close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi sepatu. /Foto Pixabay
icon caption
Ilustrasi sepatu. /Foto Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 18 Agustus 2025 15:00

Bahaya sepatu yang tak pas: Dari nyeri lutut hingga cedera punggung

Sakit pada punggung atau betis bisa saja bermula dari kesalahan memilih sepatu untuk dipakai sehari-hari.
swipe

Mungkin kita tak pernah benar-benar memikirkan sepatu yang dipakai sehari-hari. Toh, yang penting bisa dipakai antar anak ke sekolah, belanja ke minimarket, atau mampir ke apotek. Namun, siapa sangka, alas kaki yang terlihat sepele itu bisa membentuk—atau justru merusak—kesehatan tubuh kita secara perlahan.

Sepatu yang tak pas justru bisa memperparah atau memicu masalah kaki, mulai dari bunion, kapalan, hingga gangguan kuku. “Kaki adalah fondasi tubuh kita,” kata Miguel Cunha, ahli penyakit kaki sekaligus pemilik Gotham Footcare, seperti dikutip dari National Geographic, Ahad (17/8). 

Dengan kata lain, menurut Cunha, sakit yang terasa di punggung atau lutut bisa saja berawal dari kaki. “Kalau sepatu tidak mendukung dengan baik, dampaknya bisa menjalar ke seluruh tubuh—mulai dari rasa lelah berlebihan hingga ketidakseimbangan postur,” imbuh dia. 

Sebagai praktisi kesehatan, Cunha punya kebiasaan meminta pasien meletakkan sepatu mereka di meja periksa. Alasannya sederhana: pola aus pada sepatu bercerita banyak tentang cara seseorang berjalan.

“Kita semua pasti pronasi, artinya lengkung kaki sedikit amblas ketika menapak. Tapi kalau terlalu berlebihan, ausnya akan terlihat jelas di sisi dalam sepatu dan tumit,” kata Cunha. 

Pola ini biasanya diikuti dengan keluhan seperti plantar fasciitis di telapak, tendinitis Achilles di pergelangan, nyeri lutut dalam, hingga masalah pinggul dan punggung. Untuk memastikan penyebabnya, Cunha sering melakukan analisis gaya berjalan (gait analysis). 

Tak melulu pakai alat canggih, video sederhana saat pasien berjalan ke depan dan ke belakang pun bisa memberi petunjuk. Dari situ terlihat apakah sakit berasal dari mekanisme tubuh atau sepatu yang salah desain.

“Bahkan kalau tidak punya masalah kaki tapi sudah ada keluhan punggung, saya sering menyarankan pakai ortotik custom,” kata Cunha. Insole khusus yang dicetak sesuai bentuk kaki ini bisa memperbaiki keseimbangan tubuh lebih efektif ketimbang bantalan sepatu yang dijual bebas.

Tubuh kita punya mekanisme alami setiap kali melangkah. Tumit seharusnya lebih dulu menyentuh tanah, lalu telapak menggulung ke depan, sebelum jari-jari menapak untuk mendorong langkah. 

“Agar gerakan ini terjadi mulus, kaki perlu bisa berubah bentuk secara alami,” jelas Otto Lam, fisioterapis di Good Reps Therapy.

Masalahnya, tidak semua sepatu mengizinkan hal itu. Sandal jepit, misalnya, memaksa jari-jari untuk mencengkeram agar tak lepas. “Kita jadi mengerahkan otot secara salah, menimbulkan ketegangan di lengkung kaki, bahkan bisa menjalar ke otot betis,” kata Lam.

Sepatu flat atau yang solnya sudah tipis sering memicu nyeri di lutut bagian dalam. High heels menggeser beban tubuh ke depan, membebani jari kaki dan punggung bawah. Sementara slip-on, sepatu minimalis, atau model platform bisa membuat langkah kaku dan otot bekerja berlebihan.

“Bayangkan kalau hanya satu kaki yang tidak nyaman, misalnya kanan. Tubuh akan otomatis menyesuaikan: langkah jadi pendek, beban dipindahkan ke sisi kiri. Akibatnya, lutut, pinggul, bahkan punggung di sisi itu ikut tertekan,” ujar Lam.

Menemukan sepatu yang cocok

Begitu penyebab sakit teridentifikasi, langkah berikutnya adalah mencari sepatu yang benar-benar sesuai bentuk dan pola gerak kaki. Misalnya, kaki datar cenderung butuh sepatu stabilitas dengan midsole kaku, sementara kaki dengan lengkung tinggi perlu bantalan ekstra agar bisa menyerap benturan.

Kaki lebar jelas lebih cocok dengan sepatu yang punya toe box lega, sementara kaki ramping butuh model yang lebih ‘memeluk’ agar tak mudah selip. Baik Cunha maupun Lam menyarankan untuk tetap berbelanja sepatu secara langsung.

“Saya selalu bilang, belilah sepatu di sore atau malam, saat kaki sudah bengkak karena gravitasi. Itu kondisi terburuk kaki kita,” kata Cunha. Kalau sepatu terasa pas di saat kaki bengkak, bisa dipastikan sepanjang hari pun nyaman.

Cunha bahkan punya daftar merek yang direkomendasikan karena mendapat stempel American Board of Podiatric Medicine: Hoka, Brooks, Saucony, New Balance, dan ASICS. “Utamakan fungsi ketimbang gaya,” pesannya.

Pada akhirnya, sepatu terbaik bukan soal merek atau tren, melainkan seberapa baik ia menopang gerakan alami tubuh. “Tubuh kita saling terhubung,” kata Cunha. “Kalau mau sehat, rawatlah dari fondasinya: kaki.”

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan