sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Fenomena spirit doll: Ada rasa nyaman dan menyayangi yang harus terpenuhi

Fenomena spirit doll ini bisa diibaratkan seperti anak kecil yang membutuhkan benda yang nyaman untuk dipeluk.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Selasa, 04 Jan 2022 18:04 WIB
Fenomena spirit doll: Ada rasa nyaman dan menyayangi yang harus terpenuhi

Fenomena spirit doll  (boneka arwah) belakangan muncul dan menjadi tren tersendiri di Indonesia. Spirit doll ini kebanyakan dimiliki oleh artis seperti Ivan Gunawan, Celine Evangelista, Roy Kiyoshi, dan Furi Harun. Dalam analisis psikologis fenomena spirit doll ini menunjukkan aspek psikologis berupa rasa nyaman dan menyayangi yang harus terpenuhi dalam diri setiap manusia.

Psikolog klinis sekaligus pendiri Ruang Tumbuh, Irma Gustiana Andriani, mengatakan fenomena spirit doll ini bisa diibaratkan seperti anak kecil yang membutuhkan benda yang nyaman untuk dipeluk. Benda itu adalah sesuatu apa saja yang bisa membuat dirinya nyaman.

“Meskipun itu tidak memberi benefit pada orang lain, tapi tidak masalah, yang terpenting adalah orang itu nyaman dengan benda,” ujar Irma ketika dihubungi Alinea.id lewat sambungan telepon, Selasa (4/1) sore.

Apa yang dijelaskan oleh Irma ini mirip dengan yang terjadi pada publik figur Ivan Gunawan yang pernah menyebutkan dirinya sangat menyayangi Miracle dan Marvelous, dua spirit doll, yang kini tinggal bersamanya. Artis yang kerap dipanggil Igun ini mengaku tak ambil pusing dengan pandangan miring masyarakat, yang jelas dia akan tetap mengurus Miracle dan Marvel layaknya anak dan itu membuat dirinya bahagia.

Aspek psikologis, lanjut Irma, yang selalu ada pada manusia adalah kebutuhan akan rasa nyaman dan melampiaskan rasa kasih sayang dari dalam dirinya kepada hal-hal di luar diri. Misalnya kepada spirit doll tersebut.

“Pemenuhan aspek psikologis pada manusia memang sangat beragam, misalnya ketika membutuhkan eksistensi diri, menjadi makhluk sosial yang ingin selalu melayani, atau ada masa lalu yang tidak terpenuhi, namun itu semua bersifat sangat personal,” imbuh Irma.

Kendati demikian, Irma menambahkan perilaku orang yang memiliki spirit doll dan merawatnya seperti anak bahkan cenderung berlebihan tidak bisa dijustifikasi sebagai gangguan psikologis. Namun, yang lebih tepat adalah cara bagaimana seorang individu memenuhi rasa ingin menyayangi layaknya semua manusia lain.

Sementara di lain pihak, gangguan psikologis memerlukan analisis yang cukup panjang dan tidak bisa diputuskan sekali duduk. Gangguan psikologis ini setidaknya harus dianalisis dari beberapa aspek seperti frustrasi, perubahan perilaku, dan stres akut. Untuk hal ini, Irma lebih memandang spirit doll sebagai tren yang bisa segera berganti. Tren biasanya dipengaruhi oleh kepemilikan publik figur atas benda tersebut sehingga mudah ditiru orang lain.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid