sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Waspada penipuan di dunia digital jelang tutup tahun

Beragam modus penipuan di dunia maya marak terjadi di akhir tahun.

Kartika Runiasari
Kartika Runiasari Senin, 04 Des 2023 17:37 WIB
Waspada penipuan di dunia digital jelang tutup tahun


Perkembangan dunia digital kerap membawa dampak negatif bagi masyarakat. Salah satunya adalah maraknya penipuan dengan mengatasnamakan Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) baik itu perbankan maupun lembaga jasa keuangan lainnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi pun mengingatkan masyarakat terkait fenomena menjelang akhir tahun di mana banyak sekali modus-modus penipuan yang bertebaran di dunia maya. “Walaupun enggak  harus menunggu akhir tahun, penipuan pasti ada, tapi relatif meningkat di akhir tahun karena biasanya banyak PUJK (Pelaku Usaha Jasa Keuangan) yang libur Natal dan Tahun Baru jadi ketika masyarakat ditawari produk sulit verifikasi dan bertanya ke PUJK,” katanya saat konferensi pers virtual RDK Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) November 2023, Senin (4/12).

Salah satunya, adalah penawaran produk pelunasan kredit dengan potongan atau diskon yang bombastis. Belakangan, banyak masyarakat yang terkena rayuan tersebut dan percaya bahwa produk itu adalah berasal dari PUJK. “Masyarakat terkena dan bayar sesuai potongan tapi itu bukan dari PUJK, enggak resmi,” tambahnya.

Lalu, ada pula penipuan dengan modus mengirimkan undangan dalam format file APK seperti undangan pernikahan. Hal ini masih marak terjadi di mana ketika masyarakat meng-klik file tersebut ternyata adalah fraudster yang mengakses mobile banking dan lain-lain.

“Ada juga social engineering seperti menawarkan hadiah ke masyarakat dan kita sukarela beri OTP (One Time Password) dengan mudah,” beber wanita yang karib disapa Kiki ini.

Karena itu, dia menyarankan agar masyarakat berhati-hati dan tidak mudah percaya dengan penawaran yang too good to be true. “Misal perjalanan wisata potongannya besar di akhir tahun, harus verifikasi ke PUJK dan PUJK kita sarankan lakukan cyber patrol yang mencatut nama mereka untuk beri diskon atau promo yang sebenarnya adalah bentuk-bentuk penipuan,” tandasnya.

Sebelumnya,  Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengatasi maraknya penipuan di era digital. Salah satunya, bekerja sama dengan PUJK perbankan menggunakan Short Message Service (SMS) sebagai media pengiriman pesan notifikasi, autentikasi, dan promosi.

"Semuanya kita lakukan. Pokoknya ruang digital ini kita buat sehat," kata Budi, beberapa waktu lalu.

Sponsored

Hal itu dia lontarkan untuk menjawab pertanyaan tentang maraknya penipuan digital dan peretasan di WhatsApp yang menyasar rekening bank dan akun dompet digital milik masyarakat. 

Dia menegaskan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan bekerja sama dengan semua pihak untuk mencegah kejadian penipuan berulang. "Sudah musim pemilu, hoaks, penipuan semuanya ada. Ya, kita bekerja sama dengan operator seluler dan juga platform, dan sebagainya," kata Budi.

Untuk diketahui, risiko penipuan masih kerap membayangi berbagai aktivitas di dunia online yang membayangi kehidupan masyarakat. Selain modus penipuan tersebut, beragam kejahatan cyber di dunia maya juga terus meningkat, termasuk dalam hal belanja online. Melansir data selama periode 2017-2022, layanan CekRekening.id dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah menerima sekitar 486.000 laporan dari masyarakat terkait tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (ITE). Sekitar 83% di antaranya, atau 405.000 laporan, merupakan penipuan transaksi online. Kemudian, tindak pidana penipuan investasi daring fiktif mencapai sekitar 19.000 laporan, serta penipuan jual beli daring tercatat sebanyak 12.000 laporan. 

Tak hanya itu, penipuan berkedok penawaran menggiurkan dari oknum mengatasnamakan institusi atau perusahaan ternama juga membayangi kegiatan belanja online masyarakat. Fakta tersebut diperkuat oleh Laporan Risiko Global 2022 dari Forum Ekonomi Dunia, yang menyebut sebanyak 95% insiden keamanan siber di dunia disebabkan oleh kesalahan manusia, termasuk karena fenomena FOMO (Fear Of Missing Out) atau khawatir ketinggalan momen terhadap info promo belanja besar-besaran seperti Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas).
 

Berita Lainnya
×
tekid