close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kencan online./Foto Pheladiii/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi kencan online./Foto Pheladiii/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Hubungan dan Percintaan
Minggu, 07 September 2025 11:34

Benarkah pasangan yang bertemu secara daring kurang bahagia?

Menemukan pasangan saat ini sangat mudah, tinggal geser kiri-kanan di aplikasi. Tapi, ada konsekuensinya.
swipe

Selama dua dekade terakhir, cara orang menemukan pasangan telah berubah drastis. Jika hingga tahun 2000-an, hampir semua orang akan menemukan pasangan mereka di sebuah pesta, kantor, atau dikenalkan teman, kini semakin banyak orang yang mengandalkan kencan online lewat aplikasi atau media sosial untuk menemukan pasangan yang pas. Caranya pun praktis, tinggal geser kanan-kiri, untuk menemukan orang yang kira-kira cocok dengan kita. Lalu, berkirim pesan singkat.

Namun, apakah pasangan yang bertemu secara daring benar-benar bahagia? Penelitian yang dilakukan para peneliti dari Polandia, Australia, dan Inggris bertajuk “Meeting partners online is related to lower realitonship satisfaction and love: Data from 50 countries”, terbit di jurnal Telematics and Informatics baru-baru ini menjawab hal itu.

Para peneliti menganalisis data dari 50 negara—termasuk Amerika Serikat, Australia, semua negara Amerika Selatan, dan banyak negara Afrika, Asia, serta Eropa. Tujuannya, mereka ingin memecahkan masalah utama dari penelitian sebelumnya tentang bagaimana hubungan dimulai.

Secara keseluruhan, lebih dari 6.600 orang yang menjalin hubungan berpartisipasi dalam studi ini. Para peneliti meminta peserta studi mengisi beberapa kuesioner psikologi standar, serta informasi dasar seperti usia dan jenis kelamin. Tujuannya, untuk melihat apakah pertemuan dengan pasangan masing-masing secara langsung atau daring memengaruhi intensitas cinta dan kepuasan hubungan.

Para relawan berusia antara 18 dan 73 tahun. Sebesar 84% bertemu pasangan mereka secara langsung, dan 16% secara daring. Besarnya angka pertemuan secara luring, kemungkinan disebabkan peserta studi yang lebih tua telah menemukan pasangan mereka saat kencan daring belum lazim seperti sekarang.

Hasilnya, secara keseluruhan, orang yang bertemu pasangan mereka secara luring melaporkan kepuasan hubungan yang lebih tinggi dan lebih mencintai pasangan mereka ketimbang mereka yang bertemu daring. Efek ini lebih kuat dirasakan pada pria, terutama pula orang yang berusia lebih dari 33 tahun.

Penelitian ini mengungkap, ada sedikit penurunan dalam kepuasan hubungan, keintiman, dan gairah bagi pasangan yang bertemu daring, serta penurunan sedang dalam komitmen.

"Perbedaan ini kecil, tetapi bermakna," kata peneliti dari Australian National University sekaligus salah seorang penulis studi, Adam Bode, dikutip dari ABC.

Menurut profesor metode riset psikologi di departemen psikologi MSH Medical School, Sebastian Ocklenburg, temuan ini kemungkinan disebabkan orang yang berkencan daring bingung karena terlalu banyak pilihan dan terlalu fokus pada daya tarik fisik daripada karakter. Hal ini mengakibatkan pada pilihan pasangan yang buruk.

“Selain itu, orang sering berbohong tentang usia, tinggi badan, dan faktor lain dalam kencan daring. Memulai hubungan dari kebohongan bisa menjadi awal yang buruk,” kata Ocklenburg, dikutip dari Psychology Today.

“Sementara orang yang bertemu di dunia nyata mungkin memiliki lebih banyak kesamaan minat karena mereka sering kali bertemu dengan alasan minat yang sama.”

Kencan daring, dahulu dianggap sebagai alat untuk menemukan cinta jangka panjang. Namun, banyak aplikasi saat ini justru condong ke arah sebaliknya.

“Pergeseran ke arah hubungan jangka pendek yang kurang berkomitmen ini pada akhirnya dapat berkontribusi dengan kualitas hubungan yang lebih rendah,” ujar Adam Bode, dikutip dari Vice.

Ditambah lagi, banyaknya pilihan yang tersedia—ribuan wajah yang harus digeser satu per satu—membuat seseorang terus bertanya-tanya apakah pasangan saat ini benar-benar "yang terbaik," atau hanya "yang terbaik sejauh ini." Akhirnya, semuanya terasa masuk akal: lebih banyak pilihan tidak selalu berarti hasil yang lebih baik. Bahkan, terlalu banyak pilihan justru bisa menimbulkan kebingungan dan kelumpuhan dalam mengambil keputusan.

Pasangan yang bertemu daring, cenderung tidak memandang usia, jenis kelamin, lokasi geografis, pendidikan, atau seksualitas mereka. Menurut penelitian ini, mereka yang sudah bersama pasangannya dalam jangka waktu yang lebih pendek, dan orang-orang dengan status sosial ekonomi rendah, lebih mungkin memulai hubungan mereka secara daring.

“Ada bukti sebelumnya yang menunjukkan, orang-orang yang bertemu pasangannya secara daring, kurang mirip satu sama lain,” ujar Bode.

“Misalnya dalam hal seperti etnis, pengalaman hidup, atau pengalaman bersama.”

Pengacara keluarga yang berbasis di Melbourne, Australia, Caroline Counsel mengatakan, temuan studi terbaru ini sejalan dengan pengalamannya dalam praktik sehari-hari.

“Kami sering melihat pasangan yang pertama kali bertemu secara daring. Tidak ada lagi yang saya sebut sebagai ‘lem’ yang merekatkan mereka,” ujarnya kepada ABC. “Orang-orang ini sering kali tidak berasal dari komunitas yang sama, dan hubungan mereka biasanya terbentuk dari koneksi yang bersifat acak.”

Sementara itu, Bode pun mengingatkan. “Kita tidak perlu panik, namun orang-orang perlu menyadari, kencan online mungkin bukan cara terbaik untuk menemukan pasangan serius,” tutur Bode, dikutip dari ABC.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan