sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rupiah melemah, Ekonom: Para elit tak punya sense of crisis

Para elit diharap tersentuh hatinya dan mau berkorban sedikit dengan menukarkan dollar yang mereka miliki ke mata uang rupiah.

Robi Ardianto
Robi Ardianto Selasa, 02 Okt 2018 21:35 WIB
Rupiah melemah, Ekonom: Para elit tak punya sense of crisis

Nilai tukar mata uang dollar Amerika Serikat terhadap rupiah menembus angka Rp15.000 per dollar AS. Melemahnya nilai tukar rupiah dinilai karena masih banyak elit politik negeri ini yang beternak dollar AS. Hal tersebut diungkapkan oleh ekonom senior Indef, Faisal Basri. 

"Banyak elit politik tidak ada sama sekali sense of crisis.  Karena saya haqul yakin, seyakin-yakinnya elit politik ini banyak beternak dollar. Tolong dollar-dollar mereka dijual," kata Faisal di Rumah Cemara, Jakarta Pusat, Selasa, (2/10). 

Terkait kritiknya untuk sejumlah elit politik karena masih menyimpan dollar AS di saat kondisi ekonomi seperti ini, Faisal mengatakan, bahwa pernyataannya tidak mewakili atau memiliki hubungan dengan kubu mana pun. Hanya, dia mencontohkan salah satu peserta Pemilu 2019, Sandiaga Uno.

"Anda tagih calon legislatif, calon presiden, calon wakil presiden. Pak Sandiaga Uno mengaku punya US$1,2 juta, Sandiaga bilang yang mau dijual seperempatnya, kenapa enggak semua?," kata Faisal.

Selain Sandiaga, Faisal juga mengungkapkan elit politik lain yang juga menyimpan dollar dalam jumlah besar. Mereka antara lain Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi. Menurutnya, sebagai Menlu, Retno tidak pantas menyimpan dollar sebanyak US$400.000. Selanjutnya, Faisal juga menyebut  Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, yang menyimpan US$100.000.

"Menteri Agama Alhamdulillah sudah dijual. Dari yang awalnya punya US$115.000 menjadi US$15.000," katanya.

Dia berharap, para politisi itu bisa tersentuh hatinya dan mau berkorban sedikit dengan menukar dollar yang mereka miliki. Selain itu, cara lainnya dengan meminta kepada perusahaan besar untuk menyimpan keuntungannya terlebih dahulu di Indonesia. 

"Misalnya Indosat, XL, Three, Telkomsel. Telkomsel dimiliki 30% oleh Singtel yang banyak membawa keuntunganya keluar dari Indonesia. (Sementara) disimpan dulu di Indonesia. Jika mau dibawa seperempatnya saja. Hal itu jauh lebih besar mengurangi tekanan," katanya.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid