikat (AS) diprediksi bakal membanjiri pasar domestik imbas dari tercapainya kesepakatan tarif antara AS dan Indonesia. Dalam kesepakatan terbaru, barang-barang asal Indonesia yang masuk ke AS hanya bakal kena bea impor sebesar 19%. Sebaliknya, barang-barang dari AS yang masuk ke Indonesia tak dikenakan tarif sama sekali.
Salah satu barang impor asal AS yang dikhawatirkan bakal mendominasi pasar domestik ialah alat-alat kesehatan atau alke. Kesepakatan dagang teranyar memungkinkan alat-alat kesehatan dari AS diimpor tanpa harus memenuhi persyaratan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).
Tanpa adanya kewajiban TKDN, peneliti dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Rani Septyarini pesimistis produk-produk buatan pabrikan lokal bisa bersaing dengan produk impor, khususnya pada jenis alat-alat kesehatan berteknologi tinggi.
"Produsen lokal yang selama ini mengikuti aturan TKDN harus bersaing dengan barang impor yang tidak hanya bebas tarif, tetapi juga seringkali lebih lebih murah. Kondisi ini bisa menciptakan ketidakadilan struktural bagi industri manufaktur nasional karena beban regulasi dan biaya yang dihadapi produsen dalam negeri lebih berat," kata Rani kepada Alinea.id, Senin (28/7).
Menurut Rani, lebih dari 50% alat-alat kesehatan yang diimpor, terutama produk berteknologi tinggi seperti MRI, sebenarnya dapat diproduksi di dalam negeri. Tetapi, alat-alat kesehatan yang diproduksi secara lokal sulit bersaing dari sisi harga.
Kebijakan membuka keran impor tanpa kandugan TKDN, kata Rani, sekilah seolah memberi kesempatan bagi fasilitas kesehatan di Indonesia melengkapi sarana kesehatannya. Namun, hal ini menjadi ancaman bagi produsen lokal yang memproduksi alat kesehatan dengan teknologi rendah dan menengah.
"Selama ini, TKDN yang sudah membantu industri alkes dalam negeri ini tumbuh. Tetapi, itu malah dilonggarkan, kemudian bebas tarif untuk barang impor. Produsen dalam negeri dapat kehilangan pasar karena bersaing dengan produk impor yang bisa jadi lebih murah dan kualitasnya lebih baik," kata Rani.
Senada, Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar memandang industri alat-alat kesehatan lokal terancam kalah bersaing dengan produk-produk impor dari AS imbas kesepakatan tarif resiprokal antara AS dan Indonesia.
"Terpenting, tarif resiprokal ini jelas menguntungkan Amerika Serikat karena memberi karpet merah untuk barang-barang impor," kata Timboel kepada Alinea.id di Jakarta, Senin (28/7).
Pemerintah harus mampu mengantisipasi banjirnya alat-alat kesehatan impor dari AS. Salah satunya dengan mendorong produsen lokal berinovasi sehingga produk-produknya murah dan tetap berkualitas.
"Agar jangan sampai alat kesehatan itu menjadi mahal dan akhirnya berimbas pada layanan pasien BPJS di rumah sakit atau di faskes karena pajaknya mahal. Jadi, ini sangat bergantung bagaimana kesiapan industri manufaktur kita dan pemerintah kita," kata Timboel.