sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tidak ada tempat yang aman di Gaza

Rumah Sakit Khusus Kuwait di kota selatan Rafah telah menerima dua perintah dari militer Israel untuk mengevakuasi stafnya.

Hermansah
Hermansah Rabu, 18 Okt 2023 09:34 WIB
Tidak ada tempat yang aman di Gaza

Bahkan “zona aman” di Gaza pun tidak aman bagi warga Palestina.

Serangan intensif Israel pada Selasa (17/10), menghancurkan rumah-rumah, menghantam sebuah sekolah PBB yang menampung para pengungsi, dan menewaskan puluhan orang di Gaza selatan dan tengah.

“Situasinya sangat, sangat sulit dengan penembakan artileri dan pemboman udara terhadap rumah-rumah dan orang-orang yang tidak berdaya,” kata Abu Hashem Abu al-Hussein, yang awalnya menerima keluarga pengungsi di rumahnya di Khan Younis, namun kemudian melarikan diri ke sekolah PBB, di mana dia berharap menemukan keselamatan.

Israel telah mengatakan kepada warga Palestina pada akhir pekan untuk mengevakuasi wilayah utara Gaza dan Kota Gaza, sebelum kemungkinan terjadinya invasi darat ke wilayah tersebut menyusul serangan Hamas pekan lalu yang menewaskan sedikitnya 1.400 warga Israel.

Diperkirakan 600.000 orang mematuhinya, mengemasi barang-barang mereka semampu mereka, dan bergegas ke selatan, di mana mereka masuk ke tempat penampungan, rumah sakit, dan rumah-rumah PBB yang penuh sesak di wilayah sepanjang sekitar 14 kilometer (8 mil) di selatan zona evakuasi.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa, menuduh Hamas mencegah orang “menjauh dari bahaya,” dan dia kembali mendesak warga Palestina untuk menuju “selatan menuju zona aman”

Tetapi, bagi sebagian orang pada Selasa, tidak ada keamanan yang bisa didapat di sana.

Setelah tengah malam Selasa pagi, sebuah ledakan menghancurkan jendela Moataz al-Zre’e. Dia bergegas keluar dan menemukan seluruh rumah tetangganya Ibrahim telah dihancurkan. Rumah sebelah juga rusak. Setidaknya 12 orang dari dua keluarga tewas, termasuk tiga orang dari satu keluarga yang mengungsi dari Kota Gaza.

Sponsored

“Tidak ada peringatan (Israel),” katanya. Adik perempuan Al-Zre’e terluka parah dan lima sepupu dari pihak ayah juga terluka setelah serangan itu. “Sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.”

Warga yang terkejut melihat kerusakan akibat serangan lain di Khan Younis. Samiha Zoarab melihat sekeliling dengan kaget, melihat kehancuran, ketika anak-anak mencari-cari di tumpukan puing-puing di sekitar rumah yang hancur, yang terletak di tengah kumpulan bangunan yang padat.

Setidaknya empat orang dari keluarga yang sama tewas dalam serangan itu, katanya. “Hanya ada dua yang selamat,” katanya.

Kemudian, sebuah serangan menghantam sebuah sekolah PBB di Gaza tengah tempat 4.000 warga Palestina mengungsi, menewaskan enam orang, kata badan PBB untuk pengungsi Palestina.

Rentetan serangan meratakan satu blok rumah di kamp pengungsi Bureij Gaza tengah, menewaskan banyak orang di dalamnya. Di antara korban tewas adalah Ayman Nofal, seorang komandan militer Hamas.

Menurut Bassem Naim, seorang pejabat senior Hamas, serangan juga melanda kota Rafah, di mana 27 orang dilaporkan tewas, dan Khan Younis, di mana 30 orang dilaporkan tewas.

Militer Israel mengatakan, pihaknya menargetkan tempat persembunyian, infrastruktur, dan pusat komando Hamas.

Serangan tersebut terjadi bahkan ketika warga berjuang melawan blokade Israel yang memutus aliran air, makanan, bahan bakar dan obat-obatan ke daerah tersebut.

Rumah Sakit Khusus Kuwait di kota selatan Rafah telah menerima dua perintah dari militer Israel untuk mengevakuasi staf yang katanya hanya punya waktu dua jam untuk berangkat setelah perintah Minggu (15/10), dalam sebuah video yang diposting ke grup Facebook rumah sakit tersebut. Yang kedua terjadi pada Senin pukul 10 malam, ketika petugas medis bekerja sepanjang waktu untuk menyadarkan pasien. “Kami tidak akan mengungsi,” katanya.

Tentara Israel tidak segera berkomentar mengapa mereka menyerukan evakuasi rumah sakit.

Selain banyaknya pasien yang terluka, rumah sakit ini juga melindungi ratusan orang di dalam aula dan sekitarnya. Israel “tidak meninggalkan garis merah yang tidak mereka lewati, atau konvensi internasional yang tidak mereka langgar,” kata al-Hams. Keamanan rumah sakit, tambahnya, adalah garis merah terakhir yang tersisa.

Sumber : Associated Press

Berita Lainnya
×
tekid