Kucing bisa stres saat berpisah dengan pemiliknya
Rumah anggota DPR nonaktif Surya Utama alias Uya Kuya di bilangan Duren Sawit, Jakarta Timur menjadi sasaran penjarahan massa pada Sabtu (30/8) malam. Selain barang-barang di rumah itu yang dijarah, kucing-kucing peliharaannya pun ikut dibawa beberapa orang.
Setelah kejadian itu, Uya mengunggah 12 foto kucing yang dijarah di Instagram Story-nya. Ada juga satu ekor kucing lagi yang tak terdapat dalam kumpulan 12 foto itu yang menurut Uya diambil para penjarah.
Aktris Sherina Munaf yang turun tangan mencari dan menyelamatkan beberapa kucing Uya yang diambil dalam akun media sosialnya mengungkap ada 20 kucing yang dijarah. Bersama timnya, dia sudah menemukan beberapa kucing. Sebagian besar kondisinya stres berat pasca-penjarahan.
Menurut Cats, kucing bahkan bisa merasa stres ketika ditinggal sendirian di rumah oleh pemiliknya. Kucing biasanya senang menghabiskan waktu sendiri. Namun, mereka dapat mengalami masalah terkait perpisahan dan kesepian saat pemiliknya tidak di rumah.
“Karena orang-orang lebih banyak bekerja di luar rumah, beberapa pemilik hewan peliharaan mungkin mendapati hewan peliharaan mereka mengalami perilaku yang berkaitan dengan perpisahan dan kesepian,” ujar ahli perilaku hewan klinis, Nicky Trevorrow, dikutip dari Cats.
Kucing adalah hewan yang terbiasa dengan rutinitas. Jika rutinitas mereka tiba-tiba berubah—misalnya pemiliknya meninggalkan rumah untuk waktu yang lama setelah menghabiskan banyak waktu bersama—kucing mengalami frustasi.
Kucing bisa menunjukkan perilaku khusus ketika berpisah dengan anggota keluarga yang paling dekat dengannya. Menariknya, hal ini bisa terjadi meski masih ada orang lain di rumah.
“Jadi, walaupun kucing Anda dititipkan pada seseorang, dia tetap bisa merasa kehilangan sosok yang biasanya menjadi figur utama baginya,” tulis Cats.
Beberapa tanda yang perlu diperhatikan, antara lain tampak gelisah, mengeong berlebihan, mudah terkejut oleh suara atau gangguan kecil, menolak makan, lebih sering bersembunyi, buang air di luar kotak pasir, menggaruk furnitur berlebihan, serta pada kasus yang lebih serius bisa muntah atau diare.
Selain itu, menurut Direktur Senior Pendidikan Kedokteran Hewan di ElleVet Sciences, Robert Menardi dalam Ellevet Sciences mengungkapkan, tanda lain yang muncul saat kucing stres adalah kerontokan bulu atau masalah kulit.
“Stres akibat perpisahan bisa menjadi masalah serius yang memengaruhi kesehatan dan kualitas hidup kucing,” kata Menardi.
Menardi melanjutkan, penelitian menunjukkan kucing punya dua gaya keterikatan utama dengan pemiliknya, yang berpengaruh pada bagaimana mereka menghadapi perpisahan, yakni keterikatan aman dan keterikatan tidak aman.
Keterikatan aman memberikan kucing tetap tenang saat jauh dari pemiliknya. Mereka senang ketika pemilik pulang, tetapi tak berlebihan dalam mencari perhatian.
Keterikatan tidak aman dapat muncul dalam bentuk ambivalen, menghindar, dan tidak terorganisir. Ambivalen sangat melekat pada pemilik dan terus-menerus mencari perhatian. Menghindar, kucing cenderung lebih menyendiri dan bahkan bisa menjauhi pemiliknya. Sedangkan tidak terorganisir, kucing memperlihatkan campuran perilaku, kadang mencari perhatian, kadang justru menghindar.
“Kucing dengan keterikatan yang tidak aman lebih rentan mengalami stres perpisahan,” kata Menardi.
Di samping gaya keterikatan, Menardi menyebut, ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kucing mengalami stres perpisahan, antara lain perubahan lingkungan atau rutinitas, fobia terhadap suara keras, terlalu lama dibiarkan sendirian, pengalaman negatif pada masa sosialisasi awal, hanya memiliki satu figur manusia sebagai pendamping, kurang aktivitas dan stimulasi, serta kurang sosialisasi dengan manusia atau hewan lain.
Dikutip dari Webmd, jika setiap kali kucing mendekat lalu selalu disambut dengan kasih sayang, camilan, atau sesi bermain, dia bisa tumbuh menjadi sangat bergantung kehadiran sang pemilik. Situasi ini biasanya tak masalah selama rutinitas tetap sama. Namun, jika dipisahkan dari pemiliknya, kucing mungkin akan merasa kesulitan beradaptasi dengan perubahan tersebut dan lebih rentan mengalami stres.
Menurut penelitian yang diterbitkan jurnal Applied Animal Behaviour Science (2021), kehadiran pengasuh atau stimulus yang familiar merupakan sumber kenyamanan, yang disebut the secure base effect (SBE) atau efek basis aman. Kehadiran figur yang terikat secara emosional ini dapat membantu menurunkan stres sekaligus mendorong eksplorasi dalam situasi baru atau menegangkan. Para peneliti menyimpulkan, kucing memperlihatkan lebih sedikit perilaku terkait stres saat pemiliknya hadir, mendukung adanya SBE dalam hubungan kucing-manusia.
“Penelitian terbaru menunjukkan, sebagian kucing domestik memperlihatkan SBE ketika bersama pemiliknya,” tulis para peneliti.


