sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Populasi menua, Jepang berencana buka pintu untuk tenaga kerja asing

Imigrasi telah lama menjadi tabu di Jepang karena negara itu menekankan homogenitas etnis.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Jumat, 19 Nov 2021 13:20 WIB
Populasi menua, Jepang berencana buka pintu untuk  tenaga kerja asing

Pemerintah Jepang ingin mengizinkan tenaga kerja asing (TKA) mengisi lapangan pekerjaan kerah biru tertentu untuk tinggal dan menetap tanpa batas mulai awal tahun fiskal 2022, kata seorang pejabat kementerian kehakiman pada Kamis (19/11) kemarin. Keputusan ini diambil lantaran penduduk Jepang mulai menua dan bakal kekurangan usia produktif dalam beberapa tahun ke depan. Ini adalah perubahan besar bagi Jepang yang dikenal sebagai negara yang tertutup bagi imigran.

Seperti laporan Reuters, pada akhir 2020, Jepang sedikitnya menampung 1,72 juta tenaga kerja asing dari total populasi 125,8 juta. Namun populasi pekerja di Jepang hanya berkisar pada angka 2,5%.

Di bawah undang-undang yang mulai berlaku pada 2019, kategori pekerja terampil tertentu di 14 sektor seperti pertanian, perawatan dan sanitasi, telah diberikan visa dengan pembatasan masa tinggal maksimal lima tahun tanpa boleh membawa anggota keluarga. Aturan boleh membawa keluarga hanya berlaku untuk sektor konstruksi dan perkapalan. Setelah peraturan ini berjalan, perusahaan justru menganggap pembatasan tersebut menghambat penyerapan pekerja migran, terutama sektor kerah biru.  

Data dari pemerintah Jepang menunjukkan Undang-undang 2019 dimaksudkan untuk menarik sekitar 345.000 "pekerja terampil tertentu" selama lima tahun, tetapi kini cakupannya telah mencapai sekitar 3.000 per bulan sebelum pandemi Covid-19 menutup perbatasan.

Sponsored

Kabar baiknya Jika revisi undang-undang tersebut benar-benar diberlakukan, para pekerja migran yang banyak berasal dari Asia lainnya akan diizinkan untuk memperbarui visa mereka tanpa batas waktu dan membawa serta keluarganya. Juru Bicara Pemerintah, Hirokazu Matsuno, menekankan perubahan semacam itu tidak berarti para pekerja akan langsung memperoleh tempat tinggal permanen. Kendati membawa seluruh anggota keluarganya, pengurusan izin tinggal tetap dilakukan secara terpisah dan ketat.

Imigrasi telah lama menjadi tabu di Jepang karena negara itu menekankan homogenitas etnis. Di sisi lain, tekanan telah meningkat untuk membuka perbatasan karena kekurangan tenaga kerja yang akut mengingat populasinya yang semakin berkurang dan menua. 

"Karena populasi yang menyusut menjadi masalah yang lebih serius dan jika Jepang ingin dilihat sebagai pilihan yang baik bagi pekerja luar negeri, perlu dikomunikasikan bahwa ia memiliki struktur yang tepat untuk menyambut mereka," kata Direktur Pelaksana Think Tank Japan Center for International Exchange, Toshihiro Menju.

Berita Lainnya
×
tekid