Tim ahli Universitas Gadjah Mada (UGM) telah berhasil mengembangkan alat validasi Covid-19 lewat embusan napas yang diberi nama GeNose C19. Alat ini disebut memiliki tingkat akurasi dari 95%-97%.
Menteri Riset dan Teknologi Indonesia/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro menyebutkan, alat tersebut telah memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan dan siap untuk diproduksi massal.
Dia menyebutkan, tingkat produksi GeNose C19 telah mencapai 1.000 unit per pekan, dan diharapkan dapat meningkat hingga tingkat produksi 10.000 unit setiap bulannya.
UGM telah berhasil menggandeng lima perusahaan untuk dapat memproduksi alat deteksi tersebut hingga 10.000 unit setiap bulannya
"Saat ini, kapasitas produksi GeNose C19 sebanyak 1.000 unit per minggu dan UGM sudah menggandeng lima perusahaan untuk melakukan manufakturing," katanya dalam acara GeNose C19 untuk Kepariwisataan Indonesia secara virtual, Jumat (19/2)
Hanya saja, dia tidak merinci perusahaan mana saja yang telah digandeng UGM untuk memproduksi massal alat tersebut.
Bambang pun menjelaskan, kebutuhan dan permintaan akan teknologi validitas Covid-19 tersebut sangat tinggi di pasaran. Untuk itu pihaknya memfasilitasi UGM dan mitranya untuk dapat melakukan scale up produksinya agar dapat memenuhi permintaan tersebut.
"Saat ini, kami sudah fasilitasi UGM dan para mitranya agar bisa scale up produksi. Kalau bisa sampai 10.000 unit per bulan. Ini paling tidak, akan memenuhi kebutuhan permintaan yang saat ini jumlahnya jauh di atas yang sudah didistribusikan," ujarnya.
GeNose sendiri disebutnya sebagai alat untuk screening dan validasi orang dari paparan coronavirus, alih-alih menyebutnya sebagai alat pendeteksi Covid-19.
Alat tersebut berfungsi untuk menjadi pembanding dari hasil uji tes PCR swab test yang oleh WHO dianggap memiliki hasil deteksi yang lebih baik.
"Test PCR itu goals dengan hasil yang lebih baik. GeNose ini alat untuk memvalidasi hasilnya itu, untuk screening," tuturnya.