sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Cuitan CEO Bukalapak hal yang wajar dan tak menyerang Jokowi

Yang mungkin bisa dipermasalahkan kalau Zaky berpendapat dalam cuitannya tidak berdasarkan data yang kredibel.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Jumat, 15 Feb 2019 16:23 WIB
Cuitan CEO Bukalapak hal yang wajar dan tak menyerang Jokowi

Pakar Ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia, Ade Armando, menilai cuitan CEO Bukalapak, Achmad Zaky tidak ada unsur kebencian. Selain itu, tidak ada maksud Zaky untuk menyerang pribadi calon presiden dari nomor urut 01, Joko Widodo. 

“Saya agak bersimpati dengan Zaky. Saya percaya kalimat dia bukan kalimat untuk menyerang Jokowi,” kata Ade Armando usai diskusi di kantor DPP Partai Solidaritas Indonesia di Jakarta pada Jumat (15/2).

Ade menjelaskan, tak ada yang salah dari cuitan Achmad Zaky di media sosial Twitter yang mengomentari soal wacana industri 4.0. Sebaliknya, Ade justru mengkritisi masyarakat yang mudah sinis dengan cuitan Zaky dan tergoda untuk membalas komentar tersebut. 

“Dalam mengantisipasi agar hal yang menimpa Zaky tidak berulang lagi, masyarakat seharusnya melakukan cek dan ricek. Baca ulang, baca penjelasan dia. Makanya media tolong membantu," tuturnya.

Sebagai pelaku e-commerce, kata Ade, Zaky tentu mengharapkan siapa pun presiden yang terpilih pada Pemilu 2019, bisa lebih memperhatikan terkait persoalan riset ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk juga persiapan terhadap sumber daya manusianya. 

Sementara pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing, mengatakan pernyataan Zaky terkait industri 4.0 di Twitter merupakan hal yang wajar. Hal tersebut sebagai bentuk kebebasan individu dalam berpendapat. Terlebih, dalam menyatakan pendapatnya Zaky juga menunjukkan data.

“Yang mungkin bisa dipermasalahkan kalau Zaky berpendapat dalam cuitannya tidak berdasarkan data kredibel,” ujar Emrus.  

Sebelumnya, Achmad Zaky membandingkan anggaran R&D Indonesia dengan negara-negara lain di dunia. Tulisan yang dikicaukan pada Rabu (13/2) itu kini telah dihapus oleh Zaky. Dia menguraikan anggaran R&D pada 2016 tertinggi adalah Amerika Serikat senilai US$511 miliar, disusul China US$451 miliar, Jepang US$165 miliar, Jerman senilai US$118 miliar, dan Korea Selatan US$91 miliar. Sementara Indonesia berada di peringkat 43 senilai US$2 miliar.

Sponsored

“Omong kosong industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini (2016 in USD). Mudah-mudahan presiden baru bisa naikin,” tulis Zaky dalam akun Twiiternya beberapa waktu lalu.

Berita Lainnya
×
tekid