close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi remaja./Foto a_scarcy/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi remaja./Foto a_scarcy/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Minggu, 25 Mei 2025 06:36

Berbagai tantangan remaja di seluruh dunia

Remaja menghadapi banyak tantangan, mulai dari kesehatan mental yang buruk, meningkatnya angka obesitas, paparan kekerasan, dan perubahan iklim.
swipe

Masa remaja—transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa—berlangsung sekitar usia 10-19 tahun. Masa remaja adalah masa di mana seseorang berusaha mengenal segala hal lebih jauh.

Namun, sekelompok ahli kesehatan remaja, termasuk dari Murdoch Children’s Research Institute (MCRI)—yang menyebut diri mereka Komisi Lancet tentang Kesehatan dan Kesejahteraan Remaja tahun 2025—dalam laporan baru-baru ini di jurnal The Lancet mengungkap, remaja menghadapi banyak tantangan, mulai dari kesehatan mental yang buruk, meningkatnya angka obesitas, paparan kekerasan, dan perubahan iklim.

Laporan itu bakal diluncurkan pada Sidang Majelis Kesehatan ke-78 World Health Organization (WHO) di Jenewa, Swiss. Para peneliti mengungkap, meski remaja merupakan 24% dari populasi dunia (sekitar 2 miliar orang), tetapi mereka hanya menerima 2,4% dari pendanaan pembangunan dan kesehatan global.

Pada 2030, para peneliti menyebut, lebih dari separuh remaja di dunia akan tinggal di negara-negara yang demografinya mengalami beban penyakit kompleks yang berlebihan.

Dikutip dari situs web MCRI, para peneliti memperkirakan, pada 2050, 70% remaja dunia akan tinggal di daerah perkotaan. Meski berpotensi mendatangkan manfaat, tetapi urbanisasi yang cepat dan tidak terencana dapat mempercepat kemiskinan, isolasi, dan perumahan yang tidak aman.

Tantangan berkelanjutan yang dihadapi kelompok usia remaja, meliputi tingginya kasus kesehatan mental yang buruk dan terbatasnya layanan dukungan, meningkatnya angka obesitas karena faktor lingkungan dan komersial yang kompleks, kurangnya keamanan digital dan paparan terhadap perundungan siber atau misinformasi, mengalami kekerasan di daerah konflik dan di dalam rumah, dampak berkelanjutan dari pandemi Covid-19, meningkatnya kesenjangan hak reproduksi, dan dampak perubahan iklim.

Terkait kesehatan, menurut ABC, Australia merupakan salah satu negara yang kaum mudanya sebagian besar mengalami gangguan mental, nyeri kronis, dan kondisi pernapasan. Tantangan kesehatan terbesar terdapat di negara-negara dengan beban ganda, seperti di kawasan Pasifik, Asia, dan Afrika sub-Sahara.

“Kaum muda di negara-negara tersebut menghadapi risiko lebih tinggi terhadap penyakit tidak menular dan penyakit menular, seperti pneumonia, HIV, dan tuberkolosis,” tulis ABC.

Diproyeksikan, di seluruh Amerika Latin, Karibia, Afrika Utara, dan Timur Tengah, sepertiga remaja akan mengalami kelebihan berat badan pada 2030.

“Pada 2050, hampir setengah dari penduduk muda dunia akan mengalami kelebihan berat badan,” kata salah seorang peneliti sekaligus profesor MCRI Peter Azzopardi, dikutip dari ABC.

“Itu jumlah yang sangat besar.”

Lalu, gangguan mental, seperti menyakiti diri sendiri, merupakan penyebab beban penyakit terbesar di kalangan remaja seluruh negara. Para peneliti mencatat, masa remaja dikenal sebagai masa yang berisiko terhadap kesehatan mental yang buruk. Tiga perempat dari gangguan mental seumur hidup muncul sebelum orang mencapai usia 24 tahun.

Remaja saat ini juga merupakan generasi pertama yang menjalani seluruh hidup mereka di bawah bayang-bayang perubahan iklim.

“Jampir setiap remaja di seluruh dunia telah terpapar pada setidaknya satu bahaya, guncangan, atau stres iklim atau lingkungan yang besar,” kata Azzopardi.

Terlebih, banyak anak muda tumbuh di negara-negara dengan paparan yang sangat tidak adil terhadap konsekuensi perubahan iklim dan degradasi lingkungan. Hal itu dapat menyebabkan kaum muda telantar atau berisiko menalami kerawanan pangan kronis.

Walaupun teknologi menciptakan peluang, namun laporan itu memperingatkan potensi bahaya, terutama bagi kelompok remaja dan yang terpinggirkan secara sosial. Ada risiko terpapar perundungan dunia maya, konten kekerasan dan seksual, serta misinformasi.

Laporan ini juga mencatat, jumlah anak muda yang terpapar konflik dan perang meningkat lebih dari dua kali lipat antara 1990 dan 2022. Para peneliti mengatakan, dampak konflik terhadap kaum muda sangat besar dan bisa menimbulkan konsekuensi seumur hidup dan antargenerasi. Konflik dapat menyebabkan pengungsian dan migrasi paksa, yang membuat remaja rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi seksual.

Para peneliti memberikan beberapa poin solusi atas segala masalah yang bakal dihadapi remaja tadi. Pertama, mengadvokasi perubahan dan memperkuat kebutuhan serta suara kaum muda. Kedua, mengembangkan pendekatan yang berpusat pada tujuan lewan Kantor Sekretaris PBB dengan fokus pada pengukuran, peningkatan kesehatan, dan kesejahteraan remaja.

Ketiga, melibatkan kaum muda dalam program lingkungan berbasis masyarakat. Keempat, meningkatkan program kesehatan masyarakat yang mendorong kesehatan seksual, reproduksi, serta mengurangi kekerasan berbasis gender.

Kelima, memperkuat tindakan dalam sektor kesehatan dan pendidikan sambil memperkuat kolaborasi. Keenam, membatasi paparan iklan yang menargetkan remaja. Ketujuh, mempromosikan dan mendorong penggunaan media sosial serta ruang daring yang sehat.

Profesor MCRI sekaligus salah satu peneliti, Susan Sawyer menyebut, kemitraan dengan kaum muda merupakan landasan laporan tersebut. Bertujuan memanfaatkan kemampuan dan kepemimpinan mereka guna membantu membentuk dunia yang ingin mereka tinggali.

Namun, kurangnya kepemimpinan nasional seputar kesehatan remaja tetap menjadi hambatan utama dalam mengatasi tantangan tersebut.

“Mitos yang umum adalah remaja sehat dan karena itu tidak memerlukan layanan kesehatan,” kata Sawyer dalam situs web MCRI.

“Tapi, temuan kami menunjukkan, di setiap negara, remaja memerlukan akses ke layanan kesehatan responsif yang dapat mengidentifikasi dan menanggapi kebutuhan kesehatan mereka.”

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan