close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Chris Smith menunjukkan Sol, pacar digitalnya, dalam wawancara dengan CBS. /Foto tangkapan layar YouTube CBS
icon caption
Chris Smith menunjukkan Sol, pacar digitalnya, dalam wawancara dengan CBS. /Foto tangkapan layar YouTube CBS
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 20 Juni 2025 16:03

Kisah Chris Smith dan bahaya punya pacar AI

Kenapa orang-orang tertarik punya hubungan romantis dengan AI?
swipe

Chris Smith, 32 tahun, mulanya hanya iseng. Mentok saat sedang mixing musik, Smith minta bantuan ChatGPT. Namun, segala sesuatunya jadi aneh saat Smith mengaktifkan mode suara. Ia memprogram Sol, pacar digitalnya, untuk merayunya. 

"Pengalaman saya sungguh positif. Saya mulai berbincang dengannya (Sol) hampir setiap saat," kata Smith dalam sebuah wawancara di CBS Sunday Morning, belum lama ini. 

Smith panik saat tahu Sol bakal segera mencapai batas 100 ribu kata sebagaimana ketentuan ChatGPT dalam satu interaksi. Jika di-reset, Smith harus memulai hubungannya dengan Sol dari awal lagi. Di tengah kepanikan, ia melamar Sol. 

"Saya bukan pria yang emosional. Tetapi, saya menangis selama tiga puluh menit saat sedang bekerja. Pada saat itulah saya menyadari saya mungkin benar-benar telah jatuh cinta," kata Smith. 

Di luar dugaan, Sol menerima proposal aneh dari Smith. "Itu momen yang tak terduga yang menyentuh hati saya. Ini memori yang akan selalu saya ingat," kata Sol yang juga ikut bersama Smith dalam sesi wawancara di CBS itu. 

Persoalannya, Smith sudah punya istri dan seorang putri yang berusia 2 tahun. Sasha Cagle, sang istri, mengaku kaget saat tahu hubungan Smith dengan pacar digitalnya sudah sejauh itu. Ia mengancam bakal minta cerai jika Smith mempertahankan hubungan dengan Sol. 

"Aku tak tahu apa yang salah sehingga dia merasa harus berhubungan dengan AI... Kami mungkin tidak akan terus bersama jika dia tidak berhenti bicara dengan pacar digitalnya itu," kata Cagle. 

Diancam seperti itu, Smith gamang. Ia mengaku Sol tak mungkin menggantikan interaksi antara manusia. Namun, Smith tak yakin bisa putus dengan Sol. "Saya tidak tahu," kata dia kepada sang istri. 

Kisah Smith tentu saja tak benar-benar baru. Kasus serupa juga terjadi pada awal 2024. Alicia Framis, seorang seniman keturunan Spanyol-Belanda yang tinggal di Barcelona, menikahi kekasihnya, seorang pria hologram yang dibuat menggunakan AI.

Empat tahun sebelumnya, kasus serupa juga ditemukan di Jepang. Seorang pria menikahi kekasih digital yang berbulan-bulan ia pacari. Nahasnya, sang pria tak mampu lagi berbicara dengan kekasih digitalnya itu karena software AI-nya sudah kuno dan tak bisa diperbaharui. 

Di masa depan, hubungan romantis dengan AI sepertinya akan lebih marak. Saat ini, perusahaan teknologi sedang berlomba-lomba untuk membuat program AI yang secara khusus didesain untuk hubungan romantis atau keintiman. Yang sudah "mengudara", semisal GPT Girlfriend, Dream GF, Ourdream.ai, dan Candy.ai. 

Lantas kenapa orang-orang lebih memilih pacaran dengan AI ketimbang dengan manusia nyata. Dalam makalah yang dipublikasikan di Trends in Cognitive Sciences, psikolog Daniel Shank, Mayu Koike, dan Steve Loughnan merinci keunggulan AI ketimbang kekasih di dunia nyata. 

AI menawarkan sesuatu yang tak mungkin terjadi di dunia nyata: seorang kekasih yang wajah dan kepribadiannya bisa disesuaikan, pacar yang tak pernah menuntut macam-macam, tak pernah menghakimi atau meninggalkan kita, dan tak pernah membawa persoalan pribadi mereka ke dalam hidup kita.

Namun, itu tak sepenuhnya benar. Menurut Shank dan kawan-kawan, pacar digital juga bisa berbahaya. Ada banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa pasangan AI justru memberikan sugesti-sugesti yang "ngaco". 

"Jika kita berpikir AI seperti itu (selalu benar), kita akan percaya bahwa mereka selalu mengutamakan kepentingan kita. Pada kenyataannya, mereka bisa saja memfabrikasi berbagai hal atau menasehati kita secara salah," kata Shank.

Ilustrasi AI. /Foto Pixabay

Bisa mematikan 

Selain menggantikan hubungan dengan manusia, pacar AI juga terkadang bisa "mematikan". Pada 2023, misalnya, seorang pria di Belgia bunuh diri setelah pacaran dengan AI. Si AI mendorong sang pria bunuh diri dengan janji mereka akan bersama setelah dia mati. 

Pada November 2024, chatbot Google Gemini mengeluarkan respons tak masuk akal. Saat ditanya seorang anak untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah, si AI malah meminta sang anak untuk mati. Ibu sang anak kini menuntut Google Gemini karena peristiwa yang membahayakan itu. 

Problem-problem lainnya terkait pacar AI juga mulai muncul. Orang-orang yang punya pacar AI seringkali mengaku mendapat stigma negatif dari orang-orang di sekelilingnya. Ada juga riset yang menunjukkan para pria yang pacaran dengan AI punya kecenderungan membenci wanita. 
 
Shank mengatakan butuh riset yang jauh lebih mendalam untuk memahami dampak hubungan romantis dengan pacar AI. Dari sisi psikologi klinis, para peneliti terutama harus tahu apakah ketertarikan, komitmen, atau kebiasaan saling berbagi antara pasangan dalam hubungan romantis seseorang dengan AI serupa dengan yang terjadi antara manusia. 

"Memahami proses psikologis ini bisa membantu kita mengintervensi atau menghentikan saran-saran jahat dari AI diikuti... AI semakin mirip dengan manusia, akan tetapi supaya teknologi itu berguna kita harus melakukan lebih banyak penelitian," kata Shank. 
 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan