close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi patung Paus./Foto Adith01/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi patung Paus./Foto Adith01/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 09 Mei 2025 16:00

Paus Leo XIV dan muasal nama-nama mereka

Bagaimana sejarah nama-nama yang dipilih Paus?
swipe

Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat telah terpilih sebagai Paus yang baru dan pemimpin Gereja Katolik Roma, usai diumumkan Kardinal Protodeacon Dominique Mamberti di balkon Kapel Sistina, Roma, Italia pada Kamis (8/5) waktu setempat.

Dia memilih nama Paus Leo XIV. Prevost adalah seorang misionaris Amerika yang menghabiskan kariernya melayani di Peru dan memimpin kantor uskup Vatikan. Dia terpilih sebagai Paus dari Amerika Serikat pertama dalam 2.000 tahun sejarah Gereja Katolik.

Tidak ada aturan tertulis atau kriteria baku untuk nama Paus. Namun, mereka memilih nama yang memiliki makna dalam tradisi Katolik.

“Nama yang dipilih seorang Paus baru akan menunjukkan semangat, arah, dan visi tertentu,” kata teolog dan profesor emeritus studi agama di Universitas Dayton, Dennis Doyle kepada CBS News.

“Hal pertama yang dicari adalah Paus-Paus mana yang sebelumnya menggunakan nama itu. Ini akan menunjukkan sesuatu tentang arah yang ingin diambil Paus itu.”

Menurut New York Times, selain memilih nama yang punya makna dalam tradisi Katolik, para Paus juga merujuk pada sejarah, makna pribadi, penghormatan terhadap seorang santo atau Paus terdahulu yang mereka kagumi, atau memilih nama yang penting bagi keluarga mereka.

Peristiwa pertama yang terdokumentasi tentang Paus mengganti namanya, menurut New York Post, terjadi pada 553, dengan terpilihnya Paus Yohanes II.

Paus itu, sebelumnya bernama Mercurio—dinamai sesuai nama dewa Romawi Merkurius—merasa tidak pantas untuk mempertahankan nama itu saat memimpin Gereja Katolik. Dia lantas mengambil nama Yohanes, mengikuti nama Paus Yohanes I.

Yohanes adalah nama yang paling banyak dipilih. Tercatat, ada 23 kali dipilih. Namun, menurut New York Post, jumlah sebenarnya agak membingungkan. Sebab, ada beberapa anomali.

Pertama, muncul Paus Yohanes XVI, yang tidak secara resmi diakui dalam daftar Vatikan karena perannya sebagai antipaus, seseorang yang mengaku sebagai pemimpin gereja dalam oposisi langsung terhadap Paus yang dipilih para kardinal.

Kedua, ada fakta bahwa tidak pernah ada Paus Yohanes XX karena dipercaya terdapat kesalahan pencatatan dalam 200 tahun antara Yohanes XIX dan Yohanes XXI.

Nama terbanyak yang dipilih adalah Benediktus, sebanyak 16 kali. Lalu Gregorius 16 kali, Klemens 14 kali, Leo 14 kali, Innocentius 13 kali, dan Pius 12 kali.

Makna nama Leo

Nama Leo, menurut kontributor kepausan CBS News Candida Moss, merujuk pada Paus Leo Agung, yang merupakan Paus pertama dengan nama Leo. Dikenal juga sebagai Paus Leo I. Masa kepemipinannya berlangsung dari 440 hingga 461.

Dia terkenal karena bertemu dengan Raja Hun, Attila—yang memerintah kekaisaran terbesar di Eropa—dan membujuknya untuk tidak menyerang Roma.

“Apa artinya bagi Paus baru kita? Kemungkinan besar, dia juga akan menghadapi kekuatan politik yang menindas di dunia,” kata Moss.

Selain itu, Leo I dikenal sebagai intelektual dan reformis teologi yang hebat. Dia menulis Leo’s Tome, sebuah dokumen yang memengaruhi doktrin resmi yang mendefinisikan Yesus sebagai sepenuhnya manusia dan sepenuhnya ilahi.

“Paus baru kita memiliki gelar doktor hukum kanonik, jadi kita mungkin berharap dia juga akan memperjelas ajaran gereja tentang isu-isu utama,” ujar Moss.

Dikutip dari The Independent, Paus terakhir yang memilih nama Leo adalah Paus Leo XIII, yang memimpin Gereja pada 1878 hingga 1903. Menurut Dennis Doyle di CBS News, Paus Leo XIII terkenal karena menulis Rerum Novarum yang diterjemahkan sebagai “Tentang Hal-Hal Baru” atau “Tentang Perubahan Revolusioner.”

Rerum Novarum membahas hak-hak pekerja dan kapitalisme pada awal era industri, dianggap sebagai ensiklik sosial Katolik pertama yang menjadi dasar pemikiran sosial Katolik modern.

“Hal ini dapat menunjukkan, Paus Leo XIV tertarik untuk mempromosikan ajaran sosial Katolik di dunia saat ini,” ujar Doyle.

Menurutnya, mungkin saja ajaran sosial Katolik, jika diterapkan secara serius, bisa menjadi sesuatu yang membantu mengatasi polarisasi.

“Nama kepausan Leo tidak mengherankan menunjukkan seorang Paus yang akan tetap kuat selama masa krisis, secara historis,” ujar pendeta Katolik dan blogger Ed Tomlinson kepada The Independent.

Meski begitu, tidak semua Paus dalam sejarah mengganti namanya. Dari 266 Paus sebelum Paus Leo XIV, sebanyak 129 telah memilih nama baru.

“Praktik ini menjadi lebih melekat sekitar abad ke-11, ketika Paus-Paus Jerman memilih nama-nama uskup gereja awal karena keinginan untuk menandakan kesinambungan,” kata sejarawan dari Universitas Kepausan Gregoriana Roma, Roberto Regoli kepada AP, dikutip dari The Independent.

Selama berabad-abad, Paus baru cenderung memilih nama Paus yang sudah mengangkat mereka menjadi kardinal. Baru sejak pertengahan abad ke-20, kata Regoli, paus baru mulai memilih nama yang menandakan tujuan kepausan mereka.

“Bahkan sekarang, saat kita sedang menunggu Paus baru, nama yang akan dia gunakan untuk memperkenalkan dirinya akan membantu kita memahami cakrawala yang ingin dia tuju,” tutur Regoli.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan