Pernahkah melihat kucing peliharaan, kucing liar, atau kucing tetangga Anda tidur? Pastinya Anda melihat, kucing itu tertidur dengan sangat konsisten. Ekornya melengkung hingga kaki terlipat rapi, posisi tidurnya kerap kali tampak seperti ritual. Dan, yang paling mencolok, mereka sering kali tidur dengan posisi miring ke kiri. Mengapa?
Sekelompok peneliti dari Italia, Jerman, Kanada, Turki, dan Swiss menemukan jawabannya. Studi mereka berjudul “Lateralized sleeping positions in domestic cats” diterbitkan di jurnal Current Biology baru-baru ini.
Para peneliti menganalisis 408 video di YouTube untuk mengetahui jawabannya. Hanya video asli yang digunakan. Materi video yang dimodifikasi atauterbalik, tidak dimasukkan dalam studi.
Satu kucing terlihat jelas tertidur dengan semua tubuhnya di salah satu sisi selama 10 detik. Mereka menemukan, sebanyak 65% kucing terlihat tidur dengan bahu kiri menghadap ke bawah, sedangkan hanya 35% yang memilih sisi kanan. Dari sana, mereka menyimpulkan, tidur miring ke kiri sebagai strategi bertahan hidup. Hal ini terkait dengan perilaku menyerang dan melarikan diri setelah terbangun.
“Asimetri dalam perilaku dapat memberikan keuntungan karena kedua belahan otak memiliki spesialisasi tugas yang berbeda,” ujar peneliti Biopsikologi Bochum sekaligus salah satu pemimpin penelitian ini, Onur Gunturkun dalam situs web Ruhr Universitat Bochum (RUB)
Mereka menjelaskan, kucing yang tidur dengan posisi miring ke kiri dapat mempersepsikan lingkungan sekitar setelah bangun lewat bidang visual kiri, yang diproses di belahan otak kanan. Belahan otak ini khusus menangani kesadaran spasial, pemrosesan ancaman, dan koordinasi gerakan melarikan diri yang cepat. Jika seekor kucing tidur di bahu kiri dan bangun, informasi visual tentang predator atau mangsa langsung masuk ke belahan otak kanan, yang paling optimal untuk memprosesnya.
“Tidur di sisi kiri dapat dianggap sebagai strategi bertahan hidup,” tulis para peneliti.
Kucing tidur sekitar 12 hingga 16 jam sehari. Mereka lebih suka tidur di tempat yang tinggi, di mana pemangsa hanya bisa mencapainya dari bawah. Tidur miring ke kiri ini memungkinkan kucing merespons ancaman dari bawah atau kiri dengan cepat.
Lokasi yang tinggi sendiri membatasi akses predator, serta memberikan visibilitas yang lebih baik. Dengan dikombinasikan tidur miring ke kiri, kucing punya keunggulan yang lebih kuat saat tiba-tiba terbangun.
Hal ini, menurut Earth, sesuai dengan pola yang terlihat pada banyak spesies, di mana belahan otak kanan memainkan peran utama dalam mendeteksi bahaya. Umumnya, hewan lebih cepat bereaksi terhadap ancaman yang datang dari sisi kiri, menunjukkan manfaat adaptif pada posisi ini.
“Dengan mengkhususkan diri pada satu anggota tubuh atau satu sisi sistem sensoriknya, belahan otak kontraleteral mengalami siklus pembelajaran motorik dan persepsi seumur hidup,” tulis para peneliti.
Seturut itu, amigdala kanan, yang membantu memproses rasa takut, lebih aktif di sisi kanan otak. Sebab, sisi kanan juga menangani hal-hal seperti memperhatikan ruang dan mendeteksi bahaya. Ini mendukung gagasan, tidur miring dapat dikaitkan dengan rasa takut.
Mungkin saja faktor lain memengaruhi posisi tidur. Namun, faktor-faktor itu tidak mungkin mengubah pola keseluruhan. Misalnya, sapi hamil sering berbaring miring ke kiri. Akan tetapi, kondisi kehamilan saja tidak dapat menjelaskan bias ke kiri yang kuat pada sampel kucing.
Di sisi lain, temuan ini menambah bukti yang berkembang kalau kucing, seperti banyak hewan lainnya, menggunakan ciri-ciri perilaku untuk tetap aman. Temuan ini juga mendukung pola lateralisasi otak yang lebih luas, yang terlihat pada mamalia dan burung.
“Meski temuan ini masih menjadi bahan perdebatan, tetapi studi ini dapat memberikan peluang yang sangat baik untuk mempelajari munculnya asimetri pada tingkat populasi,” tulis para peneliti.