sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sentimen dalam negeri dapat bantu rupiah kembali menguat

Namun potensi penguatan rupiah tidak solid, karena potensi penguatan dollar AS.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Kamis, 18 Okt 2018 08:50 WIB
Sentimen dalam negeri dapat bantu rupiah kembali menguat

Sejumlah sentimen positif dari dalam negeri diyakini akan cukup membantu rupiah untuk kembali menguat hari ini. Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.158-15.132.

Namun, menurutnya, ini akan menjadi kenaikan yang rapuh, seiring dengan potensi dollar AS yang kembali menguat jelang dirilisnya FOMC minutes. Selain itu, pelemahan yang terjadi pada poundsterling, seiring dengan penurunan data consumer price Inggris, turut memberi potensi rupiah melemah.

Reza berharap, tekanan global dapat lebih berkurang, sehingga berimbas pada berbalik turunnya dollar AS, dan membuat rupiah berkesempatan untuk kembali menguat.

"Tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat rupiah kembali melemah," ujar Reza dalam riset hariannya yang diterima Alinea.id, Kamis (18/10).

Sekadar mengingatkan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ditutup menguat di perdagangan pasar spot Rabu (17/10) kemarin. Bahkan rupiah jadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. 

Kemarin, US$1 dibanderol Rp15.150 saat penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,3% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.     

"Pergerakan Rupiah kembali mengalami kenaikan, meski diimbangi dengan kenaikan dollar jelang rilis FOMC minutes," jelas Reza.

Beberapa sentimen yang cukup membantu penguatan rupiah antara lain harapan Menteri Keuangan (Menkeu) terhadap kenaikan UMP tahun depan, yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Sponsored

Selain itu penilaian positif sejumlah kalangan terhadap asumsi rupiah terhadap dollar AS dalam RAPBN 2019 sebesar Rp15.200, memberi penilaian membaiknya penerimaan negara, sehingga dapat mengurangi defisit anggaran di bawah 2,2% dari PDB.

Berita Lainnya
×
tekid