close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sejumlah pesawat milik Indonesia Flying Club di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten./Foto indonesiaflyingclub.org.
icon caption
Sejumlah pesawat milik Indonesia Flying Club di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten./Foto indonesiaflyingclub.org.
Sosial dan Gaya Hidup
Selasa, 21 Mei 2024 15:15

Pelajaran dari jatuhnya pesawat di kawasan BSD

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) 2002-2005, Chappy Hakim menduga kecelakaan itu terjadi karena kesalahan dari mesin pesawat.
swipe

Pesawat dengan nomor registrasi PK-IFP jatuh di kawasan Lapangan Sunburst Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten pada Minggu (19/5) siang. Menurut juru bicara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Adita Irawati, seperti dikutip dari Antara, pesawat tipe Tecnam P2006T itu milik Indonesia Flying Club.

Indonesia Flying Club merupakan komunitas pecinta pesawat yang menyediakan sejumlah pesawat ringan untuk disewa. Indonesia Flying Club juga menawarkan pelatihan berbasis lisensi pilot olahraga dan menyediakan layanan penerbangan profesional.

Ada tiga korban meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut, yakni pilot Pulu Darmawan, co-pilot Suanda, dan teknisi Farid Ahmad.

Pesawat awalnya take off dari Bandara Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten. Pesawat tersebut sempat mendarat di Bandara Khusus Salakanagara, Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten. Lalu, ketika kembali ke Bandara Pondok Cabe, pesawat berwarna putih itu jatuh. Pilot sempat memberi kode mayday sebelum pesawat kecelakaan.

Sementara itu, pengamat penerbangan Alvin Lie tak setuju dengan istilah pesawat latih. Menurutnya, semua pesawat bisa digunakan untuk pesawat latih, yang dimanfaatkan untuk melatih pilot.

“Kalau mau merujuk pada dunia penerbangan, pesawat ini dapat dikategorikan sebagai pesawat ringan,” ujar Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (APJAPI) ini kepada Alinea.id, Senin (20/5).

“Ada juga pesawat yang ultra ringan, yang total beratnya di bawah 650 kilogram.”

Pesawat ringan, katanya, biasanya digunakan untuk transportasi pribadi atau rekreasi pemilik. Ia menduga, insiden jatuhnya pesawat di kawasan BSD karena kesalahan teknis pada pesawat itu.

Menurut Alvin, rencananya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung akan diadakan “Aero Culture & Adventure Festival 2024”, yang baal digelar pada 24-26 Mei 2024. Namun, karena terjadinya kecelakaan tersebut, acara dibatalkan.

“Kemungkinan, pesawat tersebut ke Tanjung Lesung dalam rangka persiapan acara tersebut,” ujar Alvin.

Tak ditemukannya kotak hitam atau black box, kata Alvin, memang pesawat non-komersial tidak wajib untuk dilengkapi dengan black box. Bahkan, pesawat militer juga tidak diwajibkan untuk memiliki black box.

“Jadi simpelnya, pesawat komersial saja yang diwajibkan memiliki black box,” tutur Alvin.

Terpisah, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) 2002-2005, Chappy Hakim menduga kecelakaan itu terjadi karena kesalahan dari mesin pesawat. Hal itu bisa dilihat dari pilot yang sempat mengirimkan sinyal mayday.

“Yang artinya sedang terjadi emergency di situ,” ujar Chappy kepada Alinea.id, Senin (20/5).

Dilansir dari Antara, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menduga pilot bakal melakukan pendaratan darurat di sekitar lokasi kecelakaan. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menerangkan, usaha pendaratan darurat itu terlihat dari jalur pesawat terbang rendah, dengan menabrak pepohonan yang ada di sekitar lokasi.

Namun, menurut Chappy, masih terlalu dini untuk menyimpulkan pilot sudah mengambil langkah yang tepat atau belum ketika melakukan pendaratan darurat. “Kita masih harus menunggu penyelidikan data dan fakta yang dilakukan oleh KNKT untuk bisa menyimpulkan hal tersebut,” ucap Chappy.

“Dan KNKT sendiri tidak akan bisa menyelidiki dan menyimpulkan dalam jangka waktu yang singkat.”

Soal faktor cuaca buruk yang menyebabkan pesawat celaka, Chappy pun mengatakan, situasi hujan deras yang menyebabkan keadaan menjadi gelap bisa jadi salah satu faktor penghalang untuk pilot memilih lokasi untuk mendarat.

“Tapi sejauh ini, semua yang saya sampaikan masih berupa analisis saja,” kata dia. Kita masih harus menunggu data pasti dari KNKT.”

KNKT, kata dia, akan melihat logbook dari pilot dan pesawat. Misalnya, berapa durasi penerbangan yang sudah dilakukan pilot, sedangkan untuk pesawat terkait kerusakan yang sudah dialami. “Apakah (kerusakan) sudah diperbaiki atau belum?” KNKT pasti akan memulai pengumpulan data dari situ, yang nantinya akan dibahas besama para ahli.”

Situs Ilmuterbang.com logbook menyebut, logbook juga dimiliki oleh personel penerbangan lain, seperti teknisi pesawat dan pengatur lalu lintas udara yang sering dikenal dengan air traffic controller (ATC).

“Pesawat itu juga tidak bisa dikatakan sudah tua. Untuk pesawat, hanya ada kata layak atau tidak layak,” ujar Chappy.

“Jadi tidak bisa juga dikatakan karena faktor umur pesawat, ini kemungkinannya sangat kecil.”

Sedangkan Alvin menambahkan, bisa jadi pula kecelakaan ikut dipengaruhi faktor cuaca. Sebab, tutur Alvin, pesawat ini merupakan pesawat ringan.

“Jika pesawat ini mengalami windshear (perubahan arah dan kecepatan angin) atau downdraft (hentakan ke bawah) yang kuat, pesawat ini bisa terempas ke arah daratan.”

Chappy menerangkan, jika pesawat ingin mendarat, ada dua prosedur, yakni prosedur normal (normal procedures) dan prosedur darurat (emergency procedures). Pada kondisi darurat, misalnya kerusakan mesin, sehingga pilot tak bisa kembali ke lapangan terbang, maka biasanya yang diutamakan adalah mendarat di lokasi datar, terbuka, dan lapang luas yang sepi sebagai prioritas utama untuk melakukan pendaratan.

Sementara Alvin menerangkan, jika pesawat ingin melakukan pendaratan darurat arena penerbangan tidak dapat dilanjutkan lantaran terjadi masalah, pilot selalu mempersiapkan pendaratan ke bandara alternatif. Pendaratan darurat di luar bandara, tutur dia, dilakukan hanya bila pesawat benar-benar sudah tidak dapat diterbangkan ke bandara terdekat.

“Sehingga pilot akan memilih area terbuka, seperti lapangan, sungai, danau, atau laut,” ujar Alvin.

“Selain untuk menghindari jatuhnya korban di darat, kesempatan untuk selamat juga lebih besar jika mendarat di area terbuka.”

Di sisi lain, Chappy menekankan beberapa hal yang harus diperhatikan agar pesawat semacam ini tak terjadi kecelakaan. Pertama, perawatan dan pemeliharaan pesawat yang tepat, sesuai dengan prosedur. Kedua, setiap enam bulan, pilot harus diperbarui semacam SIM-nya, yang meliputi kesehatannya, kemampuannya, dan sebagainya.

“Begitu juga dengan pesawat. Pesawat ini juga memiliki logbook-nya, ayng beberapa jam (terbang) sekali harus dicek kembali,” kata Chappy.

img
Stephanus Aria
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan