sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Studi: makanan cepat saji tingkatkan risiko asma parah

Kurangnya nutrisi di dalam makanan cepat saji diduga menyebabkan peradangan di saluran udara, memicu asma parah.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 09 Jul 2018 18:19 WIB
Studi: makanan cepat saji tingkatkan risiko asma parah

Menyantap makanan cepat saji seperti hamburger, nachos, dan hot dog tiga kali dalam seminggu secara signifikan meningkatkan risiko terkena asma parah, demikian hasil penelitian terbaru.

Secara teratur, memanjakan perut dengan makanan cepat saji akan meningkatkan risiko penderitanya memiliki empat atau lebih serangan asma per tahun, ungkap studi tersebut. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (9/7).

Selain itu, penelitian yang dilakukan di China menemukan bahwa makanan yang diproduksi massal juga membuat orang lebih mungkin menderita demam, eksim, hidung tersumbat, dan mengi.

Kurangnya nutrisi di dalam makanan cepat saji diduga menyebabkan peradangan di saluran udara, memicu asma parah.

Asma, menyerang lebih dari lima juta orang di Inggris dan membunuh tiga orang setiap harinya. Di Amerika Serikat, kondisi yang sama merenggut jiwa 10 orang dalam satu hari.

Bagaimana penelitian itu dilakukan?

Para peneliti dari Sichuan University, menganalisis 16 studi yang menaksir hubungan antara makanan cepat saji dan asma, alergi, serta mengi.

Kondisi dianggap parah bagi penderita mengi jika mereka terbangun lebih dari empat kali dalam satu tahun terakhir.

Sponsored

Sementara, kondisi para penderita alergi dinilai parah ketika mata gatal atau berair, atau jika kegiatan sehari-hari mereka terpengaruh.

Adapun kasus eksim dianggap parah ketika penderita terganggu tidurnya setidaknya sekali dalam seminggu.

Temuan penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Respirology.

Orang Inggris memiliki kebiasaan diet terburuk di Eropa

Pernyataan bahwa orang Inggris memiliki diet terburuk di Eropa muncul setelah sebuah penelitian dirilis pada Januari lalu.

Lebih dari setengah makanan yang ditemukan di rumah orang Inggris rata-rata sudah diproses. Kondisi itu mendorong epidemi obesitas dan menempatkan orang pada risiko penyakit jantung dan strok, ungkap studi yang dilakukan University of Sao Paulo.

Konsumsi makanan olahan, seperti menyantap biskuit dan salami di Inggris, lima kali lebih tinggi dibanding di Portugal dan hampir empat kali lebih besar daripada di Prancis, Yunani, atau Italia, sebut penelitian yang sama.

Para peneliti juga menemukan bahwa untuk setiap satu persen peningkatan ketersediaan makanan olahan di rumah-rumah, risiko obesitas meningkat sebesar 0,25%.

Sekitar 24,5% orang dewasa di Inggris mengalami obesitas, dibandingkan dengan 7,1% di Prancis, 8,2% di Italia, 13,4% di Yunani dan 15,2% di Portugal.

Berita Lainnya
×
tekid