sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

PBB: Capaian SDGs global baru 5%

Hasil laporan PBB menyebutkan capaian SDGs global sejauh ini hanya sebesar 5% dari 17 target keseluruhan.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Selasa, 19 Nov 2019 14:27 WIB
PBB: Capaian SDGs global baru 5%

Departemen Kebijakan Sosial dan Ekonomi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menerbitkan laporan bertajuk Global Sustainable Development Report 2019. 

Co Chair Independent Group of Scientist Endah Murniningtyas mengatakan, hasil laporan tersebut menyebutkan capaian SDGs global sejauh ini hanya sebesar 5% dari 17 target keseluruhan.

Penelitian ini mengukur sejumlah program kerja yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan SDGs. 

"Laporan ini menyatakan bahwa dari berbagai laporan para scientist itu ternyata kalau kita melakukan pencapaian SDGs dengan cara yang seperti sekarang ini, kita hanya akan mencapai 5% dari target dan goal yang ada," katanya di Jakarta, Selasa (19/11).

Laporan tersebut disusun oleh 15 ilmuwan yang ditunjuk langsung oleh Sekretaris Jenderal PBB untuk melihat seberapa jauh pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di tiap-tiap negara mendekati poin-poin sasarannya termasuk di Indonesia.

Laporan dengan judul The Future is Now: Science for Achieving Sustainable Development tersebut mengatakan, jika ingin meningkatkan capaiannya hingga 10% untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, harus dilakukan sebuah transformasi kebijakan.

"Kalau ada usaha yang lebih besar itu baru akan 10%," lanjut Endah. 

Endah mencontohkan kebijakan pembangunan di Indonesia memiliki kontradiksi dengan penerapannya. Di satu sisi, pertumbuhan pembangunan tinggi, namun emisi karbon juga tinggi, kebakaran hutan marak, dan banjir acap kali terjadi.

Sponsored

Padahal, lanjutnya, menjaga lingkungan tetap bersih dan nyaman adalah tujuan dari pembangunan berkelanjutan, di mana menjamin kesehatan warga kota dan mengurangi dampak dari pemanasan global adalah hal yang utama.  


"Jadi masalah lingkungan ini yang ternyata kita masih di arah yang berlawanan (opposite direction). Itu yang akan kita lihat di sini (laporan)," ucapnya.

Untuk itu, katanya, perlu transformasi di bidang pengembangan energi yang ramah lingkungan. Sehingga ketika Indonesia ingin mengejar pengembangan dan pemanfaatan energi, tidak berdampak buruk terhadap lingkungan dan tetap dapat menjaga keanekaragaman hayati yang terkandung di dalam satu kawasan lindungnya.

"Harus ada perubahan sistemik tadi itu. Karena apa yang dilakukan di satu sisi akan berpengaruh ke hal lain. Ini yang tidak bisa dilihat hanya goal by goal, jadi harus dilihat berdasarkan sistem," jelasnya.

Selain itu, juga perlu dilakukan transformasi sistem kebijakan dengan melibatkan para ilmuwan dalam setiap strategi yang akan dilakukan. 

"Bagaimana scientist tidak hanya membantu SDGs tapi juga memgubah. Bagaimana dia membahasakan hal-hal yang kompleks dalam policy maker. Jadi bagaimana science by decision making," tuturnya.

Berita Lainnya
×
tekid