close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi / Pixabay
icon caption
Ilustrasi / Pixabay
Dunia
Jumat, 13 Desember 2019 10:30

Israel larang umat Kristen di Gaza masuk Bethlehem dan Yerusalem

Gaza memiliki sekitar 1.000 orang umat Kristen, yang kebanyakan mereka adalah Ortodoks Yunani.
swipe

Umat Kristen di Jalur Gaza tidak akan diizinkan mengunjungi sejumlah kota suci untuk merayakan Natal. Demikian disampaikan otoritas Israel pada Kamis (12/12).

Juru bicara untuk kantor penghubung militer Israel menerangkan bahwa umat Kristen Gaza akan diberikan izin untuk melakukan perjalanan ke luar negeri tetapi tidak satu pun dibolehkan pergi ke Israel dan Tepi Barat yang diduduki, rumah bagi banyak situs suci Kristen.

Israel membatasi dengan ketat pergerakan keluar dari Jalur Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas, kelompok Islam yang dicap Barat sebagai organisasi teroris.

Juru bicara itu menuturkan bahwa setelah perintah keamanan dikeluarkan, warga Gaza akan diizinkan untuk melakukan perjalanan ke luar negeri melalui perbatasan Allenby Bridge dengan Yordania, tetapi tidak mengunjungi kota-kota di Israel atau Tepi Barat.

Gaza memiliki sekitar 1.000 orang umat Kristen, yang kebanyakan mereka adalah Ortodoks Yunani, di antara populasinya yang dua juta orang.

Keputusan Israel kali ini mematahkan kebijakannya terdahulu. Tahun lalu, Israel memberikan izin bagi hampir 700 umat Kristen Gaza untuk bepergian ke Yerusalem, Bethlehem, Nazareth, dan sejumlah kota suci lainnya yang menarik ribuan peziarah setiap musim libur.

Gisha, kelompok HAM Israel, menerangkan bahwa larangan itu menunjuk pada intensifikasi pembatasan akses antara dua bagian wilayah Palestina. Mereka juga menyebut kebijakan Israel adalah pendalaman kebijakan pemisahan Israel bagi Tepi Barat dan Gaza.

Negara merdeka yang diinginkan Palestina mencakup Tepi Barat dan Gaza, wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967.

Sebelumnya, Israel membela pembatasannya terhadap warga Gaza dengan mengatakan banyak warga Palestina dari Gaza tinggal secara ilegal ketika yang diberikan adalah izin kunjungan jangka pendek.

Di Gaza, seorang perempuan Kristen menyuarakan harapannya agar Israel mengubah kebijakannya sehingga dia dapat mengunjungi keluarganya di Kota Ramallah, Tepi Barat.

"Setiap tahun saya berdoa mereka akan mengizinkan memberi izin agar saya dapat merayakan Natal dan mengunjungi keluarga saya," ujar Randa El-Amash (50). "Akan lebih menyenangkan merayakan Natal di Bethlehem dan Yerusalem."

Para pemimpin Kristen di Yerusalem mengutuk keputusan Israel. Mereka meminta otoritas Israel untuk mengubahnya.

"Orang lain di seluruh dunia diizinkan bepergian ke Betlehem. Menurut kami orang Kristen Gaza juga harus memiliki hak itu," kata Wadie Abu Nassar, seorang penasihat pemimpin gereja setempat.

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan