close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi simpanse jenis bonobo. /Foto Unsplash
icon caption
Ilustrasi simpanse jenis bonobo. /Foto Unsplash
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 19 September 2025 11:00

Ngobrol dengan simpanse dan paus? AI akan mewujudkannya...

Penelitian terbaru ungkap bonobo, simpanse, paus hingga burung mampu menggabungkan panggilan layaknya bahasa manusia.
swipe


Di jantung hutan hujan Republik Demokratik Kongo, Mélissa Berthet menemukan pemandangan yang selama ini dianggap hanya milik manusia. Selama enam bulan mengamati bonobo (Pan paniscus), ia mendapati primata ini merangkai panggilan menjadi “frasa” yang lebih kompleks.

Suatu kali, bonobo yang sedang membangun sarang bersama menambahkan teriakan pendek—yang berarti “ayo lakukan ini". Lalu, ada pula geraman yang artinya “lihat aku”. Kombinasi kata-kata itu terdengar seperti ajakan untuk kawanan bonobo yang lain. 

“Lihat apa yang sedang kulakukan, mari kita kerjakan bersama,” kata Berthet, peneliti primata dan linguistik di Universitas Rennes, Prancis, seperti dikutip dari Nature, Jumat (19/9). 

Dalam kesempatan lain, suara “peep” yang berarti “aku ingin melakukan ini” disusul dengan siulan yang berupa ajakan untuk “tetap bersama”. Menurut Berthet, kombinasi ini sering muncul dalam konteks sosial sensitif. 

“Saya pikir ini cara mereka mendamaikan situasi,” ujar Bennet. 

Temuan Bennet yang dipublikasikan April lalu ini hanya satu dari sederet studi yang dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan betapa rumitnya komunikasi vokal hewan non-manusia. Pada primata, paus, hingga burung, peneliti menemukan fitur dan pola vokalisasi yang selama ini kita anggap sebagai ciri khas bahasa manusia. 

Hasil-hasil riset itu menantang pandangan lama tentang apa yang membuat bahasa manusia “istimewa”—bahkan tentang bagaimana kita mendefinisikan kata “bahasa”.

Tak heran jika banyak ilmuwan kini memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi, mengurai, dan menafsirkan suara hewan—bahkan aspek yang luput dari telinga manusia. 

“AI memungkinkan hal-hal yang sebelumnya tak mungkin dilakukan dengan metode tradisional,” kata David Robinson, peneliti AI di Earth Species Project, lembaga nirlaba berbasis di Berkeley, California, yang mengembangkan sistem AI untuk “menerjemahkan” komunikasi lintas spesies. 

Seiring kemajuan riset, minat untuk tak hanya mendengar “bahasa” hewan, tapi juga berpotensi berbicara balik kepada mereka kian besar. Para peneliti komunikasi hewan kini mengajukan pertanyaan yang sama dengan para linguis: bagaimana bunyi dihasilkan (fonetik), bagaimana bunyi dirangkai menjadi satuan bermakna (morfologi), dan aturan apa yang mengatur struktur frasa atau kalimat (sintaksis).

Sampai sekitar satu dekade lalu, ilmuwan percaya hanya manusia yang menggunakan “komposisionalitas”—kemampuan menggabungkan kata, panggilan, atau bunyi bermakna menjadi ekspresi yang maknanya lahir dari bagian-bagiannya. 

Namun, penelitian pada burung tit Jepang (Parus minor) pada 2016 mengubah pandangan ini. Burung tersebut bereaksi berbeda tergantung urutan panggilan: “alarm” lalu “rekrutmen” membuat mereka mencari predator sekaligus mendekati sumber suara. Di balik urutannya, responsnya pun berubah—indikasi adanya komposisionalitas.

Sebuah riset 2023 menguatkan temuan itu. Dengan menghadirkan ular palsu kepada simpanse liar, ilmuwan menunjukkan bahwa primata ini juga menggabungkan vokalisasi “alarm” dan “rekrutmen” menjadi pesan yang memanggil kawanannya menghadapi ancaman.

Hingga kini, manusia tetap dianggap satu-satunya spesies yang memakai komposisionalitas dalam lebih dari satu cara—mengubah makna dengan menyusun kata berbeda, menambahkan akhiran, atau membuat metafora. Studi Berthet dan timnya mulai menghapus batas ini. Dari 700 rekaman panggilan 30 bonobo dewasa, mereka menemukan empat pola kombinasi. 

Salah satunya—teriakan dan geraman—bersifat “trivial”: makna panggilan hanya dijumlahkan. Tiga lainnya bersifat “non-trivial”: satu panggilan memodifikasi yang lain. Sederhananya, kawanan bonobo ternyata bisa menggabungkan atau melekatkan kata sifat pada kata benda. 

Cédric Girard-Buttoz dari Lyon Neuroscience Research Center juga melaporkan pada Mei lalu bahwa simpanse menggabungkan panggilan dalam berbagai cara. Beberapa kombinasi bahkan menghasilkan makna baru yang tak bisa ditebak dari tiap panggilan. Ini mengingatkan pada idiom dalam bahasa manusia. 

Misalnya, “hoot” yang biasa dipakai saat beristirahat di tanah, diikuti “pant” yang berarti bermain atau berafiliasi, justru memicu simpanse memanjat pohon, membuat sarang, dan beristirahat bersama—meski tak satu pun panggilan terkait memanjat pohon. “Menghasilkan makna dengan berbagai cara adalah fondasi bahasa,” kata Girard-Buttoz.

Ilustrasi: Pixabay

Bahasa paus dan alfabet fonetik

Di laut, paus sperma (Physeter macrocephalus) juga punya fitur mirip bahasa manusia. Peneliti Project CETI di New York merekam pergerakan dan suara paus sperma di lepas pantai Dominika untuk menemukan pola antara bunyi dan perilaku—dengan harapan bisa “menerjemahkan” percakapan paus.

Gašper Beguš, linguis CETI, melatih model AI generatif untuk meniru suara paus sperma. Manusia menghasilkan suara dengan pita suara, sedangkan paus mengalirkan udara lewat struktur bibir di saluran hidungnya, menghasilkan klik yang dikelompokkan menjadi unit bernama “coda”. 

CETI melaporkan paus memiliki “alfabet fonetik” sendiri, dengan variasi tempo dan ritme. Tim Beguš menemukan coda yang mirip vokal “a” dan “i” pada bahasa manusia, lengkap dengan perubahan frekuensi naik, turun, naik-turun, atau turun-naik—seperti diftong dalam kata “pout”.

Apakah kerumitan komunikasi hewan cukup untuk disebut bahasa tergantung definisi dan pandangan kita tentang pikiran hewan. Ada yang berpendapat bahasa tak bisa lepas dari pemikiran kompleks, ada pula yang melihatnya sekadar bentuk komunikasi. 

Percobaan-percobaan yang melatih hewan berkomunikasi dengan manusia memberi petunjuk, tapi belum menjawab apakah mereka memakai bahasa sendiri di alam liar. “Kita belum tahu apakah akan menemukan bahasa seutuhnya,” kata Robinson.
 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan