Mengulik efektivitas rapid test
Rapid test tidak bisa digunakan sebagai alat uji diagnostik Covid-19.

Indonesia hingga saat ini masih menggunakan tes antibodi (rapid test) untuk beberapa keperluan. Misalnya sebagai syarat melakukan perjalanan jauh dan prosedur persalinan.
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyatakan rapid test sebetulnya tidak bisa dijadikan alat diagnosa Covid-19. Pasalnya, tes ini tak bisa mendeteksi ada atau tidaknya virus SARS-Cov2 dalam tubuh. Tes ini hanya mendeteksi ada atau tidaknya imun yang muncul setelah sembuh dari infeksi virus.
Sebuah hasil studi yang dipublikasi Chrocane Library pada 25 Juni 2020 lalu menunjukkan bagaimana cara tes cepat antibodi bekerja. Riset ini mengambil 54 sampel tes antibodi di daratan Asia, Eropa, Amerika dan China. Hasilnya menampilkan tingkat akurasi tes antibodi untuk mendeteksi adanya sistem imun dalam tubuh yang muncul setelah terjangkit Covid-19.
Di minggu pertama, akurasi tes antibodi ini menunjukkan tingkat akurasi 30%. Angkanya kemudian meningkat di minggu kedua menjadi 70%. Lantas pada minggu ketiga, tingkat akurasinya bertambah menjadi 90%. Tapi yang perlu diingat, alat tes ini hanya mengukur ada atau tidaknya antibodi dalam tubuh manusia, bukan untuk mendiagnosa virus.
Artinya, jika seseorang dinyatakan reaktif saat tes cepat antibodi, bukan berarti orang tersebut sedang terinfeksi Covid-19. Sebaliknya, boleh jadi orang tersebut malah sudah sembuh dari Covid-19.
Alinea.id mengulas kelemahan rapid test sebagai deteksi Covid-19 melalui artikel ini.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Kerawanan Pemilu 2024: Dari politik uang hingga intimidasi
Rabu, 31 Mei 2023 16:44 WIB
Buntut panjang peretasan bank syariah terbesar
Minggu, 28 Mei 2023 06:30 WIB