sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Grup Simak Dialog warnai pertumbuhan musik jaz Tanah Air

Simak Dialog yang bertajuk 'Gong' dinobatkan sebagai album jaz terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2019.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Jumat, 29 Nov 2019 19:32 WIB
Grup Simak Dialog warnai pertumbuhan musik jaz Tanah Air

Genre musik jaz dalam industri musik di Indonesia terbilang kurang populer. Namun, di tengah perkembangan genre musik lain, jaz terus berkembang, meski terbilang eksklusif hanya di lingkup kalangan musisi jaz yang terbatas.

“Komunitas pemain musik jaz ini tidak terlalu besar jumlahnya. Kami semua kenal satu sama lain, hampir dari kami semua pernah main (berpentas musik) bareng,” kata Sri Hanuraga yang acap disapa Aga, pianis dari grup jaz Simak Dialog, dihubungi Kamis (28/11).

Sebelumnya, Rabu (27/11), album terbaru dari grup Simak Dialog yang bertajuk 'Gong' dinobatkan sebagai album jaz terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2019. 'Gong' menyisihkan nomine album jaz terbaik lainnya, yaitu Better Future (karya Dony Koeswinarno), Lights On (Indro Hardjodikoro), Meta (Gerald Situmorang dan Sri Hanuraga), dan Sanggah (Kadek Rihardika).

Bercerita tentang penghargaan itu, Aga mengungkapkan dirinya saling kenal dengan musisi jaz lain yang masuk dalam kategori tersebut. Dari Gerald Situmorang-lah Aga mengetahui Simak Dialog masuk sebagai nomine. Aga juga kenal akrab dengan Indro Hardjodikoro, sedang Dony Koeswinarno dan Kadek Rihardika adalah mentornya dalam bermusik.

Karena itulah, meski sama-sama masuk sebagai nomine untuk penerima anugerah album jaz terbaik, kata Aga, “Kami nggak punya persaingan.”

Di sisi lain, Aga selaku pengajar jurusan musik di Fakultas Ilmu Seni Universitas Pelita Harapan, mencermati bahwa minat orang berlatih memainkan musik jaz makin tinggi. Namun, hal itu tak sebanding dengan geliat kelompok pendengar yang menggemari musik jaz.

Menurutnya, pergelaran musik jaz yang marak diadakan dengan tambahan sajian musik bukan jaz, malah mendistorsi atau mengaburkan eksistensi genre musik jaz. Sementara itu, komunitas musisi jaz juga tak banyak ketimbang dalam genre musik lain.

“Kami merasa beruntung masih berkesempatan untuk banyak tampil bermain. Enggak banyak kelompok musik jaz yang bisa bermain belakangan ini,” ucapnya.

Menyimak Simak Dialog

Dalam buku A Pictorial History of Jazz (1966), Orrin Keepnews dan Bill Grauer Jr. menjelaskan, salah satu tokoh penting yang menghasilkan jenis atau genre musik jaz ialah pianis Jelly Roll Morton. Dengan menggabungkan semua aliran musik, Morton mencipta jenis musik baru yang dinamai jaz.

Keepnews dan Grauer Jr. menarasikan bahwa syarat bagi pemain musik jaz ialah mempunyai kecepatan dan ketepatan.

“Kecepatan dan ketepatan dalam memilih nada yang ingin dimainkan ini menjadi teknik khusus dalam perkembangan jaz selanjutnya. Teknik ini disebut improvisasi,” tulis Keepnews dan Grauer Jr.

Selanjutnya, pemikiran musik jaz Morton banyak diikuti oleh kalangan musisi New Orleans, termasuk King Oliver. Namun, King Oliver mengembangkan struktur komposisi jaz dengan konsep permainan yang kental dengan spontanitas.

Keepnews dan Grauer Jr juga mencatat teknik improvisasi yang secara tidak juga sengaja tercipta sebagai ungkapan atas luapan perasaan orang Afro-Amerika dalam menghadapi tekanan atas kesenjangan rasial. Ini disebutnya sebagai faktor eksternal yang menabalkan teknik improvisasi dalam genre musik jaz.

“Dengan alat musik, kaum Afro-Amerika mencoba mengekspresikan perasaan senang, sedih, hingga kerasnya realitas kehidupan. Improvisasi dalam jaz adalah kesempatan atau jalan bagi para musisi ini untuk mengekspresikan diri sesuai gayanya masing-masing,” tulis mereka.

Dalam hal perkembangan jaz di Tanah Air, Aga menilai ada ketertinggalan dalam skena musik jaz di Indonesia dibandingkan di negara lain.

“Di sini, permainan musik jaz belum banyak berkembang, kebanyakan masih fushion jazz dan smooth jazz. Karena musik jaz sudah berkembang jauh lebih modern,” kata Aga.

