sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Saudi Aramco diserang, rupiah masih terpuruk

Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mewaspadai lonjakan harga minyak mentah dunia setelah serangan Saudi Aramco.

Sukirno
Sukirno Selasa, 17 Sep 2019 20:24 WIB
Saudi Aramco diserang, rupiah masih terpuruk

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (17/9) sore ditutup melemah, seiring peluang terus naiknya harga minyak dunia setelah serangan ke ladang minyak Arab Saudi.

Rupiah ditutup melemah 58 poin atau 0,41% menjadi Rp14.100 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.042 per dolar AS.

"Pasar masih fokus ke Timur Tengah, di mana ladang minyak milik Saudi Aramco, raksasa migas asal Arab Saudi, dihantam serangan pesawat tanpa awak alias drone," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa (17/9).

Dampak serangan itu sendiri tidak main-main, produksi minyak Arab Saudi sebanyak 5,7 juta barel per hari terhenti. Jumlah tersebut lebih dari separuh produksi Negeri Gurun Pasir itu.

Data Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) mencatat produksi minyak Arab Saudi pada 2018 adalah 10,32 juta barel per hari. Angka 5,7 juta barel per hari juga sekitar 5% produksi dunia.

"Potensi itu kini tidak ada, sehingga berpotensi mengganggu pasokan minyak di pasar dunia. Akibatnya, harga minyak berpeluang terus naik," ujar Ibrahim.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah Rp14.070 dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak pada kisaran Rp14.070 per dolar AS hingga Rp14.110 per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.100 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.020 per dolar AS.

Sponsored

Sementara dari pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencoba menguat setelah sehari sebelumnya juga terpuruk. 

IHSG pada perdagangan hari yang sama ditutup menguat tipis 0,27% sebesar 17,25 poin ke level 6.236,69. IHSG menguat saat bursa saham dunia ditutup bervariasi.

Meski berakhir di zona hijau, investor asing masih melanjutkan aksi jual bersih dengan nilai Rp585 miliar. Aksi itu membuat capaian net buy sejak awal tahun menipis menjadi Rp55,66 triliun.

Fasilitas produksi minyak mentah Saudi Aramco di Saudi Arabia diserang oleh drone. / Reuters

Sri Mulyani waspadai harga minyak

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah mewaspadai kenaikan harga minyak dunia sebagai imbas serangan terhadap fasilitas minyak mentah Arab Saudi yang mempengaruhi produksinya.

"Yang harus kami perhatikan mungkin lebih kepada dampak jangka menengah-panjang yaitu dinamika stabilitas keamanan dan politik di Timur Tengah," kata Sri Mulyani di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta.

Pemerintah, kata Sri Mulyani,  harus mewaspadai itu karena kenaikan harga minyak dunia diperkirakan menambah ketidakpastian ekonomi global yang beberapa bulan terakhir terjadi.

Apalagi, lanjut dia, Arab Saudi merupakan negara eksportir minyak terbesar dunia dengan cadangan minyak yang melimpah sehingga dampak serangan yang memotong produksi itu juga diprediksi mempengaruhi pasokan dunia.

Meski demikian, Sri Mulyani mengaku akan mencermati situasi, termasuk menantikan respons dari Arab Saudi dan negara lain seperti Amerika Serikat dan Iran.

"Yang pasti akan mempengaruhi tidak hanya sentimen, tapi betul-betul konstelasi politik dan keamanan misalnya. Jadi itu yang akan menjadi fokus kami," ujar Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menambahkan terkait dalam negeri, asumsi harga minyak mentah Indonesia lebih rendah yakni sebesar US$63 per barel dalam postur sementara RAPBN 2020.

"Kalau koreksi sifatnya jangka pendek, mungkin masih akan bisa diserap," kata Sri Mulyani.

Sebelumnya, harga minyak melonjak di perdagangan Asia pada Senin (16/9) pagi, mencapai level tertinggi sejak Mei pada pembukaan.

Naiknya harga minyak itu terjadi menyusul kekhawatiran gangguan pasokan imbas serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi pada Sabtu (14/9).

Patokan internasional minyak mentah berjangka Brent naik US$7,06 per barel atau 11,7% dari penutupan New York pada Jumat (13/9/2019) menjadi US$67,28 per barel pada pukul 01.08 GMT (08.08 WIB).

Harga tersebut melonjak lebih dari 19% ke level tertinggi sesi US$71,95 per barel pada pembukaan.

Sedangkan harga patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melompat US$5,76 per barel atau 10,5% menjadi diperdagangkan sebesar US$60,60 per barel. Harga itu juga melonjak lebih dari 15% ke level tertinggi sesi yakni US$63,34 per barel. (Ant)

Berita Lainnya
×
tekid