close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi menyikat gigi. /Foto Unsplash
icon caption
Ilustrasi menyikat gigi. /Foto Unsplash
Sosial dan Gaya Hidup
Rabu, 22 Oktober 2025 11:00

Tips mencegah sikat gigi jadi sarang mikroba

Agar sikat gigi tak jadi sarang mikroba, jauhkan dari toilet, biarkan kering terbuka, dan ganti tiap tiga bulan.
swipe

Setiap pagi dan malam, kita memulai dan menutup hari dengan satu ritual sederhana: menyikat gigi. Tapi, benda kecil yang tampak bersih itu ternyata menyimpan risiko kesehatan. Sikat gigi sebenarnya adalah ekosistem mini—sebuah dunia lembap dan penuh kehidupan yang tak kasatmata.

Di antara serabut plastiknya yang mulai mengurai, jutaan mikroorganisme sedang hidup, tumbuh, dan berkompetisi. Sikat gigi, kata mikrobiolog Jerman Marc-Kevin Zinn dari Rhine-Waal University of Applied Sciences, adalah “padang kering yang setiap hari berubah menjadi rawa subur.” 

"Mikroba pada sikat gigi umumya datang dari tiga sumber utama, yaitu  mulut kita, kulit kita, dan lingkungan tempat sikat itu disimpan," kata Zinn seperti dikutip dari BBC Future, Selasa (22/10). 

Saat kita menggunakannya, air, air liur, sisa makanan, dan sel kulit menciptakan banjir nutrisi yang membuat bakteri dan jamur betah menetap di sana. Diperkirakan ada antara satu hingga dua belas juta mikroba di setiap sikat gigi. 

Bahkan sebelum digunakan, beberapa sikat baru sudah membawa koloni bakteri. Studi di Brasil terhadap 40 sikat gigi baru menemukan bahwa setengahnya telah terkontaminasi oleh berbagai jenis mikroba.

Kabar baiknya: sebagian besar dari mereka tidak berbahaya. Banyak yang berasal dari penghuni alami mulut—bakteri seperti Streptococcus mitis atau Actinomyces—yang justru berperan melindungi kita dari mikroba penyebab gigi berlubang. Namun, sebagaimana di setiap ekosistem, selalu ada “penumpang gelap.”

Sejumlah penelitian juga menemukan keberadaan mikroba yang tak seharusnya ada di sana: Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, hingga jamur Candida—semuanya dikenal sebagai penyebab infeksi saluran pencernaan atau infeksi rumah sakit. Bakteri berbahaya seperti Streptococcus mutans dan Staphylococcus juga sering nongkrong di sikat gigi dan bisa menyebabkan karies dan peradangan gusi. 

Lalu, dari mana mereka datang? Sebagian besar dari air yang kita gunakan untuk membilas, udara kamar mandi yang lembap, dan toilet.
Setiap kali kita menekan tombol flush, terjadi apa yang disebut ilmuwan sebagai toilet plume: semburan halus partikel air dan kotoran yang bisa melesat hingga 1,5 meter ke udara. 

Di dalam kabut kecil itu, terdapat bakteri dan virus seperti flu, norovirus, atau bahkan virus penyebab Covid-19. Jadi, jika sikat gigimu berada tak jauh dari toilet, ada kemungkinan bakteri dan virus itu mendarat di bulu-bulunya.

Di kamar mandi bersama, risikonya bahkan lebih besar. Penelitian di sebuah universitas Amerika menemukan 60% sikat gigi di kamar mandi komunal terkontaminasi bakteri yang berasal dari feses, dan kemungkinan besar mikroba itu berpindah antar-pengguna.

Namun, tak semua ilmuwan percaya toilet plume adalah bahaya utama. Erica Hartmann, profesor dari Northwestern University, mengatakan bahwa sebagian besar bakteri usus tak bertahan lama di udara. “Saya tidak yakin banyak orang jatuh sakit karena sikat gigi mereka,” ujarnya. 

Meski begitu, ia mengingatkan bahwa virus seperti influenza dan herpes bisa bertahan di sikat selama berjam-jam, bahkan hingga dua hari. Itulah mengapa lembaga kesehatan tetap melarang penggunaan sikat gigi bersama atau menempelkan kepala sikat satu sama lain.

Hartmann juga menemukan sisi lain dari “ekosistem” ini: di antara mikroba pada sikat gigi terdapat komunitas virus yang disebut bakteriofag—virus yang menyerang bakteri, bukan manusia. Artinya, sebagian virus justru membantu menjaga keseimbangan mikrobioma pada sikat gigi.

 
Sikat gigi. /Foto Unsplash

Tips membersihkan sikat gigi

Menurut Zinn, risiko kesehatan dari sikat gigi "kotor" tergolong kecil bagi orang sehat. Tetapi, paparan mikroba bisa berbahaya bagi mereka yang sistem imunnya lemah. Penelitiannya menunjukkan beberapa bakteri di sikat membawa gen resisten antibiotik, walau pada tingkat yang masih “sedang” dalam konteks kesehatan publik. 

Beberapa produsen kini menambahkan bahan antimikroba pada sikat gigi mereka, tetapi riset justru menunjukkan hasil yang ironis: alih-alih menekan jumlah bakteri, bahan itu kadang memicu pertumbuhan mikroba yang lebih tahan terhadap antibiotik.

Lantas bagaimana mencegah sikat gigi jadi sarang mikroba. Saran paling sederhana justru datang dari logika alam: biarkan sikat mengering dengan udara terbuka. Jangan menutup kepala sikat atau menyimpannya dalam wadah tertutup karena kelembapan hanya mempercepat pertumbuhan mikroba. 

Selain itu, ada aneka metode untuk membersihkan sikat gigi—dari menjemur di bawah sinar UV, merendam dengan whisky, hingga menaruhnya di microwave. Namun, sebagian besar ilmuwan menyarankan cara yang lebih sederhana: rendam kepala sikat dalam larutan obat kumur antiseptik selama 5–10 menit.

Beberapa peneliti juga tengah bereksperimen dengan pendekatan yang lebih radikal: bukan mematikan bakteri, tapi menumbuhkan bakteri baik. Mereka sedang mengembangkan pasta gigi probiotik yang mengandung mikroba seperti Streptococcus salivarius dan Limosilactobacillus reuteri, yang bisa melawan bakteri penyebab plak dan gigi berlubang.

“Konsep seperti pelapis probiotik atau bulu sikat bioaktif bisa menjadi cara baru menjaga keseimbangan mikroba yang sehat,” kata Zinn. “Sikat gigi mungkin suatu hari tak lagi menjadi sumber risiko, tapi justru pelindung biologis.”
 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan