Okra (Abelmoschus esculentus), yang dikenal juga sebagai lady’s finger atau bendi, merupakan tanaman yang tumbuh di iklim hangat dan tropis, seperti di Afrika dan Asia, termasuk Indonesia. Di pasar tradisional maupun modern, tak sulit menemukan okra. Di beberapa daerah, okra disebut okro, gumbo, atau termemes.
Tanaman ini punya dua warna—hijau dan merah, punya bentuk yang memanjang dan berujung runcing—mirip kacang panjang, tetapi lebih pendek. Okra bisa diolah menjadi berbagai masakan, seperti ditumis, dibuat acar, bahkan dibuat menjadi kripik yang renyah. Tekstur okra berlendir, dan terdapat biji-bijian di dalamnya. Okra punya cita rasa ringan yang agak mirip dengan campuran kacang hijau, terong, atau asparagus, serta memiliki aroma mirip rumput.
Meski bukan makanan yang umum dikonsumsi, okra punya kandungan gizi yang sangat tinggi.
Healthline menyebut, 100 gram okra mentah mengandung 33 kalori, 7 gram karbohidrat, 2 gram protein, 0 gram lemak, 3 gram serat, 14% magnesium, 15% folat, 5% vitamin A, 26% vitamin C, 26% vitamin K, dan 13% vitamin B6. Banyak buah dan sayuran tidak mengandung protein, sehingga okra tergolong unik.
Mengandung antioksidan
Antioksidan—senyawa dalam makanan yang melindungi tubuh dari kerusakan akibat molekul berbahaya yang disebut radikal bebas—utama dalam okra adalah polifenol, termasuk flavonoid dan isoquercetin, serta vitamin A dan C.
Menurut Healthline, penelitian menunjukkan, mengonsumsi makanan yang kaya polifenol dapat meningkatkan kesehatan jantung dengan menurunkan risiko pembekuan darah dan kerusakan oksidatif. Polifenol juga bisa bermanfaat bagi kesehatan otak, membantu melindungi otak dari gejala penuaan, meningkatkan daya ingat, pembelajaran, dan kognisi.
Menurunkan risiko penyakit jantung
Okra mengandung zat kental seperti gel yang disebut mucilage, yang bisa mengikat kolesterol selama proses pencernaan, sehingga kolesterol dikeluarkan bersama feses, bukan diserap tubuh. Kadar kolesterol tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Manfaat potensial lainnya bagi jantung berasal dari kandungan polifenolnya, yang bisa membantu mencegah penyakit jantung dan strok.
Menurunkan kadar gula darah
Kadar gula darah yang terus-menerus tinggi dapat menyebabkan pradiabetes dan diabetes tipe 2. Menurut Healthline, penelitian menunjukkan, okra memiliki efek positif dalam mengontrol kadar gula darah pada orang dengan pradiabetes dan diabetes tipe 2.
Bermanfaat selama kehamilan
Folat (vitamin B9) adalah nutrisi penting bagi perempuan yang sedang hamil. Sebab, membantu mengurangi risiko kondisi yang memengaruhi perkembangan otak dan tukang belakang janin. Okra merupakan sumber folat yang baik. Dalam 100 gram, okra mengandung 15% dari kebutuhan harian perempuan terhadap nutrisi ini.
Punya sifat antikanker
Okra diyakini punya sifat antikanker kolorektal—kanker yang berkembang di usus besar atau rektum. Penelitian yang dilakukan para peneliti dari Universitas Airlangga, terbit di Tropical Journal of Natural Product Research pada Juli 2025 menemukan, ekstrak okra mampu berfungsi secara efektif sebagai agen pereduksi sekaligus penstabil dalam proses biosintesis iron oxide nanoparticles (IONPs).
IONPs memiliki sifat superparamagnetik, stabilitas kimia yang baik, toksisitas rendah, serta kemampuan menembus jaringan tumor secara pasif lewat efek enhanced permeability and retention (EPR). Selain itu, hasil uji in vitro memperlihatkan, IONP-Okra memiliki potensi aktivitas antikanker terhadap sel kanker kolon WiDr.
Walau banyak manfaat, apakah okra punya efek samping?
Seperti halnya makanan atau minuman lainnya, okra mungkin tak cocok untuk semua orang. Menurut Medical News Today, bagi orang yang memiliki alergi terhadap okra, mengonsumsi air okra bisa memicu timbulkan gejala alergi.
Okra mengandung fruktan, yakni jenis oligosakarida, disakarida, monosakarida, dan poliol yang dapat difermentasi. Pada orang yang sulit mencerna fruktan jenis itu, maka dapat menyebabkan keluhan seperti kembung, gas berlebih, atau sakit perut.
“Okra juga mengandung oksalat, yang bila dikonsumsi dalam jumlah tinggi dapat meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal,” tulis Medical News Today.