sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

100 tahun Chairil Anwar, bukan spontanitas berpuisi

Chairil Anwar kerap mencibir para penulis puisi yang memiliki sikap seperti itu.

Immanuel Christian
Immanuel Christian Sabtu, 19 Feb 2022 20:47 WIB
100 tahun Chairil Anwar, bukan spontanitas berpuisi

Komunitas Puisi Esai dengan Badan Bahasa Sastera Sabah (BAHASA) turut mengenang dan menyambut hari kelahiran penyair besar Indonesia Chairil Anwar. Kenangan itu pun kini berjalan dalam 100 Tahun Chairil Anwar dengan tema “Cemara Menderai Sampai Jauh”.

Presiden Komunitas Puisi ASEAN, Datuk Jasni Maslani mengatakan, karya Chairil Anwar akan terus dibicarakan sesuai isi puisi "Aku" karyanya, untuk 1000 tahun lagi. Barisan puisi terkenal itu bahkan disebut memengaruhi diri seorang Presiden BAHASA itu.

“Saya sangat terpengaruh dengan kata kata beliau (Chairil Anwar), ‘saya mau hidup 1000 tahun lagi’,” ucap Jasni dalam webinar mengenang 100 tahun Chairil Anwar dengan tema “Cemara Menderai Sampai Jauh”, Sabtu (19/2).

Sejalan dengan itu, Dosen Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Sunu Wasono memilih untuk merenungi sikap kepenyairan Chairil Anwar. Sikap tersebut dianggap masih relevan di era digital ini.

Lantaran, Sunu melihat banyak bermunculan penulis melalui media sosial. Namun, kata Sunu, mereka menulis puisi dengan menunggu inspirasi, ide, ilham yang datang di otak, yang kemudian disebutnya dengan hukum wahyu.

“Mendorong menulis secara tiba-tiba, tidak bisa seperti itu, tidak bisa mengandalkan spontanitas,” ujar Sunu.

Sunu memandang, Chairil Anwar kerap mencibir para penulis puisi yang memiliki sikap seperti itu. Bagi Chairil, ucap Sunu, para penulis puisi seharusnya totalitas dalam berkarya, apabila merasa belum yakin dengan karyanya bisa dipendam kemudian digodok kembali nanti.

“Semua harus ditimbang, apa yang sudah ditangkap sebagai ide, wahyu atau ilham harus dipertimbangkan dulu, diendapkan dulu, sebelum jadi puisi,” ujar Sunu.

Sponsored

Menandai 100 tahun usia penyair Chairil Anwar pada tahun 2022, pihak Gramedia Pustaka Utama berencana menerbitkan buku kumpulan puisi "Aku Ini Binatang Jalang" dengan sampul baru edisi khusus.

“Beberapa rencananya antara lain penerbitan "Aku Ini Binatang Jalang" dengan sampul baru edisi khusus, pembacaan puisi bersama para penulis dan pembaca, serta bedah buku secara daring,” ujar Editor Bidang Sastra Gramedia Pustaka Utama, Mirna Yulistianti melalui keterangan persnya, dikutip Selasa.

Dia mengatakan, serangkaian acara telah disiapkan penerbit Gramedia Pustaka Utama ini akan berlangsung di sepanjang April-Juli 2022. Evawani, anak dan ahli waris Chairil, juga telah dihubungi penerbit dan menyambut baik rencana peringatan ini.

“Melalui acara ini, kami ingin memperingati Chairil terutama atas karya-karyanya, bukan mitos tentang dirinya, atau hal-hal lain yang ada di seputar diri si penyair. Hari ini kita dapat menemukan potongan puisi Chairil di buku, mural, lagu, kaus, hingga bak truk, yang terus menggugah semangat siapa pun yang membacanya. Karyanyalah yang membuat Chairil tetap hidup 1000 tahun lagi,” kata dia.

Chairil Anwar diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Dia mulai dikenal publik setelah pemuatan puisinya yang berjudul "Nisan" pada tahun 1942, saat usianya 20 tahun. Karya-karyanya yang monumental di antaranya puisi "Aku", "Derai-Derai Cemara", "Diponegoro, "Senja di Pelabuhan Kecil" dan "Doa".

Atas kiprahnya dalam dunia sastra Indonesia, pada tahun 1950, Chairil Anwar bersama Asrul Sani dan Rivai Apin dinobatkan H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia. Tanggal wafatnya pada 28 April 1949 kemudian juga ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional.

Berita Lainnya
×
tekid