sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Israel menghitung ulang risiko, Muslim akhirnya diperbolehkan ke Al-Aqsa saat Ramadhan

Setiap tahun, puluhan ribu jamaah Muslim melaksanakan salat Ramadhan di masjid Al-Aqsa.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Rabu, 06 Mar 2024 08:12 WIB
Israel menghitung ulang risiko, Muslim akhirnya diperbolehkan ke Al-Aqsa saat Ramadhan

Israel harus berpikir ulang untuk melarang Muslim mengakses Masjid Al-Aqsa saat Ramadhan. Setelah sebelumnya bersikap keras melakukan pelarangan, kini Negara Yahudi itu berubah sikap.

Israel akan mengizinkan jamaah Muslim untuk mengakses Masjid Al-Aqsa di Yerusalem selama minggu pertama Ramadhan sebanyak tahun-tahun sebelumnya.

“Pada minggu pertama Ramadhan, jamaah akan diizinkan memasuki Temple Mount, dalam jumlah yang sama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata pernyataan kantor PM Israel, menggunakan istilah Yahudi untuk situs tersebut.

“Setiap minggu akan ada penilaian situasi dalam hal keamanan dan keselamatan dan keputusan akan diambil sesuai dengan itu,” tambahnya.

Setiap tahun, puluhan ribu jamaah Muslim melaksanakan salat Ramadhan di masjid Al-Aqsa.

Ramadhan datang tahun ini ketika Israel melancarkan kampanye militer tanpa henti di Jalur Gaza sebagai tanggapan atas serangan mematikan oleh Hamas di Israel pada 7 Oktober.

Israel telah mengkaji bagaimana cara menjalankan ibadah di Yerusalem selama Ramadhan, bulan puasa Islam yang akan dimulai pada 10 atau 11 Maret, tergantung pada kalender lunar.

Sebelumnya, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben Gvir baru-baru ini mengatakan bahwa penduduk Palestina di Tepi Barat “tidak boleh” masuk ke Yerusalem untuk beribadah selama Ramadhan.

Sponsored

“Kami tidak bisa mengambil risiko,” katanya, seraya menambahkan: “Kami tidak bisa menyandera perempuan dan anak-anak di Gaza dan mengizinkan perayaan Hamas di Temple Mount,” tambah dia.

Ben Gvir memimpin partai sayap kanan yang menganjurkan kendali Yahudi atas kompleks tersebut.

Namun, sikap itu ditentang sekutu terkuatnya AS. Setelah pernyataan Ben Gvir, beberapa hari kemudian, Amerika Serikat meminta Israel untuk mengizinkan umat Islam beribadah di Al-Aqsa.

“Ini bukan hanya masalah memberikan kebebasan beragama kepada masyarakat yang layak mereka dapatkan... ini juga merupakan masalah yang secara langsung penting bagi keamanan Israel,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller.

“Bukan kepentingan keamanan Israel untuk mengobarkan ketegangan di Tepi Barat atau wilayah yang lebih luas.”

“Ramadhan adalah hari suci bagi umat Islam; kesuciannya akan ditegakkan tahun ini, seperti yang terjadi setiap tahun,” kata pernyataan pemerintah Israel setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadakan pertemuan dengan seluruh badan keamanan kemarin. 

Selain karena desakan AS, Israel mengubah sikap karena mengkhawatirkan ancaman keamanan yang lebih besar setelah Hamas telah menyerukan gerakan massal di Al-Aqsa untuk awal Ramadhan.

Kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh dalam pidatonya pada hari Rabu lalu mendesak warga Palestina di Yerusalem dan Tepi Barat untuk berbaris di Masjid Al-Aqsa pada hari pertama Ramadhan, yang bertujuan untuk mengobarkan ketegangan pada saat semangat keagamaan meningkat.

“Kami menyerukan kepada masyarakat kami untuk menghentikan pengepungan di Al-Aqsa sejak hari pertama bulan Ramadhan yang penuh berkah. Batasan minimum yang kami terima di Masjid Al-Aqsa dan tempat-tempat suci adalah status quo menurut hukum internasional,” kata Hniyeh. 

Ia juga menyebut periode puasa dan ibadah, yang akan dimulai dalam waktu kurang dari dua minggu, sebagai “bulan Jihad.”(ytnews,malaymail)

Berita Lainnya
×
tekid