close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), salah satu sumber energi yang dimanfaatkan Indonesia. Pixabay
icon caption
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), salah satu sumber energi yang dimanfaatkan Indonesia. Pixabay
Bisnis
Selasa, 08 Maret 2022 15:32

Berbeda dengan DEN, pengamat sebut ketahanan energi RI tak sepenuhnya aman

Indonesia sampai saat ini menjadi net importir bahan bakar minyak (BBM), baik produk maupun minyak mentah.
swipe

Energy Watch memastikan kondisi energi Indonesia tidak sepenuhnya aman. Pernyataan ini menimpali klaim Dewan Energi Nasional (DEN) yang menyebut ketahanan energi dalam negeri aman meskipun digempur lonjakan harga berbagai komoditas energi. 

"Kondisi ketahanan energi kita tidak dalam kondisi yang sepenuhnya aman," ucap Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, kepada Alinea.id, Selasa (8/3).

Dirinya menerangkan, ketahanan energi secara definisi diartikan sebagai kondisi terjaminnya ketersediaan energi atau sumber pasokan, akses masyarakat pada energi, harga yang terjangkau, dan dalam jangka panjang tetap memperhatikan perlindungan kepada lingkungan.

Dari definisi tersebut, energi Indonesia kurang aman karena sampai saat ini menjadi net importir bahan bakar minyak (BBM), baik produk maupun minyak mentah. Produksi minyak dalam negeri lebih kecil daripada konsumsinya.

"Bayangkan misalnya kalau tiba-tiba pasokan terganggu, akan kewalahan kita pastinya," kata Mamit.

Kedua, menurutnya soal akses masyarakat untuk mendapatkan energi yang hingga kini belum merata. Program BBM satu harga juga belum menjangkau semuanya. "Akses akan listrik juga belum semua mendapatkan," lanjutnya.

Sekretaris Jenderal DEN, Djoko Siswanto sebelumnya mengklaim, Indonesia sampai saat ini masih mengekspor batu bara dan gas. Sebesar 75% dari total produksi batu bara Indonesia masih di ekspor sehingga ketersediaan energi cukup.

Sementara itu, gas ekspor dilakukan dalam bentuk liquefied natural gas (LNG) dan gas pipa.

Dari aspek infrastruktur, Djoko mengakui perlunya penambahan. Energi baru terbarukan (EBT) sendiri saat ini capaiannya baru 11,7%, masih di bawah target 23% pada 2025.

"Dengan fakta yang ada, indeks ketahanan energi kita berada di angka 6,57. Artinya, masuk dalam kategori tahan," ujarnya dalam "Energy Corner", Senin (7/3).

Meski RI mengekspor batu bara dan gas dalam bentuk LNG, tetapi kebutuhan minyak mentah, BBM jenis gasoline, dan liquified petroleum gas (LPG) masih tergantung dari impor. Sehingga, belum masuk kategori ketahanan energi sangat tahan.

img
Anisatul Umah
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan