sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kenali sebab terjadinya gangguan kepribadian ganda

Kepribadian ganda bisa muncul karena ada trauma hebat sejak kecil atau mengalami kekerasan emosional.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Selasa, 03 Sep 2019 10:46 WIB
Kenali sebab terjadinya gangguan kepribadian ganda

Ciri-ciri penderita

Harsono menyebut gangguan DID dengan terma trans disosiatif. Dalam artikelnya berjudul “Gambaran Trans Disosiatif Pada Mahasiswi” dalam Journal of Social and Industrial Psychology, Universitas Negeri Semarang, 2012, merinci kecenderungan kepribadian penderita trans disosiatif.

Dissociative Identity Disorder ditandai dengan sejumlah perilaku, yaitu keberadaan dua atau lebih kepribadian/identitas, sekurang-kurangnya dua kepribadian mengendalikan perilaku secara berulang, dan ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting.

DID terjadi ketika seseorang memiliki sekurang-kurangnya dua kondisi ego yang terpisah atau berubah-berbeda dalam keberadaan, feeling, dan tindakan yang satu sama lain tidak saling memengaruhi. Selain itu, identitas yang muncul memegang kendali pada waktu yang berbeda. 

Setiap kepribadian ini, dalam ulasan Harsono, dapat muncul dari cerita, citra diri, dan nama yang berbeda, meskipun hanya sebagian yang berbeda dan setiap kepribadian tidak terikat satu sama lain.

Dalam hasil penelitian yang dihimpunnya, DID atau trans disosiatif cenderung mengarah pada kategori pribadi histrionik dan dependen. Kepribadian ini ditunjukkan antara lain seperti: sangat suggestible, mudah terpengaruh, suka mencari perhatian, selalu meminta persetujuan.

Secara ringkas, berikut lima kepribadian utama penderita trans disosiatif:

a. Egoistis 

Sponsored

Mereka selalu ingin “semau-gue” seperti anak-anak manja yang jahat dan selalu menginginkan banyak perhatian. Mereka selalu mengharapkan banyak pujian-pujian dan cinta kasih.

b. Suggestible

Atau mudah terpengaruh dan sangat sensitif terhadap pendapat orang lain. Dirinya selalu ingin melakukan semua sugesti dari orang lain untuk memperoleh perhatian, persetujuan, dan pujian.

c. Emosi yang kuat 

Mereka mempunyai rasa suka dan tidak suka yang sangat kuat, dan penilaiannya sangat dipengaruhi oleh perasaan suka-tidak suka tersebut.

d. Melarikan diri

Punya kecenderungan sangat kuat untuk melarikan diri dari situasi-situasi yang dianggapnya tidak menyenangkan.

e. Gejala perilaku fisiknya juga tampak dibuat-buat 

Semisal ditiru dengan sengaja atau dengan sengaja diperkuat agar bisa memperpanjang waktu melarikan diri.

Secara praktik, pengidap gangguan disosiatif juga kerap berpura-pura menjadi sakit demi menghindari tugas-tugas tertentu, atau menghindari situasi yang tidak disenanginya.

Pada akhirnya, simptom-simptom yang sengaja ditiru-tiru dan dibuat-buat itu menjadi tingkah laku yang membentuk suatu stereo-type. Selain itu, tulis Harsono, perilakunya menjadi penegasan karakter yang melekat terus-menerus, serta terus berlangsung—walaupun badannya sudah merasa sembuh.

Peluang terjadinya gangguan disosiatif dapat muncul dalam diri seseorang tanpa terduga sebelumnya.

Psikolog Kristi mengatakan, mengingat penyebabnya bisa sangat spesifik, DID perlu diwaspadai sejak dini, baik bagi masyarakat urban maupun non-urban.

Dia juga menuturkan gangguan disosiatif di Indonesia belum banyak diteliti oleh kalangan medis dalam negeri.

“Ini membuat kemungkinan mengenali penyebab dan penyebaran dampaknya perlu untuk lebih dikembangkan,” ucapnya. 

Berita Lainnya
×
tekid