close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi hari Senin./Foto cottonbro studio/Pexels.com
icon caption
Ilustrasi hari Senin./Foto cottonbro studio/Pexels.com
Sosial dan Gaya Hidup - Kesehatan
Senin, 14 Juli 2025 18:02

Stres hari Senin meningkatkan risiko masalah kesehatan

Orang yang melaporkan merasa sangat cemas pada hari Senin punya kadar kortisol sekitar 23% lebih tinggi.
swipe

Kebanyakan orang telah menganggap hari Senin sebagai hari yang paling tidak disukai dalam seminggu. Sebab, baru saja kembali dari akhir pekan yang santai, tiba-tiba harus menghadapi semua tanggung jawab pekerjaan. Dan, harus menunggu lagi untuk kembali ke akhir pekan berikutnya.

Modayitis—perasaan malas, tidak bersemangat, atau enggan bekerja yang biasanya muncul pada Senin pagi—menjadi fenomena yang kerap muncul dalam masyarakat modern. Dalam penelitian yang diterbitkan di Journal of Affective Disorders baru-baru ini, para peneliti dari Universitas Hong Kong mengaitkan hubungan antara perasaan cemas terhadap hari Senin dan kesehatan fisik.

Para peneliti memeriksa data 3.511 orang berusia 50 tahun ke atas, yang berpartisipasi dalam English longitudinal study of ageing (ELSA) atau studi longitudinal Inggris tentang penuaan. Para peserta melaporkan tingkat kecemasan mereka pada hari-hari yang berbeda dalam seminggu, sedangkan sampel rambut juga diambil dan dianalisis kadar hormon stres kortisolnya.

Data mengenai usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, pengobatan, dan status sosial-ekonomi juga dimasukkan ke dalam hasil dan disesuaikan.

Penelitian tersebut menemukan, orang yang melaporkan merasa sangat cemas pada hari Senin punya kadar kortisol sekitar 23% lebih tinggi daripada mereka yang merasa cemas pada hari lain. Hubungan ini tampaknya menunjukkan, kecemasan hari Senin memengaruhi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA)—sistem manajemen stres utama tubuh. Namun, stres kronis dapat merangsang aksis HPA secara berlebihan dan menyebabkan masalah sistem kekebalan tubuh dan penyakit metabolik, seperti kanker atau diabetes, dan penyakit kardiovaskular.

Dikutip dari New Atlas, meski semua orang yang melaporkan kecemasan terdeteksi memiliki kadar kortisol tertentu, para peneliti menemukan, orang yang paling stres—10% responden dengan kadar kortisol tinggi—merasa lebih cemas ketika hari Senin tiba. Sementara banyak orang mungkin merasa cemas pada hari Senin, hanya mereka yang sudah punya stres fisiologis tinggi yang tampaknya membawa kecemasan itu ke dalam biologi mereka, dalam bentuk peningkatan kortisol jangka panjang.

Menariknya, ini bukan lagi soal pekerjaan. Bahkan setelah seseorang pensiun dan tak lagi terikat rutinitas kerja, rasa tertekan pada hari Senin tetap melekat. Ini menunjukkan betapa dalamnya hari Senin sudah tertanam dalam sistem fisiologi stres kita—seolah tubuh kita sudah “terprogram” untuk merasa cemas setiap kali minggu baru dimulai.

“Hari Senin itu seperti ‘penguat stres’ dalam budaya kita,” ujar sosiolog di Universitas Hong Kong seligus salah seorang penulis studi, Tarani Chandola, dikutip dari Science Alert.

“Bagi sebagian lansia, pergantian minggu bisa memicu reaksi biologis yang bertahan bukan hanya beberapa hari, tapi berbulan-bulan.”

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan