Banjir di Afrika Selatan tewaskan 443 orang
Bahkan anggota tim SAR turut tewas saat menjalankan tugas penanganan banjir tersebut.
Sedikitnya 443 orang dinyatakan tewas dalam bencana banjir yang meluluhlantakkan pantai timur Afrika Selatan pada Senin (11/4). Data terakhir yang dikumpulkan tim SAR pada Minggu (17/4) menyatakan, sedikitnya 63 orang masih hilang.
Seorang anggota tim SAR yang tengah melakukan pencarian juga diketahui mengalami sesak napas. Dia diterbangkan ke rumah sakit, namun sayangnya nyawanya tak tertolong.
Seperti dikutip VOA, Senin (18/4), Perdana Menteri Provinsi KwaZulu-Natal, Sihle Zikalala, mengatakan cuaca buruk telah memperlambat penilaian dan operasi SAR di lapangan.
“Namun kami kini dapat kembali bekerja untuk melanjutkan pencarian,” kata dia.
Banjir melanda sebagian kota pesisir tenggara Durban dan daerah sekitarnya awal pekan lalu. Selain itu, juga menghancurkan jalan, rumah sakit, dan rumah-rumah bersama mereka yang terperangkap di dalamnya.
Banjir ini memaksa Presiden Cyril Ramaphosa menangguhkan kunjungan kerja ke Arab Saudi yang dijadwalkan dimulai sejak Selasa (19/4).
“Hilangnya ratusan nyawa dan ribuan rumah, serta dampak ekonomi dan kehancuran infrastruktur membutuhkan bantuan semua orang,” katanya.
Afrika Selatan masih berjuang untuk pulih dari pandemi Covid-19 dan kerusuhan berdarah tahun lalu yang menewaskan lebih dari 350 orang, sebagian besar di wilayah tenggara kini sedang dilanda banjir.
Keadaan diperparah karena Afrika Selatan bagian timur yang dilanda banjir kembali diguyur hujan lebat pada Sabtu (16/4) setelah badai paling mematikan telah menghantam negara itu. Operasi pemulihan dan penyaluran bantuan kemanusiaan sedang berlangsung di kota berpenduduk 3,5 juta orang itu.