Telur menjadi makanan yang cukup kontroversial selama bertahun-tahun. Telur telah menjadi makanan yang cukup kontroversial selama bertahun-tahun. Meskipun tampaknya hanya sebagai sumber protein yang sederhana, ada banyak informasi yang salah mengenai kandungan nutrisinya. Ada pula orang yang menjauhi telur karena kandungan kolesterolnya yang tinggi.
Mayo Clinic mencatat, satu butir telur mengandung 75 kalori, 5 gram lemak, 6 gram protein, 0 karbohidrat, 67 miligram kalium, 70 miligram natrium, dan 210 miligram kolesterol. Telur juga merupakan sumber yang baik dari vitamin A, D, dan B12, serta kolin—nutrisi yang penting dalam banyak tahapan metabolisme.
Oleh karena itu, telur punya beragam manfaat. Verywell Health menyebut, mengkonsumsi telur bisa meningkatkan massa otot, menurunkan risiko penyakit kronis, mengurangi peradangan, mendukung penurunan berat badan, serta kemungkinan menurunkan risiko strok.
Eating Well menambahkan, mengonsumsi telur bisa membuat lebih kenyang dan berenergi, membuat rambut dan kulit lebih sehat, membantu berpikir lebih jernih, meningkatkan kesehatan mata, serta menguatkan tulang.
Lalu, bagaimana dengan kandungan kolesterolnya? Menurut Verywell Health, hampir semua kolesterol ada di kuning telur, bukan di bagian putihnya. Memang beberapa penelitian sering bertolak belakang soal kandungan kolesterol di dalam telur. Penelitian yang diterbitkan pada 2019 misalnya menyebut, mengonsumsi telur dapat meningkatkan kolesterol lipoprotein densitas tinggi—yang sering disebut sebagai “kolesterol baik” karena menghilangkan kolesterol berbahaya dari darah.
Namun, penelitian yang terbit pada 2020 menyebut, ada hubungan antara konsumsi telur dan peningkatan kadar kolesterol. Studi ini menemukan, orang dengan konsumsi telur tinggi dalam jangka panjang kemungkinan memiliki kadar kolesterol lebih tinggi.
Menurut Mayo Clinic, kolesterol dalam telur tidak berdampak negatif pada tubuh manusia dibandingkan dengan sumber kolesterol lainnya. Masalahnya, orang biasa memakan telur bersama makanan lain yang tinggi garam, lemak jenuh, dan kolesterol, seperti keju dan mentega.
“Telur yang dimakan sendiri merupakan pilihan bergizi untuk sarapan, makan siang, atau makan malam,” tulis Mayo Clinic.
“Sebagian besar orang sehat dapat mengonsumsi hingga tujuh butir telur per minggu tanpa memengaruhi kesehatan jantung mereka. Beberapa orang memilih untuk hanya makan putih telurnya dan tidak kuningnya, yang menyediakan protein tanpa kolesterol.”
Banyak penelitian tidak menemukan hubungan antara konsumsi telur dan peningkatan kolesterol darah. menurut Verywell Health, orang dengan risiko tinggi kolesterol atau penyakit jantung kemungkinan tak bisa mengonsumsi telur setiap hari dengan aman. Saat menentukan seberapa sering makan telur, Verywell Health menyarankan untuk mempertimbangkan kondisi kesehatan secara keseluruhan, riwayat keluarga, pola makan harian, dan rutinitas olahraga.
Orang-orang dengan kondisi kesehatan, seperti diabetes, obesitas, riwayat keluarga penyakit jantung, dan faktor risiko penyakit jantung juga harus mempertimbangkan batasan asupan telur.
Sebuah studi yang terbit pada 2020 terhadap hampir 200.000 veteran di Amerika Serikat menemukan, makan satu telur per hari sedikit meningkatkan risiko serangan jantung pada mereka yang punya kondisi kesehatan kronis, seperti obesitas atau diabetes.
Di sisi lain, disebut Verywell Health, orang dewasa sehat tanpa faktor risiko penyakit tertentu, dapat aman memakan satu hingga dua butir telur setiap hari. Penelitian pada 2020 menyebut, makan hingga tiga telur per hari aman dan bahkan dapat memperbaiki keseimbangan kolesterol jahat dan kolesterol baik.
“Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah lebih dari satu hingga dua butir telur per hari aman,” tulis Verywell Health.
Sementara itu, Eating Well menulis, secara umum satu butir telur setiap hari seharusnya tidak menjadi masalah besar. Terutama jika mengonsumsi juga protein tanpa lemak dan nabati.
“Telur aman dikonsumsi oleh sebagian besar orang, tetapi jika Anda memiliki alergi terhadap telur, Anda harus menghindarinya,” tulis Eating Well.