Bayangkan Anda sedang duduk di rumah, menyusun balok-balok Lego sambil menyelesaikan teka-teki bergambar pemandangan alam—bukan untuk bersantai di akhir pekan, tapi sebagai bagian dari program kesejahteraan kantor. Itulah yang kini bisa dinikmati oleh para karyawan Deloitte di Amerika Serikat.
Perusahaan konsultan global ini baru saja memperbarui kebijakan tunjangan kesejahteraan tahunan mereka per 1 Juni 2025. Dalam kebijakan terbaru, karyawan yang memenuhi syarat dapat menggunakan subsidi hingga USD 1.000 (sekitar Rp16 juta) untuk berbagai barang dan layanan yang mendukung kesehatan fisik, mental, dan finansial. Dan ya, kini Lego dan teka-teki pun masuk dalam daftar tersebut.
Langkah ini tentu terdengar menyenangkan—bahkan sedikit tak terduga. Tapi di balik keseruan menyusun balok warna-warni, ada niat serius: membantu karyawan mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh.
Relaksasi dalam Balok Lego
Deloitte sebelumnya sudah menawarkan berbagai opsi seperti layanan spa, alat olahraga, kelas kebugaran, hingga konsol gim. Tambahan baru seperti Lego dan teka-teki mungkin terdengar sepele, tapi para ahli justru melihatnya sebagai langkah cerdas.
“Ini inisiatif yang bagus karena memberi akses pada hal-hal yang mendukung kesehatan, terutama bagi karyawan yang mungkin terkendala secara finansial,” kata Dr. Sonali Chaturvedi, konsultan psikologi dari Rumah Sakit Arete.
Menurutnya, permainan seperti teka-teki dan Lego tak hanya menyenangkan, tapi juga membantu meningkatkan fokus, kreativitas, dan relaksasi. Aktivitas ini bahkan bisa memberikan efek serupa dengan meditasi.
Antara Kenangan dan Stres Kerja
Lego memang identik dengan masa kecil, tapi justru di situlah kekuatannya. Nostalgia yang muncul bisa memberi rasa nyaman dan aman—perasaan yang sangat dibutuhkan ketika tekanan kerja mulai menumpuk.
Seorang karyawan Deloitte bahkan membagikan pengalamannya menyelesaikan set Lego selama dua jam non-stop sebagai cara ampuh melepas stres. “Empat jam kerja Lego saya selesaikan dalam dua jam. Rasanya benar-benar menyegarkan,” ujarnya, seperti dikutip oleh Business Insider.
Namun Tak Semua Setuju
Meski tampak menyenangkan, tidak semua orang menanggapi inisiatif ini dengan antusias. Di media sosial, sejumlah komentar mempertanyakan apakah ini benar-benar bentuk kepedulian atau hanya cara perusahaan menutupi lingkungan kerja yang sebenarnya penuh tekanan.
“Saya pernah bekerja di sana selama lima tahun. Tidak akan kembali hanya karena tunjangan itu,” tulis seorang pengguna Reddit.
Inilah dilema yang muncul: apakah program kesejahteraan seperti ini adalah bentuk perhatian tulus, atau sekadar kosmetik untuk menutupi stres yang berasal dari beban kerja yang tinggi?
Akhirnya, Pilihan di Tangan Karyawan
Apa pun sudut pandangnya, jelas bahwa perusahaan-perusahaan besar mulai memahami pentingnya kesehatan mental dalam produktivitas kerja. Dan jika itu berarti menyusun Lego bisa membuat seseorang merasa lebih baik dan siap menghadapi minggu kerja, mungkin inilah bentuk baru dari keseimbangan hidup di dunia modern.
Tentu saja, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan balok plastik berwarna. Tapi untuk sebagian orang, sedikit permainan bisa menjadi awal dari pemulihan. (indiatoday)