Artificial intelligence (AI) atau akal imitasi menarik perhatian publik karena dinilai berperan dalam pendidikan, pekerjaan, dan hiburan. Namun, para peneliti dari University of California dan Michigan State University menemukan, penggunaannya dalam aktivitas daring sehari-hari jauh lebih jarang daripada yang diperkirakan banyak orang. Berdasarkan lebih dari 14 juta kunjungan situs web, para peneliti menemukan, penelusuran terkait AI hanya mencakup kurang dari 1% aktivitas daring bagi kebanyakan orang.
Selain itu, penelitian mereka yang diterbitkan di jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking baru-baru ini menemukan profil psikologis orang yang sering menggunakan AI.
"Meskipun ada kekhawatiran dan antusiasme yang meluas terhadap alat seperti ChatGPT, kami hampir tidak memiliki pemahaman dasar tentang pola penggunaan yang sebenarnya. Kami ingin mengukur apa yang sebenarnya terjadi, tidak hanya memeriksa frekuensi penggunaan, tetapi juga profil psikologis pengguna AI dan bagaimana AI terintegrasi ke dalam perilaku digital mereka yang lebih luas," ujar peneliti dari University of California sekaligus salah seorang penulis studi, Emily McKinley, dikutip dari PsyPost.
Penelitian ini menggunakan dua eksperimen. Percobaan pertama melibatkan 499 mahasiswa di dua institusi, sedangkan yang kedua berfokus pada 455 anggota masyarakat. Partisipan membagikan riwayat penelusuran web mereka selama 90 hari.
Partisipan juga menyelesaikan survei yang mengukur ciri kepribadian, sikap terhadap AI, dan demografi mereka. Dengan menggunakan daftar situs web AI ternama, seperti ChatGPT dan Microsoft Copilot, para peneliti mengidentifikasi kunjungan peramban mana yang terkait dengan AI. Para peneliti kemudian menganalisis data untuk memahami proporsi kunjungan AI relatif terhadap total penelusuran, jenis situs web apa yang dikunjungi sebelum dan sesudah penggunaan AI, dan karakteristik psikologis apa yang berkorelasi dengan penggunaan AI.
Dalam sampel mahasiswa, penggunaan AI rata-rata hanya mencapai 1% dari seluruh kunjungan situs web. Situs AI yang paling sering dikunjungi sejauh ini adalah ChatGPT, mewakili lebih 85% dari seluruh kunjungan terkait AI. Mahasiswa yang lebih sering menggunakan AI cenderung memiliki skor tinggi pada ciri-ciri kepribadian yang terkait dengan narsisme dan psikopati.
Sebaliknya, sampel masyarakat umum menunjukkan tingkat penggunaan AI yang lebih rendah, dengan rata-rata hanya 0,44% kunjungan situs web yang terkait dengan AI. Sekali lagi, ChatGPT menjadi platform AI yang paling banyak dikunjungi. Korelasi signifikan antara kepribadian dan penggunaan AI lebih sedikit ditemukan pada kelompok ini, tetapi terdapat hubungan yang moderat antara Machiavellianisme dan penelusuran AI.
Para peneliti memberikan perhatian khusus kepada individu yang mereka sebut "pengguna prolific", yang didefinisikan sebagai mereka yang penjelajahan AI-nya menyumbang lebih dari 4% dari total kunjungan situs web mereka.
“Menariknya, orang-orang yang lebih banyak menggunakan AI cenderung memiliki skor lebih tinggi pada ciri-ciri kepribadian aversif, khususnya Machiavellianisme, narsisme, dan psikopati, meskipun pola-pola ini lebih kuat di kalangan pelajar,” kata McKinley kepada PsyPost.
Meskipun studi ini menyediakan data objektif yang langka tentang penggunaan AI, masih terdapat beberapa keterbatasan. Pertama, analisis terbatas pada interaksi berbasis web. Penggunaan aplikasi seluler, yang mungkin lebih umum bagi sebagian pengguna, tidak diikutsertakan. Demikian pula hanya pengguna Google Chrome yang dapat berpartisipasi, yang mungkin memengaruhi sampel.
Penelitian ini juga berfokus terutama pada serangkaian sifat individu yang sempit, seperti kepribadian dan demografi dasar. Faktor-faktor lain, seperti kesejahteraan emosional, motivasi, atau lingkungan sosial, dapat memainkan peran penting dalam adopsi AI, tetapi tidak dibahas di sini.
Meskipun studi ini mencatat seberapa sering pengguna mengunjungi situs web AI, studi ini tidak dapat melacak apakah mereka sedang menulis esai, memecahkan masalah, atau sekadar menjelajah karena rasa ingin tahu.
"Kami ingin memahami bukan hanya seberapa sering orang menggunakan AI, tetapi juga untuk apa mereka menggunakannya dan bagaimana konten tersebut berkaitan dengan karakteristik individu mereka," ujar McKinley.
"Kami juga tertarik untuk mengkaji konsekuensi dari penggunaan AI. Misalnya, apakah penggunaan aktual memprediksi hasil seperti integritas akademik, perilaku mencari informasi, atau kinerja kerja?"