close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Sebuah momen Kepala LBM Eijkman beserta tim peneliti, dan undangan mengadakan foto bersama . Foto Eijkman.go.id
icon caption
Ilustrasi. Sebuah momen Kepala LBM Eijkman beserta tim peneliti, dan undangan mengadakan foto bersama . Foto Eijkman.go.id
Nasional
Minggu, 02 Januari 2022 19:00

Eijkman dibubarkan, vaksin Merah Putih bisa jadi pepesan kosong

Mulyanto mewanti-wanti agar jangan sampai pembubaran LMB Eijkman malah mengganggu program strategisnya, seperti riset vaksin Merah Putih.
swipe

Anggota Komisi VII DPR RI mengatakan pembubaran Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman bisa berdampak pada molornya vaksin Merah Putih. Dia meminta agar pemerintah tidak gegabah dan memikirkan ini secara seksama.

Mulyanto mewanti-wanti agar jangan sampai pembubaran LMB Eijkman malah mengganggu program strategisnya, seperti riset vaksin Merah Putih sehingga jadi mandek atau terbengkalai.

"Dengan diberhentikannya para saintis yang mencapai 100 orang lebih serta dipindahkannya laboratorium LBM Eijkman jauh dari RSCM/FKUI, tentu menimbulkan kekhawatiran kita soal kelanjutan riset vaksin Merah Putih yang dimotori LBM Eijkman bersama BUMN Bio Farma," paparnya kepada Alinea.id, Minggu (02/01).

Menurutnya tidak mudah mencari pengganti para saintis ini dalam waktu singkat. Begitu pula posisi laboratorium yang strategis dekat dengan rumah sakit dan fakultas kedokteran, sehingga akses kepada sampel, bahan, alat, dan SDM medis sangat mudah.  
 
"Ini akan membuat jadwal produksi Vaksin Merah Putih Eijkman semakin molor," kata Mulyanto mengkhawatirkan.

Lebih lanjut dia mengatakan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang sebelumnya digelar antara Komisi VII dengan Konsorsium Riset Covid-19 terungkap, bahwa riset Vaksin Merah Putih, yang dimotori LBM Eijkman, mundur dari jadwal semula.  

Penyebab kemunduran riset dikarenakan Bio Farma tidak siap untuk memproduksi vaksin berbasis protein rekombinan mamalia. Bio Farma hanya siap kalau vaksin yang dikembangkan berbasis protein rekombinan ragi (yeast).
 
"Ditambah lagi dari hasil kunjungan kerja Komisi VII ke Bio Farma juga diketahui, bahwa seed vaksin yang disiapkan LBM Eijkman belum optimal untuk dikultivasi dan dimurnikan, sehingga perlu diteliti ulang oleh LBM Eijkman," lanjutnya.

Dia menyebut, dengan perubahan kelembagaan LBM Eijkman seperti sekarang ini, maka pengembangan vaksin Merah Putih menjadi semakin tidak menentu nasibnya. Oleh karena itu menurutnya pemerintah harus segera menjelaskan duduk perkara soal ini kepada publik.  

"Agar harapan publik terhadap produksi vaksin Merah Putih dari LBM Eijkman ini tidak sekedar menjadi pepesan kosong," tegasnya.

Pemerintah melalui Konsorsium Riset Covid-19 mengembangkan 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dijalankan oleh 6 lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM.  

"Yang tercepat, LBM Eijkman bekerjasama dengan BUMN Bio Farma sebelumnya menjadwalkan perolehan izin BPOM dan produksi massal semester pertama tahun 2022," tuturnya.

img
Anisatul Umah
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan