sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pembunuhan jurnalis Arab Saudi: Menanti penjelasan presiden Turki

Presiden Erdogan menjanjikan akan menyibak tabir misteri kematian jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi pada Selasa (23/10) waktu setempat.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 22 Okt 2018 10:48 WIB
Pembunuhan jurnalis Arab Saudi: Menanti penjelasan presiden Turki

Para pejabat Turki selama berhari-hari telah membocorkan detail mengerikan tentang pembunuhan Jamal Khashoggi (59) di Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Namun, Presiden Recep Tayyip Erdogan (64), yang ingin mempertahankan hubungan baik dengan Arab Saudi dinilai masih menahan diri untuk berkomentar.

Pada Minggu (21/10), Presiden Erdogan akhirnya memecah keheningan. Dia berjanji bahwa dalam waktu 48 jam pihaknya akan menyibak tabir misteri kematian Khashoggi.

"Saya akan membuat pernyataan saya terkait isu ini pada Selasa (23/10) ... Kami mencari keadilan dan ini akan terungkap dalam sebuah kebenaran yang telanjang, bukan melalui langkah-langkah biasa," tegas Erdogan.

Dia menambahkan, "Mengapa 15 orang ... mengapa 18 orang ditahan ... Ini harus dijelaskan secara detail."

Status Khashoggi sebagai warga negara Arab Saudi sekaligus permanent resident Amerika Serikat dan kolumnis Washington Post serta penanganan 'setengah hati' dari Riyadh terkait kematiannya dipandang telah menghadirkan kesempatan tidak terduga bagi Erdogan untuk menggoyang Putra Mahkota Mohammed bin Salman atau MBS, sekutu yang baik di muka umum, namun saingan sengit secara pribadi. 

Erdogan kemungkinan akan mengambil risiko menentang Arab Saudi, negara yang termasuk paling kaya dan berpengaruh di kawasan.

Selama berminggu-minggu setelah Khashoggi menghilang, MBS dan pejabat Arab Saudi lainnya bersikeras bahwa dia telah meninggalkan Konsulat Arab Saudi dengan bebas dan mereka tidak tahu keberadaannya.

Kemudian, dalam versi baru, Kerajaan Arab Saudi mengatakan bahwa sebenarnya Khashoggi telah secara tidak sengaja dicekik dalam sebuah perkelahian dengan agen-agen intelijen Arab Saudi. Misi para agen yang seluruhnya merupakan warga Arab Saudi itu adalah membujuknya untuk kembali secara sukarela ke negaranya.

Sponsored

"Jelas ada kesalahan besar yang dibuat. Belasungkawa kami kepada mereka yang ditinggalkan. Kami merasakan sakit yang sama," ungkap Menteri Luar Negeri Adel al-Jubeir pada Minggu (21/10) saat wawancara dengan Fox News.

Otoritas Arab Saudi menyatakan telah menangkap 18 orang dan memecat lima orang terkait dengan kasus Khashoggi. Dua dari lima orang yang dipecat kerajaan adalah penasihat MBS, yakni Saud al-Qahtani serta Wakil Kepala Intelijen Mayor Jenderal Ahmed al-Assiri.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump yang sempat mendukung Arab Saudi, belakangan perlahan berbalik arah.

"Jelas, ada penipuan dan kebohongan. Kisah soal itu ada dimana-mana," ungkap Trump dalam wawancaranya dengan The Washington Post.

Steven Cook, seorang pengamat Turki dan Arab Saudi menjelaskan bahwa akan terlalu konyol bagi Erdogan untuk ikut serta dalam skenario kematian Khashoggi yang dimainkan Arab Saudi, terutama setelah banyak kebocoran pada surat kabar pro-pemerintah terkait kasus ini. 

Menurut Cook, inilah saatnya Erdogan tampil sebagai pembela kebebasan pers, dengan menyerukan keadilan bagi Khashoggi. Padahal, pemerintahan Erdogan dilaporkan memenjara banyak jurnalis.  

"Sungguh sebuah hadiah menyenangkan yang diberikan MBS pada Erdogan," ungkap Cook.

Di lain sisi, beberapa meyakini, periode 48 jam yang dijanjikan Erdogan untuk mengungkap detail kematian Khashoggi adalah upaya untuk mencapai kesepakatan dengan Arab Saudi.

Salah satu kemungkinannya, Arab Saudi secara diam-diam akan membantu menaikkan nilai tukar mata uang Turki yang belakangan terjun bebas.

"Dia mungkin memberi Arab Saudi waktu 48 jam lagi untuk menghasilkan kesepakatan yang lebih baik," tutur Michael Stephens, seorang peneliti di the Royal United Services Institute, sebuah think tank yang bermarkas di London.

Stephens menambahkan, kesepakatan apapun yang akan terjalin antara Turki dan Arab Saudi pasti akan bernilai tinggi mengingat penjelasan Riyadh atas kematian Khashoggi berubah-ubah dan tidak menjawab pertanyaan publik.

Nyali Khashoggi mengusik Saudi

Jamal Khashoggi. Middle East Monitor/Handout via REUTERS.

Khashoggi, wartawan yang belakangan menjadi kolumnis, menjadi pusat pemberitaan internasional setelah dirinya masuk ke Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada Selasa (2/10) dan tidak pernah keluar lagi. Kedatangannya ke gedung diplomatik itu untuk mengurus dokumen penting bagi rencana pernikahannya dengan tunangannya, Hatice Cengiz. 

Beberapa hari setelah Khashoggi menghilang, otoritas Turki meyakini bahwa pria itu tewas dimutilasi oleh tim asal Arab Saudi yang terdiri dari 15 orang. Menurut the New York Times, lima di antaranya memiliki keterkaitan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. 

Lima tersangka yang dimaksud adalah Maher Abdulaziz Mutreb, Abdulaziz Mohammed al-Hawsawi, Thaar Ghaleb al-Harbi, Muhammed Saad Alzahrani, dan Salah al-Tubaigy. 

Khashoggi pernah bekerja di sejumlah media, termasuk di antaranya Al Sharq Al Awsat, Al Madina dan al-Watan sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Amerika Serikat pada 2017 demi menghindari pengekangan terhadap kebebasan berpendapat dan penindasan terhadap pemrotes kebijakan Kerajaan Arab Saudi. 

Kepindahannya ke Negeri Paman Sam sekaligus menandai peran barunya sebagai penulis kolom bagi The Washington Post. Lewat tulisan-tulisannya itulah Khashoggi melontarkan kritik terhadap rezim Arab Saudi termasuk MBS.

Dalam kolom terakhirnya, Khashoggi menyuarakan pentingnya kebebasan pers di seluruh dunia Arab. (The New York Times dan Al Jazeera)

Berita Lainnya
×
tekid