Kedua pemimpin Korea Utara dan China pada Minggu (11/7) menyatakan keinginan mereka untuk lebih memperkuat hubungan bilateral.
Pernyataan tersebut disampaikan saat kedua pemimpin bertukar pesan untuk menandai peringatan 60 tahun perjanjian pertahanan negara mereka.
Dalam sebuah pesan kepada Presiden China Xi Jinping, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan bahwa pemerintahnya akan terus mengembangkan hubungan dan kerja sama antara kedua negara.
Sementara itu, dalam pesannya seperti dikutip dari kantor berita Xinhua, Presiden Xi menuturkan bahwa China dan Korea Utara telah saling mendukung dengan teguh.
"Dunia baru-baru ini melihat percepatan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya selama satu abad terakhir," kata Xi. "Saya ingin memimpin hubungan bilateral ini agar terus melangkah ke tingkat baru demi kepentingan kedua negara."
Korea Utara diperkirakan akan mencari dukungan yang lebih besar dari China, sekutu utamanya, ketika negara itu bergulat dengan kesulitan ekonomi yang diperburuk oleh pandemik dan sanksi Amerika Serikat yang melumpuhkan ekonomi.
Sejumlah pakar menilai, China berupaya keras untuk meningkatkan hubungan dengan Korea Utara demi kepentingan keamanannya dan sebagai upaya mencari sekutu tradisional di tengah persaingan sengit dengan AS.
Dalam pesannya kepada Xi, Kim Jong-un mengatakan, perjanjian bilateral dengan China menunjukkan vitalitasnya yang lebih kuat dalam membela dan mendorong perjuangan sosialis kedua negara.
Di bawah Treaty of Friendship, Cooperation and Mutual Assistance tahun 1961, Korea Utara dan China berkomitmen untuk saling menawarkan bantuan militer dan bantuan lainnya secara langsung jika terjadi serangan.
Hubungan Korea Utara-Tiongkok telah terjalin sejak 1930-an, ketika Kim Il-sung, kakek Kim Jong-un, memimpin gerilyawan Korea saat mereka bertempur bersama China Cina melawan penjajah Jepang di wilayah timur laut China.
Kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada 1949, satu tahun sebelum Korea Utara melancarkan serangan mendadak ke Korea Selatan dan memulai perang tiga tahun yang menewaskan ratusan ribu orang.
China bertempur bersama Korea Utara selama Perang Korea 1950-53, sementara pasukan PBB yang dipimpin AS. mendukung Korea Selatan.
Sekitar 28.500 tentara AS masih ditempatkan di Korea Selatan untuk mencegah potensi agresi dari Korea Utara. Di sisi lain, China tidak mengerahkan pasukan di Korea Utara.