sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Visa Inc akan mengategorikan penjualan senjata di toko-toko di AS

Langkah itu akan membantu pelacakan lonjakan penjualan senjata yang mencurigakan yang disalahgunakan senjatanya.

Raihan Putra Tjahjafajar
Raihan Putra Tjahjafajar Minggu, 11 Sep 2022 16:50 WIB
Visa Inc akan mengategorikan penjualan senjata di toko-toko di AS

Visa Inc menerapkan kode kategori pedagang baru yang mengidentifikasi transaksi di toko senjata di Amerika Serikat. Para advokat menyatakan, langkah itu akan membantu pelacakan lonjakan penjualan senjata yang mencurigakan yang disalahgunakan senjatanya.

Pengumuman yang telah dipaparkan pada Sabtu (10/9) mengenai penjualan senjata di dunia, memberikan kemenagan kepada para aktivis yang berpendapat, mengategorikan penjualan senjata secara terpisah akan membantu pelacakan dengan lebih baik. Pembelian senjata api yang mencurigakan bisa menjadi awal penyalahgunaan senjata api.

Kebijakan itu terjadi sehari setelah Organisasi Internasional Untuk Standarisasi (ISO) menyetujui pembuatan peraturan yang baru.

“Menyusul keputusan ISO menetapkan kode kategori pedagang baru, Visa akan melanjutkan langkah selanjutnya, sambil memastikan perlindungan untuk pedagang senjata secara legal sesuai dengan aturan lama kami,” ujar Visa.

Pemroses kartu kredit menggunakan kode untuk mengidentifikasi penjualan berdasarkan sektor. Seperti toko swalayan/sembako, restoran, dan lainnya. Hingga Jumat (9/9), penjualan toko senjata dianggap sebagai barang dagangan umum. Peraturan baru akan membantu memantau pelacakan di mana seseorang menghabiskan uang, dan menunjukan barang yang dibeli secara spesifik.

Mastercard inc juga mengatakan akan menerapkan peraturan yang baru. Setelah persetujuan ISO pada Jumat, Mastercard Inc mengatakan sekarang mengalihkan fokus pada bagaimana hal itu akan diterapkan oleh pedagang dan bank.

"Karena kami terus mendukung pembelian yang sah di jaringan kami, sambil melindungi privasi dan keputusan masing-masing pemegang kartu,” kata Visa.

Sementara, American Express Co telah mengatakan ketika ISO mengembangkan peraturan yang baru, perusahaan akan bekerja sesuai prosedur dan mitra pihak ketiga yang sesuai dalam implementasi.

Sponsored

Pendukung dari penanganan penjualan senjata telah menekan ISO dan Bank untuk mengadopsi peraturan yang baru ini. Mereka telah mengutip contoh-contoh seperti penembakan massal di klub malam Pulse di Orlando, Florida. Di mana 49 orang tewas setelah seorang penyerang melepaskan tembakan pada 2016. Sebelum serangan itu, penembak menggunakan kartu kredit untuk membeli senjata dan amunisi dengan nilai lebih dari US$26.000. Pembeli tersebut membeli senjata dan amunisi di tempat ilegal.

“Ketika membeli tiket pesawat atau membayar belanjaan, perusahaan kartu kredit anda memiliki kode khusus untuk pengecer tersebut. Masuk akal bahwa kami memiliki kebijakan yang sama untuk toko senjata dan amunisi,” ujar Wali Kota New York Eric Adams.

Dua dana pensiun publik terbesar di Kalifornia dan New York juga telah mengajukan resolusi pemegang saham, yang meminta perusahaan pembayaran untuk mempertimbangkan masalah ini.

Namun, pendukung hak senjata berpendapat bahwa melacak penjualan di toko senjata akan secara tidak adil menargetkan pembelian senjata legal. Karena kode pedagang hanya melacak jenis pedagang di mana kartu kredit atau debit digunakan, bukan barang yang dibeli.

Penjualan toko senjata, bernilai ribuan dolar dan barang yang dianggap sebagai bagian dari kepemilikan senjata yang bertanggung jawab, dapat dilihat sebagai pembelian besar-besaran di toko senjata.

“Keputusan industri untuk membuat kode khusus senjata api tidak lebih dari penyerahan kepada politisi dan aktivis antisenjata yang bertekad mengikis hak-hak orang Amerika yang taat hukum satu transaksi pada satu waktu,” ujar Lars Dalseide seorang juru bicara Asosiasi Senapan Nasional.

Penembakan massal tahun ini, termasuk di sebuah sekolah dasar Texas yang menewaskan 19 anak-anak dan dua guru. Telah menambahkan perdebatan lama AS mengenai pengendalian senjata.

Sumber : Al Jazeera

Berita Lainnya
×
tekid