Hal itulah yang menurut Aga dilakukan Riza Arshad dengan kepiaiawaiannya mengembangkan subgenre modern jaz. Ini salah satunya diwujudkan melalui grup Simak Dialog.

Simak Dialog mewarnai khasanah musik Indonesia sebagai grup musik jaz yang mengombinasikan jaz dengan bunyi-bunyian etnik Indonesia. Sejak 1993, grup musik ini sempat beberapa kali ganti formasi musikus. Simak Dialog pernah beranggotakan pemain lama dalam musik jaz Indonesia, seperti Tohpati, Ade Darmawan, Indro Hardjodikoro, dan Arie Ayunir.

Sepeninggal Riza Arshad pada 13 Januari 2017 silam, Simak Dialog kini beranggotakan Cucu Kurnia (kendang sunda), Rudy Zulkarnaen (bas), Mian Tiara (vokal), dan Sri Hanuraga (piano).

Mendiang Riza Arshad sebagai pendiri grup Simak Dialog menawarkan musik modern jaz yang menyajikan materi melodi dan harmoni dari komposisi beberapa seri overtune yang dihasilkan dari bunyi beberapa ukuran gong. Aga menegaskan, selaku pendiri Simak Dialog, Riza Arshad meletakkan susunan warna dasar musik yang menandai corak Simak Dialog hingga sekarang.

Aga menceritakan, dia tergabung dalam Simak Dialog sesudah Riza Arshad meninggal dunia. Beberapa nomor atau part dalam album 'Gong' komposisi musiknya sudah disusun oleh Riza, yaitu “Gong 1”, “Gong 2”, “Gong 3”, “Gong 4”, dan “The Tramp”. Sementara itu, ada dua lagu lain di album ini, yaitu lagu tradisional Bali “Janger” dan “Nyiur Hijau” ciptaan Ismail Marzuki.

Harmonisasi dari seri overtune bunyi gong pada 'Gong 1' hingga 'Gong 4' itu kemudian diolah untuk dimainkan dengan instrumen piano. Aga menjelaskan, Simak Dialog memiliki bentukan formasi sebagai grup 'piano trio', dengan tambahan vokal dan instrumen kendang yang berirama musik tradisional Sunda. Dalam khasanah musik, 'piano trio' merupakan sekelompok piano dan dua instrumen lain, biasanya biola dan cello; atau karya musik yang ditulis untuk kelompok semacam itu.

Modern jaz berupa ‘piano trio’

Adapun dalam permainan musik formasi Simak Dialog, dijelaskan Aga, piano trio mencakup instrumen piano, bas, dan drum. Komposisi intrumen ini diakunyai paling intim dan paling ideal sebagai dasar improvisasi dan interaksi dalam mengantarkan musik jaz.

Aga menuturkan, ketertarikan Riza Arshad pada unsur musik Sunda sudah dimulai sejak 1999. Eksplorasi yang dijalani Riza itu terus berkembang tak hanya pada komposisi, tapi juga mencapai konsep subgenre modern jaz.

Album 'Gong' kurang-lebih menunjukkan puncak kreativitas Mas Riza. Dia terus mengembangkan improvisasi dan interplay, sampai tahap modern jaz 'trio piano' dengan dalam memainkan musik jaz.

Meskipun dirinya masuk belakangan dalam grup ini, Aga mengungkapkan, pola permainan musik yang dia jalani mengacu pada aransemen Riza.

Hal menarik yang menjadi kekhasan grup Simak Dialog ialah peran Mian Tiara. Dalam wawancara dengan Alinea.id, Tiara mengungkapkan, perannya sebagai pencipta lagu dan pengisi vokal di Simak Dialog. Selain itu, “Di grup Simak Dialog saya berperan bikin bermacam suara,” kata Mian Tiara, Kamis (10/10).

Bagi Aga, Tiara memiliki cara bernyanyi yang unik yang disebutnya sebagai penyanyi tanpa lirik atau “seperti instrumentalis”.

“Karakter vokal (Mian) Tiara sangat khas seperti instrumen keempat dalam grup ini. Dia banyak melakukan suara-suara dari seorang sinden, terasa mistis,” ucap Aga.

Sebagaimana instrumen dalam jaz yang banyak memainkan improvisasi, vokal Tiara juga kerap membunyikan lantunan improvisasi yang bebas. Aga menilai rangkaian nada yang meluncur dari pita suara Tiara seperti warna suara pesinden.

Selain itu, dalam grup Simak Dialog, Tiara sesekali juga memainkan gitar dan piano sembari bernyanyi. Dia juga memainkan alat musik ketuk (bagian dari bonang) dan ceng ceng, alat musik tradisional Bali.

Role Tiara dalam band sebagai semacam sinden, memberikan vokalnya tanpa lirik. Kecuali dalam lagu ‘Janger’, dan ‘Nyiur Hijau’ ciptaan Ismail Marzuki,” kata Aga.

Berita Lainnya
×
tekid