close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi seseorang mendengarkan lagu./Foto TyliJura/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi seseorang mendengarkan lagu./Foto TyliJura/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 11 Oktober 2025 11:19

Kenapa ada lagu yang tiba-tiba terngiang di kepala?

Fenomena ini disebut earworm.
swipe

Pernahkah saat sedang santai, terjebak macet, bahkan saat mandi, sebuah lagu melintas di kepala Anda? Terngiang-ngiang di telinga. Fenomena ini dikenal sebagai imaji musik tak sadar, yang disebut pula sebagai earworm.

Profesor psikiatri dan salah seorang direktur Pusat Ilmu Saraf di Brigham and Women's Hospital, David Silbersweig dalam situs The Harvard Gazette mengatakan, istilah earworm berasal dari bahasa Jerman “ohrwurm” yang berarti “gatal musikal”.

Istilah ini diperkenalkan psikiater Cornelius Eckert pada 1979 untuk mengambarkan potongan musik yang terus berulang di kepala selama kira-kira 20 detik dan secara otomatis muncul dalam kesadaran kita tanpa disadari.

Lagu seperti apa yang terngiang?

Silbersweid menjelaskan, ada karakteristik musikal tertentu yang membuat sebuah lagu lebih mudah menjadi earworm. Misalnya, lagu yang repetitif, memiliki nada panjang pada titik-titik tertentu, atau interval nada yang sempit.

Selain itu, lagu yang menimbulkan muatan emosional, baik secara sadar maupun tidak, atau yang terkait dengan kenangan pribadi juga lebih mungkin melekat di kepala.

Menurut Deutsche Welle (DW), lagu yang mudah diingat biasanya hanya terdiri dari potongan pendek—beberapa kata dari bagian chorus atau hook, seperti potongan melodi atau riff gitar. Bagian lagu yang terus terngiang di kepala cenderung singkat karena otak kita lebih mudah mengingat informasi dalam potongan kecil. Lagu-lagu yang sederhana dan penuh pengulangan paling sering menimbulkan efek ini.

“Lagu populer biasanya memiliki tempo cepat dan pola melodi yang unik, terutama dalam cara nada-nadanya naik dan turun,” ujar psikolog musik Michelle Ulor kepada DW.

Kepada Washington Post, profesor madya psikologi musik di Durham University Kelly Jakubowski mengatakan, lagu-lagu yang mudah diingat cenderung lebih cepat.

“Orang-orang lebih cenderung mendengarkan lagu-lagu yang ceria daripada lagu-lagu sedih yang terngiang-ngiang di kepala mereka,” tutur Jakubowski.

Namun, yang mungkin paling penting adalah "kemampuan untuk dinyanyikan" sebuah lagu—seberapa mudah dan seberapa terdorong seseorang untuk bernyanyi, meski hanya dalam hati. Earworm dapat terjadi pada musik instrumental, tetapi lebih umum pada lagu-lagu yang memiliki lirik.

Para peneliti dalam jurnal PLOS One pada 2014 menyebut, lagu-lagu spontan yang muncul di kepala ini sering dipicu emosi, ingatan terkini, atau pikiran yang belum terproses.

“Imaji musik tak sadar merupakan fenomena yang sangat umum, dialami oleh lebih dari 90% orang setidaknya sekali dalam seminggu,” tulis para peneliti.

“Fenomena ini lebih sering terjadi pada seseorang yang rutin bermain atau menyanyikan lagu, serta pada mereka yang menganggap musik sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari.

Apakah bisa dihilangkan?

David Silbersweig yang menjadi salah seorang penulis studi tentang efek neurobiologis musik pada 2018 mengatakan, penelitian menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional menunjukkan kalau fenomena ini masuk akal secara neurologis.

Korteks pendengaran di lobus temporal, yang berperan dalam persepsi musik, terlibat langsung dalam proses ini. Korteks tersebut juga terhubung dengan bagian lobus temporal yang lebih dalam, seperti hipokampus dan girus parahipokampus, yang penting dalam pengodean serta pengambilan memori.

“Selain itu, earworm juga melibatkan lingkaran fonologis—sistem memori jangka pendek yang membantu kita ‘menyimpan’ informasi beberapa detik, layaknya buku catatan,” kata Silbersweig dalam situs The Harvard Gazette.

“Dengan kata lain, jaringan otak yang bertanggung jawab atas musik, memori, perhatian, dan memori kerja semuanya ikut berperan.”

Menurut Silbersweig, fenomena earworm dapat terjadi ketika koneksi antar area otak yang memproses musik, emosi, dan memori “macet,” sehingga potongan lagu otomatis berulang di kepala.

Beberapa penelitian, kata Silbersweig, menemukan bahwa orang dengan gangguan memori, seperti gangguan perhatian, cenderung lebih jarang mengalami earworm. Sebaliknya, orang dengan gangguan obsesif-kompulsif—yang punya kecenderungan terhadap pikiran berulang tanpa sadar—lebih rentan mengalaminya.

Mengutip buku ahli saraf Oliver Sacks, Musicophilia: Tales of Music and the Brain (2007), profesor di Roos School of Business University of Michigan, Jeff DeGraff mengatakan, halusinasi musikal, meski lebih ekstrem, terkadang muncul pada orang dengan gangguan pendengaran atau kekurangan rangsangan sensorik.

“Kondisi ini tidak selalu menandakan psikosis, melainkan cara otak mengisi kekosongan dengan makna,” tulis DeGraff dalam Psychology Today.

Akan tetapi, kata DeGraff, ketika sinyal internal menjadi terlalu kuat, mengganggu, atau terlepas dari realitas, hal itu bisa menandakan kondisi klinis seperti halusinasi musikal atau gejala awal psikosis.

Jika terganggu dengan earworm, David Silbersweig menyarankan untuk mengalihkan perhatian dengan aktivitas yang melibatkan berbagai area otak, seperti bekerja, membaca, atau berolahraga.

“Pendekatan mindfulness juga bisa membantu. Biarkan lagu itu ‘mengalir’ tanpa memberi perhatian berlebihan,” ujar Silbersweig dalam situs The Harvard Gazette.

“Beberapa orang bahkan menyarankan untuk memutar lagu tersebut sepenuhnya karena mendengarkannya dari awal hingga akhir bisa membantu otak ‘menyelesaikan’ putaran yang terjebak.”

Namun, peneliti pascadoktoral di Queensland University of Technology, Callula Killingly kepada Washington Post mengaku skeptis kalau mendengarkan utuh sebuah lagu akan membuat lagu itu kurang melekat.

“Karena kita jadi lebih terpapar pada lagu tersebut dengan benar-benar mendengarkannya," ujarnya.

Trik unik diungkap para peneliti dalam studi yang terbit pada 2015 adalah mengunyah permen karet. Sebab, earworm mengaktifkan otot-otot vokal seseorang, bahkan ketika tak mengeluarkan suara. Maka, mengunyah permen karet dapat meredam earworm karena mengkooptasi dan menggunakan otot-otot serta pusat perencanaan gerakan yang sama di otak.

Dalam penelitian yang dilakukan Kelly Jakubowski dan rekan-rekannya pada 2014, cara paling umum yang dilakukan orang untuk menghilangkan earworm adalah dengan mendengarkan atau memikirkan lagu lain.

“Sangat sulit untuk memikirkan dua lagu sekaligus karena keduanya menggunakan sumber daya kognitif yang sama,” kata Jakubowski kepada Washington Post.

“Triknya adalah memilih lagu yang tidak akan terlalu melekat di telinga.”

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan