close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi sepak bola./Foto planet_fox/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi sepak bola./Foto planet_fox/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Olahraga
Senin, 22 September 2025 19:05

Di balik bayang-bayang bakat sepak bola sang ayah

Apakah bakat sepak bola ayah selalu menurun ke anak?
swipe

Cristiano Ronaldo dos Santos Jr, anak dari pesepakbola Portugis Cristiano Ronaldo, yang masih berusia 15 tahun menjadi viral di media sosial setelah mencetak gol tendangan bebas jarak jauh, yang mirip sang ayah. Momen itu terjadi saat dia berlaga di Liga Junior Arab Saudi, membela Al-Nassr U-16 melawan Al-Ahly U-16 pada Kamis (19/9). Berkat tembakan sensasional itu, Al-Nassr U-16 menang 1-0.

Selain Cristiano Ronaldo, ada banyak pemain sepak bola terkenal yang anaknya “mewarisi” bakat sepak bola dari sang ayah. Bahkan, FIFA mencatat, ada beberapa nama yang menjadi rekan satu tim. Misalnya, peraih FIFA Ballon d’Or dan pemain Brasil Rivaldo yang bermain bersama putranya, Rivaldinho, sebelum gantung sepatu pada 2014. Mereka bermain untuk klub Brasil Mogi Mirim.

Pemain top lainnya, seperti mantan kiper timnas Denmark Peter Schmeichel yang punya anak juga seorang kiper, yakni Kasper Schmeichel, mantan bek timnas Italia Paolo Maldini yang diteruskan anaknya Christian Maldini dan Daniel Maldini, serta mantan bek timnas Prancis Ruddy Lillian Thuram-Ulien yang mewarisi bakat ke anaknya Khephren Thuram-Ulien.

Pelatih timnas Indonesia Patrick Kluivert juga punya anak bernama Justin Dean Kluivert yang bermain di Bournemoth dan timnas Belanda. Mantan pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong pun punya anak bernama Shin Jae-won yang menjadi gelandang Seongnam FC.

Di Indonesia, ada nama mantan bek timnas Indonesia Bejo Sugiantoro yang punya anak pemain belakang Persebaya Surabaya Rachmat Irianto, legenda PSM Makassar Bahar Muharram yang punya anak bek kanan Port FC Asnawi Mangkualam Bahar, serta pelatih dan mantan pemain Persebaya Surabaya Jacksen F. Tiago yang punya anak striker Persik Kediri dan timnas Indonesia U-23 Hugo Samir.

Faktor genetik?

Melihat banyaknya contoh ayah dan anak pesepakbola, tak sedikit orang benar-benar percaya kalau bakat sepak bola adalah warisan.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di British Journal of Sports Medicine pada 2012 menemukan, latihan teratur dan faktor lingkungan memang penting untuk mencapai performa tingkat tinggi. Namun, faktor-faktor tersebut tak cukup untuk menciptakan atlet elite jika berdiri sendiri. Menurut para peneliti, batas kemampuan performa seseorang ditentukan oleh susunan genetik, sedangkan latihan dan lingkungan hanya membantu seseorang mencapai potensi maksimal yang sudah ditetapkan gen tersebut.

Lalu, dalam penelitian yang diterbitkan jurnal Twin Research and Human Genetics pada 2012 menemukan, sekitar 66% bakat atletik seseorang dipengaruhi faktor genetik. Artinya, genetika punya peran besar dalam menentukan keberhasilan seorang atlet.

Bisa jadi, Ronaldo Jr. beruntung mewarisi kemampuan fisik dan atletis luar biasa dari sang ayah, yang selama ini dikenal sebagai salah seorang pesepakbola terbaik di dunia.

Kemudian, para peneliti dalam jurnal Sports Medicine yang terbit pada 2012 meriset seberapa besar genetika memengaruhi daya tahan dan kekuatan otot. Hasilnya, daya anaerobik—yang berkaitan dengan kecepatan dan tenaga—dipengaruhi 30% hingga 90% faktor genetik. Sementara itu, penyerapan oksigen puncak, yang menentukan daya tahan tubuh, dipengaruhi 40% hingga 70% faktor genetik.

“Jika temuan ini benar, berarti ada anak-anak yang, meski sudah berlatih keras, makan sehat, dan memiliki tekad kuat, tetap tidak akan mampu menyamai performa Ronaldo Jr,” tulis Bleacher Report.

“Sebab, Ronaldo Jr. mungkin mewarisi keunggulan genetik yang memberinya kekuatan dan daya tahan hingga 90% lebih baik dibandingkan anak-anak lain di lapangan.”

Yang jelas, genetika memiliki pengaruh besar terhadap performa atletik. Namun, gen yang bagus saja tak cukup. Potensi itu harus tetap dioptimalkan lewat latihan yang tepat. Banyak ahli bahkan mendefinisikan latihan sebagai cara untuk mewujudkan potensi genetik seseorang.

“Dengan kata lain, meskipun Ronaldo Jr mungkin memiliki keunggulan genetik dari ayahnya, tanpa latihan yang tepat, potensi itu tidak akan berkembang menjadi kemampuan yang luar biasa,” tulis Bleacher Report.

Psikolog olahraga dari Florida State University, K. Anders Ericsson dan Paul Ward dalam riset yang diterbitkan di Journal of the Association of Psychological Science menjelaskan, kemampuan tingkat ahli tak muncul begitu saja.

“Dalam bidang apa pun yang bisa diukur performanya, kemampuan tertinggi hanya dapat dicapai setelah sekitar 10 tahun latihan intensif, bahkan bagi mereka yang paling berbakat sekali pun,” tulis Ericsson dan Ward.

Faktanya, hanya sedikit pesepakbola top dunia yang punya garis keturunan sepak bola profesional. Ronaldo dan Messi misalnya, tak punya garis keturunan keluarga di sepak bola atau olahraga profesional lain.

Putra mantan pemain timnas Inggris, Paul Gascoigne, yakni Regan malah membenci sepak bola. Dikutip Chronicle Live, pada usia 12 tahun Regan sadar dia tak punya kecenderungan genetik untuk bermain sepak bola.

Mentalitas pun berperan besar terhadap kesuksesan pemain. Anak legenda AS Roma dan timnas Italia, Francesco Totti, yakni Cristian misalnya, malah memilih pensiun dari lapangan hijau di usianya yang baru 19 tahun. Dia merasa tertekan di bawah bayang-bayang nama besar ayahnya. Kariernya mentok di klub Serie D Italia, Olbia.

Sepanjang kariernya, Cristian sering menjadi sasaran kritik keras, terutama body shaming di media sosial. Beberapa orang mengejeknya dengan julukan “Captain Salsiccia” (Kapten Sosis), yang merujuk pada bentuk tubuhnya.

“Dia diperlakukan seperti sampah hanya karena dia anak dari Francesco (Totti) dan Ilary (Blasi),” ujar Direktur Teknik Olbia kepada Sport Italia, dikutip dari Sport Star.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan