close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Sufisme./Foto kin klimkin/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi Sufisme./Foto kin klimkin/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Hiburan
Senin, 28 Juli 2025 12:03

Film-film yang mengangkat soal Sufisme

Film-film ini mengajarkan praktik Sufi dalam kehidupan.
swipe

Esensi dari praktik Sufi adalah membersihkan diri (tazkiyatun nufu), mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah), dan mencapai tingkatan spiritual tertinggi (makrifatullah) melalui cinta, pengabdian, dan penyerahan diri. Praktik ini melibatkan berbagai latihan spiritual, seperti zikir, muraqabah, dan muhasabah, serta penekanan pada akhlak mulia dan mengikuti ajaran agama secara lahir dan batin. Beberapa film menawarkan perspektif mendalam tentang keyakinan dan praktik Sufi, sebagai berikut.

Bab'Aziz: The Prince Who Contemplated His Soul (2005)

Film Tunisia ini disutradarai Nacer Khemir. Bab'Aziz dimulai dengan seorang lelaki tua bernama Bab ' Aziz (Parviz Shahinkhou) dan cucunya Ishtar (Maryam Hamid) dalam perjalanan mereka ke sebuah pertemuan Sufi. Beberapa karakter lain, dalam perjalanan mereka ke pertemuan yang sama, bergabung dengan mereka saat mereka berjalan bersama. Film ini berfokus pada perjalanan yang merupakan metafora spiritual Sufi. Semua elemen dalam film berkontribusi pada kisah hidup yang dipahami sebagai jalan yang mengarah pada kebenaran batin seseorang. 

Monsieur Ibrahim (2003)

Film Prancis yang disutradarai Francois Dupeyron ini berlatar di Paris pada era 1960-an, mengisahkan persahabatan yang tak terduga antara seorang anak Yahudi yang kesepian dan seorang pedagang toko kelontong Sufi bernama Monsieur Ibrahim.

Momo (Pierre Boulanger), seorang anak laki-laki berusia 13 tahun, tinggal bersama ayahnya yang depresi dan terus-menerus mengkritiknya. Momo tumbuh dengan rasa ingin tahu dan keinginan untuk menemukan kedekatan manusiawi—bahkan jika itu berarti mencoba menyewa cinta dari pekerja seks di distrik lampu merah Paris.

Di tengah kehampaan dunia Momo, hadir sosok yang hangat dan bijak: Monsieur Ibrahim (Omar Sharif), si "orang Arab" yang sebenarnya bukan orang Arab sama sekali. Ia berasal dari Golden Crescent, wilayah yang mencakup negeri-negeri seperti Turki. Toko kelontongnya yang selalu buka dari pukul delapan pagi hingga tengah malam—bahkan di hari Minggu—menjadi tempat perlindungan Momo dari dunia yang dingin.

Monsieur Ibrahim adalah seorang Sufi, yang memandang hidup dengan kedalaman, cinta, dan penerimaan. Lewat kebijaksanaan dan kasih sayangnya, ia membawa cahaya ke dalam hidup Momo, mengajarkannya makna sejati dari kebebasan, kebahagiaan, dan kemanusiaan.

The Willow Tree (2005)

Film Iran yang disutradarai Majid Majidi berkisah tentang Youssef (Parvis Parastui) yang kehilangan penglihatan akibat kecelakaan di usia 8 tahun. Tiga puluh delapan tahun kemudian, dia menjalani hidup yang tampak tenang—mengajar sastra di unvirsitas, memiliki istri yang mencintainya, dan seorang putri kecil. Meski tampak tegar, di dalam hatinya, Youssef menyimpan amarah kepada Tuhan.

Dokter lalu menemukan tumor di bawah mata kanannya. Dia menulis sepucuk surat kepada Tuhan, dan menyelipkannya di sela halaman Matsnawi—mahakarya mistik Jalaluddin Rumi, penyair Sufi Persia.

Di rumah sakit, Youssef bertemu seorang pria yang perlahan-lahan kehilangan penglihatannya akibat pecahan peluru dari Perang Iran-Irak. Meski kehilangan sedang menghampirinya, pria itu justru menjalani hidup dengan penuh syukur. Mereka berjalan bersama di hutan, berbagi kacang kenari, dan berbicara tentang hidup. Dari pria itu, Youssef belajar tentang kehadiran dan penghargaan terhadap momen—betapapun fana dan rapuhnya.

Rumi: Turning Ecstatic (2005)

Film dokumenter yang disutradarai Steven Roloff dan Tina Petrova ini menelusuri perjalanan seorang perempuan Kanada untuk mencari tahu lebih banyak tentang dampak luar biasa Rumi pada dunia kita.

Tina Petrova, seorang aktris dan pembuat film asal Kanada, mengalami rasa sakit yang tak kunjung hilang setelah sebuah kecelakaan tragis. Dalam keputusasaan, ia memanjatkan doa, memohon kesembuhan. Tak lama setelah itu, dalam mimpi yang terasa begitu nyata, sosok Jalaluddin Rumi—penyair mistik besar dari abad ke-13—muncul dan memintanya untuk mengadakan sebuah festival di Toronto guna merayakan karya-karyanya.

Petrova pun menuruti panggilan spiritual itu. Festival yang ia selenggarakan terbukti sukses besar, sebagian berkat kehadiran Coleman Barks—penyair dan penerjemah yang telah memperkenalkan karya-karya Rumi ke dunia berbahasa Inggris, menjadikannya penyair paling populer di Amerika selama dekade terakhir.

Namun, festival itu bukanlah akhir dari kisah Petrova. Justru di sanalah perjalanannya yang lebih dalam dimulai. Tersentuh oleh kebijaksanaan Rumi dan terinspirasi oleh pengaruh globalnya, ia memulai sebuah pencarian spiritual—mencari tahu mengapa kata-kata seorang penyair dari abad ke-13 masih mampu mengguncang jiwa manusia hingga hari ini.

Jodhaa Akbar (2008)

Film India yang disutradarai Ashutosh Gowariker ini berlatar abad ke-16, mengisahkan perjodohan politik yang perlahan berubah menjadi kisah cinta sejati antara Kaisar Mughal pertama yang lahir di tanah India, Akbar yang Agung (Hrithik Roshan), dan seorang putri Rajput yang anggun dan pemberani, Jodhaa Bai (Aishwarya Rai Bachchan).

Kekuatan sejati film ini terletak bukan pada kemegahan istana atau pertempuran, melainkan pada hubungan yang tumbuh perlahan antara dua jiwa dari latar budaya dan keyakinan yang berbeda. Akbar adalah seorang Muslim yang condong pada jalan Sufi—penuh perenungan dan pencarian makna. Sementara Jodhaa adalah penganut Hindu yang taat, yang kerap menyanyikan lagu-lagu bhakti untuk Krishna, sang dewa yang penuh cinta dan permainan.

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan