sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Perdana, Kim Jong-un dan Putin bertatap muka di Vladivostok

Kim Jong-un dan Putin sepakat untuk membangun hubungan yang lebih dekat.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 25 Apr 2019 13:45 WIB
Perdana, Kim Jong-un dan Putin bertatap muka di Vladivostok

Kamis (25/4), menjadi hari bersejarah bagi Korea Utara dan Rusia. Hari ini merupakan kali pertama pemimpin kedua negara bertemu setelah kunjungan Kim Jong-il ke Negeri Beruang Merah pada 2011.

Pertemuan Kim Jong-un dan Presiden Vladimir Putin berlangsung di Far Eastern Federal University, Vladivostok. Putin tiba lebih dulu, keduanya saling melepas senyum sebelum akhirnya berjabat tangan dan berpose untuk awak media.

Dalam pernyataan singkat sebelum pembicaraan tertutup antar keduanya, Kim Jong-un dan Putin sepakat untuk membangun hubungan yang lebih dekat.

"Saya rasa ini akan menjadi pertemuan yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan hubungan kedua negara, yang memiliki persahabatan dan sejarah yang panjang, menjadi lebih stabil dan sehat," ungkap Kim Jong-un. "Karena dunia terfokus pada Semenanjung Korea, saya rasa dialog kami akan penting."

Sementara itu, Putin mengatakan kepada Kim Jong-un bahwa dia mendukung upaya berkelanjutan untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea dan ingin meningkatkan hubungan ekonomi. 

"Saya yakin lawatan Anda ke Rusia akan membantu mengembangkan hubungan bilateral kita dan akan membantu kami memahami cara untuk dapat membantu menyelesaikan situasi di Semenanjung Korea ... Apa yang dapat dilakukan Rusia untuk mendukung proses positif yang tengah berlangsung. Kami menyambut upaya Anda mengembangkan dialog antar-Korea dan upaya Anda untuk menormalisasi hubungan Amerika Serikat-Korea Utara. Dan tentu saja, dalam hal agenda bilateral, kita perlu mencapai banyak hal untuk mengembangkan hubungan perdagangan dan ekonomi dan hubungan kemanusiaan," kata Putin.

KTT Vladivostok terjadi di tengah upaya Kim Jong-un untuk mencari dukungan atas pertikaiannya dengan Amerika Serikat soal denuklirisasi.

Selain isu program nuklir yang menjadi fokus utama kedatangan Kim Jong-un ke Rusia, kedua kepala negara diprediksi juga akan membahas nasib sekitar 10.000 buruh Korea Utara yang bekerja di Rusia. Di bawah ketentuan sanksi atas Korea Utara, para buruh tersebut harus pergi.

Sponsored

Tenaga kerja adalah salah satu ekspor utama Korea Utara dan sumber uang tunai negara itu. Pyongyang dilaporkan meminta Rusia agar terus mempekerjakan warganya bahkan setelah batas waktu yang ditentukan.

Kim Jong-un diduga kuat juga mengejar peningkatan bantuan Rusia. 

Menurut Kremlin, Rusia telah memberikan bantuan pangan senilai US$25 juta kepada Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir. Kantor berita TASS melaporkan bahwa satu pengiriman bantuan pada Maret yang dipasok via pelabuhan Chongjin termasuk lebih dari 2.000 ton gandum. 

Bagi Putin, KTT Vladivostok adalah kesempatan untuk mendorong agenda Rusia menentang pengaruh internasional AS.

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita China People's Daily yang dirilis Kamis, Putin mengecam negara-negara yang mengklaim kepemimpinan tunggal di panggung global.

"Mereka dengan tidak sengaja menginjak norma dan prinsip-prinsip hukum internasional, melakukan pemerasan, sanksi dan tekanan, serta mencoba untuk memaksakan nilai-nilai mereka," ungkap Putin.

Sejak Maret 2018, Kim Jong-un telah mengadakan empat kali pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping, tiga kali tatap muka dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, dua kali KTT dengan Donald Trump dan satu kali pertemuan dengan Presiden Vietnam.

KTT terakhir Kim Jong-un dengan Trump di Hanoi pada Februari lalu berakhir tanpa kesepakatan, menyebabkan kebuntuan dalam negosiasi denuklirisasi. 

Sekutu lama

Kremlin mengatakan fokus pembicaraan KTT Vladivostok adalah menemukan solusi politik dan diplomatik terkait isu nuklir di Semenanjung Korea, tetapi tidak ada pernyataan bersama atau penandatanganan perjanjian yang direncanakan.

Moskow adalah pendukung penting Pyongyang selama beberapa dekade dan hubungan mereka kembali ke sejarah berdirinya Korea Utara, ketika Uni Soviet mengangkat kakek Kim Kim Il-sung sebagai pemimpin.

Uni Soviet mengurangi pendanaan ke Korea Utara saat mereka mulai mengejar rekonsiliasi dengan Korea Selatan pada 1980-an. Bagaimanapun, Pyongyang dilaporkan sangat terpukul oleh kehancuran Soviet pada 1991.

Segera setelah pemilihan pertamanya sebagai Presiden Rusia, Putin berusaha untuk menormalkan hubungan dengan Korea Utara. Dia bertemu Kim Jong-il tiga kali, termasuk pertemuan 2002 yang juga diadakan di Vladivostok.

Merenggangnya hubungan Korea Utara-Rusia dilihat sebagai kesempatan bagi China untuk memperkuat perannya sebagai sekutu terpenting Korea Utara sekaligus sebagai mitra dagang terbesar dan pemasok bahan bakar krusial. 
Para analis menilai bahwa lawatan Kim Jong-un ke Rusia bukan tidak mungkin upaya untuk menyeimbangkan pengaruh Tiongkok. (AFP)

Berita Lainnya
×
tekid