Membaca sejarah Nusantara yang rumit sangat menyita pikiran, karena harus memahami teks dan naskah dengan halaman yang cukup tebal. Namun, materi sejarah bisa menjadi ringan dan asyik jika disajikan dalam sebuah cerita menarik dan bikin penasaran.
Dari deretan penulis cerita seni beladiri Indonesia, Kho Ping Hoo adalah penulis yang menjadikan latar sejarah sebagai alurnya. Berikut 5 cerita silat Kho Ping Hoo yang bisa membantu mempelajari sejarah secara asyik.
Sejengkal Tanah Sepercik Darah
Diterbitkan sebanyak 23 jilid pada 1965, buku cerita silat ini mengambil latar belakang perang besar antara Kerajaan Singasari dan Kerajaan Kediri untuk menguasai wilayah timur. Para penguasa dengan kekuatannya berperang menggunakan kesaktian dan senjata pusaka masing-masing.
Geger Demak Setan Kober
Diterbitkan sebanyak lima jilid, buku ini mengisahkan tentang pergolakan di Kerajaan Demak, termasuk cerita Arya Penangsang dan keris Setan Kober yang sakti. Pembaca akan disuguhi dengan pertempuran seru, intrik kerajaan, dan kekuatan magis yang menjadi ciri khas karya Kho Ping Hoo.
Sepasang Garuda Putih
Terdiri dari 16 jilid, buku serial silat ini menjadi bagian dari seri Keris Pusaka Sang Megatantra. Sepasang Garuda Putih adalah episode terakhir dari seri tersebut. Mengisahkan persaingan antara Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Panjalu untuk merebut hati rakyat. Lalu, terjadi peperangan yang melibatkan ksatria kakak-beradik, Adipati Tejolaksono dan Ayu Candra.
Kemelut di Mojopahit
Buku ini terdiri dari 32 jilid. Mengisahkan pergolakan di Lumajang, yang memaksa Resi Mahapati melakukan penumpasan pemberontakan Kuti. Kemudian, Resi Mahapati pun menghasut dan mengadu domba guna melakukan pemberontakan.
Kidung Senja di Mataram
Kidung Senja di Mataram terdiri dari 12 jilid. Buku ini berlatar sejarah Kerajaan Mataram Islam ketika berada di bawah pimpinan Sultan Hanyakrawati atau Raden Mas Jolang. Mengangkat kisah perang saudara sekaligus upaya mempertahankan kekuasaan Mataram Islam di Ponorogo dan ingin membebaskan Ponorogo dari Mataram Islam. Padahal, dua pemimpin kerajaan masih bersaudara.