sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sah, Trump akui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan

Pengakuan resmi Trump atas Dataran Tinggi Golan dinilai dapat menunjang popularitas PM Israel Benjamin Netanyahu jelang pemilu pada 9 April.

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 26 Mar 2019 10:56 WIB
Sah, Trump akui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan

Pada Senin (25/3), Presiden AS Donald Trump resmi mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, sebuah kawasan yang pernah berada di bawah kekuasaan Suriah.

Pengakuan resmi Trump atas Dataran Tinggi Golan dinilai dapat menunjang popularitas Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jelang pemilu pada 9 April.

Pengakuan itu diresmikan dengan penandatanganan dokumen proklamasi bersama PM Netanyahu di Gedung Putih, Washington. Keputusan Trump menunjukkan perubahan drastis dari kebijakan yang diambil para pendahulunya.

Trump mengumumkan akan mengakui kedaulatan atas Dataran Tinggi Golan melalui sebuah twit pada Kamis (21/3), tindakannya dianggap merupakan gerakan paling untuk membantu Netanyahu.

PM Israel sendiri telah mendesak Trump untuk mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan sejak Februari 2017.

Israel menduduki Dataran Tinggi Golan dalam Perang Timur Tengah 1967 dan mencaploknya dari Suriah pada 1981, aksi Israel saat itu tidak diakui dunia internasional.

Sponsored

Netanyahu, yang sudah tiba di Washington sejak Minggu (24/3), mengatakan akan mempersingkat lawatannya ke AS setelah sebuah roket menghantam Tel Aviv.

Israel mengklaim Hamas sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan yang melukai tujuh orang itu. Pihak Netanyahu pun meluncurkan serangan udara balasan.

Saat menandatangani proklamasi, Trump sempat menyatakan bahwa butuh waktu yang lama untuk mewujudkan pengakuan itu.

Dia lantas menyerahkan pena yang dia pakai untuk menandatangani dokumen tersebut dan mengatakan, "Berikan ini kepada rakyat Israel."

PM Israel menyambut tindakan Trump dan menuturkan bahwa AS merupakan mitra terbaik negaranya.

"Seperti Israel yang berdiri tegak pada 1967, seperti Israel yang berdiri tegak pada 1973, Israel pun tegap hari ini. Kami menguasai Dataran Tinggi Golan dan kami tidak akan pernah menyerahkannya," tegas Netanyahu.

Deklarasi Trump langsung menuai kecaman dari Suriah. Damaskus menyebutnya sebagai serangan terang-terangan pada kedaulatan dan integritas teritorialnya. 

Suriah menekankan tekad untuk merebut kembali Dataran Tinggi Golan.

Penolakan juga datang dari PBB. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres menegaskan bahwa status Dataran Tinggi Golan tidak berubah. Juru Bicara PBB Stephane Dujarric pun menggemakan pernyataan Gutteres.

"Kebijakan PBB atas Dataran Tinggi Golan berpegang pada resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) dan kebijakan itu tidak berubah," ujar Dujarric.

Pada 1981, PBB menyatakan sikap terkait aneksasi Israel atas Dataran Tinggi Golan melalui resolusi 242 oleh 15 negara anggota DK PBB.

Mereka menekankan bahwa akusisi wilayah oleh perang tidak dapat diterima.

Resolusi DK PBB menyatakan bahwa keputusan Israel untuk memaksakan hukum, yurisdiksi, dan administrasinya di kawasan sengketa Dataran Tinggi Golan milik Suriah tidak diakui secara hukum, serta tidak memiliki efek legal secara internasional. DK PBB menuntut Israel untuk membatalkan keputusannya.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyebut pengakuan AS tidak dapat diterima dan menyatakan negaranya akan mengambil tindakan atas keputusan itu.

Liga Arab pun menyuarakan hal serupa dan mengecam langkah AS.

Reaksi negatif mengulang respons senada yang diterima Trump pada pekan lalu setelah mengumumkan akan mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.

Pengumuman itu memicu kritik langsung atau tersirat dari sejumlah negara seperti Inggris, Jerman, Prancis, Uni Eropa, Turki, Mesir, dan Rusia.

Dalam sebuah pernyataan, Presiden Palestina Mahmoud Abbas juga menyatakan penolakan tegas dan pengutukan keras terhadap langkah yang Trump ambil atas Dataran Tinggi Golan.

"Kepresidenan menegaskan kembali bahwa kedaulatan tidak dapat diputuskan oleh AS atau Israel, tidak peduli berapa lama Israel sudah menduduki kawasan itu," tegas Abbas.

Dia menekankan bahwa tidak ada keabsahan tanpa resolusi DK PBB, Sidang Majelis Umum PBB, dan gagasan perdamaian Arab.

Tidak hanya itu, Presiden Abbas juga mengecam peningkatan serangan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza, tindakan penindasan yang dilakukan terhadap tahanan Palestina di penjara Israel, serta penyerangan Israel terhadap tempat suci dan wilayah Palestina yang diduduki.

Abbas menegaskan rakyat Palestina akan tetap teguh, melakukan pertahanan nasional, dan menyatakan bahwa reaksi Arab akan tetap sama.

"Tidak akan ada kompromi mengenai Al-Quds (Yerusalem) atau daerah Arab lainnya. Kebijakan pemerintah AS hanya akan meningkatkan ketegangan, ketidakstabilan, serta tidak akan mewujudkan perdamaian dan keamanan bagi siapa pun," kata dia.

Presiden Abbas sendiri telah menolak untuk berhubungan dengan Washington sejak Trump memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Pada Senin di Washington, American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) 2019, sebuah kelompok pelobi pro-Israel, mengadakan pertemuan tahunan dengan para tokoh yang menyatakan dukungan atas hubungan kuat AS-Israel.

"Kami berdiri dengan Israel karena tujuan mereka adalah tujuan kami, nilai-nilai mereka adalah nilai-nilai kami, dan perjuangan mereka adalah perjuangan kami," kata Wakil Presiden AS Mike Pence dalam pidatonya di AIPAC.

Pence juga menegaskan posisi AS terhadap Iran. Dia mengatakan di bawah kepemimpinan Trump, AS tidak akan pernah membiarkan Iran mendapatkan senjata nuklir.

Salah satu saingan PM Netanyahu di Pemilu Israel, Benny Gantz, juga mengunjungi Negeri Paman Sam.

Gantz mengatakan bahwa dia adalah alternatif yang lebih baik untuk memimpin negara itu dan menyerukan persatuan di Israel. 

"Kita harus ingat jika kita menginginkan harapan, kita harus memiliki persatuan," kata dia. (Reuters dan Antara)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid