sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Anak favorit dalam keluarga, apakah membawa dampak buruk?

Kabar baiknya, kebanyakan anak tidak dapat mengetahui siapa anak favorit orang tua mereka sebenarnya.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Jumat, 21 Jan 2022 18:25 WIB
Anak favorit dalam keluarga, apakah membawa dampak buruk?

Meski tak banyak diakui, orang tua hampir selalu memiliki figur anak favorit jika dalam satu keluarga memiliki lebih dari satu keturunan. Apakah memiliki anak favorit mencerminkan pola asuh yang buruk?

Joana adalah seorang ibu yang tinggal di Kent, Inggris. Dia mengakui sangat mencintai kedua anaknya. Namun, si bungsu mendapatkan kasih sayang yang berbeda dibandingkan si sulung.

“Anak bungsu saya orang terbaik di planet ini, dia peduli, murah hati, sopan, dan ramah. Dia juga tipe yang suka membantu orang lain,” kata dia seperti ditulis BBC. Dia bahkan mengakui lebih mencintai putra kedua. Meski coba untuk disangkal, sebagian besar orang tua pasti memiliki figur anak favorit.

Sayangnya, jika anak merasa menjadi yang paling tidak disukai di dalam keluarga kepribadiannya akan memburuk. Dia merasa selalu ada persaingan di antara saudara kandung. Kabar baiknya, kebanyakan anak tidak dapat mengetahui siapa anak favorit orang tua mereka sebenarnya. Kini, tugas orang tua adalah mengelola persepsi anak-anak mereka mengenai siapa yang paling favorit.

“Tidak setiap orang tua memiliki anak favorit, namun lebih banyak yang memilikinya,” ujar Profesor Psikiatri University of Massachusetts Medical School, Jessica Griffin.

Data menunjukkan ibu menunjukkan kefavoritan pada anak dengan dasar bagaimana anak berperilaku di dalam keluarga, nilai sekolah, bahkan ambisi dalam karier.

Ada sedikitnya 74% ibu dan 70% ayah di Inggris menunjukkan rasa favorit kepada anak, namun hanya 10% yang mengakuinya. Urutan kelahiran juga memiliki pengaruh, di mana 62% orang tua memilih si bungsu sebagai buah hati favorit. Sayangnya hanya 19% orang tua yang memiliki kecondongan pada anak pertama.

Psikolog Klinis Rumah Sakit Mount Sinai di New York City, Vijayeti Sinh, mengatakan, anak bungsu yang menjadi favorit biasanya dilatarbelakangi oleh faktor emosional orang tua. Ketika melahirkan anak yang terakhir, orang tua cenderung terlatih dalam membesarkan anak. Dengan demikian, akan ada gagasan bagaimana seharusnya masa kecil seorang anak dibuat dengan ideal.

Sponsored

"Orang tua juga cenderung menyukai anak yang paling mirip dengan mereka, mengingatkan mereka pada diri mereka sendiri, atau mewakili apa yang mereka pandang sebagai keberhasilan mengasuh anak," katanya.

Orang tua harusnya merasa khawatir apabila mereka condong kepada salah satu anak. Sinh membenarkan jika anak-anak yang tumbuh dengan perlakuan tidak adil atas saudara kandungnya akan mengalami rasa tidak berharga ketika dewasa.

Namun, hal itu hanya akan terjadi ketika perbedaan perlakuan antarsaudara begitu ekstrem. Itu sebabnya, jika orang tua memiliki anak favorit, seharusnya mereka tidak menunjukkan secara terang-terangan dan tetap memperlakukan semuanya dengan adil.  

Sinh menekankan jangan sampai anak merasa bahwa mereka paling tidak dicintai di antara saudara yang lain. Apalagi merasa tidak memiliki sifat atau karakter yang membuatnya bisa diterima di dalam keluarga. Dalam kasus ini, anak-anak biasanya akan menjadi terlalu baik dan ingin selalu menyenangkan orang lain hanya agar mereka diterima.

Griffin menambahkan bahwa tidak apa-apa jika orang tua memiliki naluri soal siapa anak favorit. Meski demikian, anak-anak yang percaya bahwa diri mereka adalah anak yang paling tidak disukai di keluarga cenderung memiliki harga diri harga diri lebih rendah dan tingkat depresi lebih tinggi.

Beruntungnya, dalam sebagian kasus anak-anak tidak tahu siapa di antara saudara kandung yang menjadi anak favorit, kecuali benar-benar ada perbedaan perlakuan yang ekstrem.

Griffin sendiri mulai waspada ketika ketiga anaknya terus menerus bercanda soal siapa anak favorit di antara mereka bagi orang tuanya. Jika perlakuan soal anak favorit itu sudah mulai mengganggu kesehatan mental, baik bagi ibu atau anak, segeralah temui psikolog.

Berita Lainnya
×
tekid