sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Gaduh desain jersei timnas dan penilaian mereka

Desain jersei timnas sepak bola Indonesia yang baru menuai banyak kritik dari penggemar sepak bola.

Fery Darmawan
Fery Darmawan Selasa, 02 Apr 2024 13:05 WIB
Gaduh desain jersei timnas dan penilaian mereka

Tagar #BoikotErspo viral di media sosial X, atau dahulu Twitter, sejak Sabtu (30/3). Sebabnya, desainer jersei tim nasional Indonesia produk Erspo, Ernanda Putra mengeluarkan pernyataan kontroversial di X karena tak terima dengan kritik pengamat sepak bola Justinus Lhaksana atau akrab disapa Coach Justin soal jersei baru yang dianggap terlalu mahal dan kurang spesial.

Warganet pun menilai desainer itu antikritik. Hingga naiklah tagar #BoikotErspo. Erspo sendiri adalah sub-brand produk olahraga yang dibuat Erigo—sebuah merek lokal yang fokus pada fesyen laki-laki dan perempuan.

Setelah banjir kritik, Erspo membuat pernyataan di media sosial Instagram pada Minggu (31/3). Selain meminta maaf, Erspo juga menyatakan terbuka pada kritik dan saran. Erspo pun menjelaskan, kerja sama dengan Makna Creative hanya sebatas pada jersei tanding timnas Indonesia, desain logo, badge Garuda, name set, dan pola motif. Kerja sama pun disebut sudah berakhir.

Sebelumnya, Ernanda yang menjadi bagian dari Makna Creative pun sudah meminta maaf. Dikabarkan, Erspo bakal mengganti desai jersei timnas Indonesia, yang akan diluncurkan pada Agustus 2024.

Sewaktu jersei timnas Indonesia diluncurkan pada Senin (18/3), kritik sudah ramai. Penggemar timnas Indonesia menilai, desain jersei baru itu terlalu sederhana. Jersei baru yang konon terinspirasi dari jersei lama saat timnas Indonesia mengalahkan Jepang 2-0 pada 1981 itu sebenarnya sudah dipakai Pasukan Garuda kala melawan Vietnam di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta pada Kamis (21/3) dan tandang di Stadion My Dinh, Hanoi dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2026.

Salah seorang penggemar sepak bola dan pendukung timnas Indonesia, Aziz Dwi menilai, jersei baru timnas sangat minimalis dari segi desain dan kualitas bahannya kurang bagus. Ia menganggap, jersei timnas sebelumnya yang diproduksi Mills lebih baik.

“Saya pribadi untuk jersei terbaru ini kurang berminat,” kata Aziz kepada Alinea.id, Selasa (2/4).

“Kalau sudah enggak tertarik sama barang, (saya) enggak akan beli. Beda dengan jersei dari Mills, saya sampai war jersei original yang menurut saya menarik.”

Sponsored

Mills menjadi sponsor apparel untuk timnas sepak bola Indonesia pada Februari 2020. Menggantikan apparel asal Amerika Serikat, Nike. Sebelum akhirnya Erspo bekerja sama dengan PSSI menggantikan Mills pada awal 2024.

Pendukung timnas Indonesia lainnya, Maykel Zulfan menilai, jersei produk Mills lebih baik. “(Jersei baru) terkesan biasa saja,” ujar Maykel, Selasa (2/4).

Menurut dia, desain jersei keluaran Mills sederhana, tetapi mengesankan sentuhan yang megah. Jersei itu, kata dia, juga elegan, klasik, dan terkesan tak berlebihan. “Intinya, desainnya keren dan simpel,” tutur Maykel.

Menanggapi polemik itu, desainer Putu Panji mengungkapkan, penilaian soal desain jersei timnas sepak bola dapat sangat subjektif. Beberapa orang, kata Putu, mungkin menganggap desain jersei timnas tak memenuhi preferensi atau daya tarik visual yang kuat bagi mereka.

“Menurut saya sendiri, desain jersei timnas kolaborasi antara Erspo dan Makna (Creative) sangat kurang di mata saya,” ujar Putu, Senin (1/4).

“Seharusnya ditampilkan elemen-elemen yang lebih elegan, klasik, dan juga simpel.”

Namun, ia melihat, ada beberapa kelebihan desain jersei timnas yang baru. Pertama, warnanya sudah sesuai. Penggunaan huruf untuk nama pemain dan corak-corak pada jersei juga sudah baik. Kekurangannya, sebut dia, ada pada desain logo dan bahan kain.

“Dan elemen-elemen yang tidak penting pada jersei tersebut, membuat banyak orang mengkritik,” tutur Putu.

Seharusnya, menurut Putu, seorang desainer melibatkan survei atau pendapat masyarakat, sebelum membuat desain. Desain jersei timnas yang baik, ujar Putu, sebaiknya menggambarkan identitas negara dan daya tarik visual yang kuat.

“Penggunaan warna yang tidak terlalu gelap dapat menggambarkan kehangatan, kehebatan, keberanian, dan juga kegembiraan,” kata Putu.

Di sisi lain, Putu menambahkan, dalam menghadapi kritik dari masyarakat, seorang desainer sebaiknya bersikap terbuka dan responsif. Seorang desainer pun perlu mendengarkan kritik dengan hati yang terbuka.

“Berusaha mencari pemahaman mendalam tentang kritik dan mengevaluasi jika ada peluang untuk memperbaiki desain,” ujar Putu.

“Menggunakan kritik sebagai peluang untuk tumbuh dan menghasilkan desain yang lebih baik di masa depan.”

Berita Lainnya
×
tekid